Sinopsis
Warning!!!
Adegan dalam cerita ini mengandung unsur dewasa 21+, harap bijaklah dalam membaca.
Grael Arabella, seorang gadis belia yang hanya tinggal bersama sang Kaka dan ibunya, semenjak sang ayah meninggal dunia, dia membantu kakaknya untuk mencari nafkah. Grael juga memiliki cinta pertama di bangku sekolah menengah pertama yang bernama Rangga Louis, sosok pria yang sudah membuatnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kali.
Takdir berkata lain. Grael justru bertemu dengan Erlangga Louis, seorang artis terkenal yang menjadi salah satu idola Grael. Pertemuan mereka justru membuat Grael menjadi benci dengan Erlangga. Namun, berbeda dengan artis tersebut, dia justru semakin ingin memiliki gadis belia itu.
Apalagi saat Erlangga tahu, bahwa Grael akan dijodohkan dengan Rangga, adik tirinya. Sekaligus ahli waris kedua dari keluarga Grup Jaya. Erlangga semakin menjadi ingin merebut kembali apa yang semestinya dia miliki. Baik itu, tahta, hart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anggi (@ngie_an), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Kebahagian Grael.
"Siapa dia?" tanya Erlangga yang terus memepet tubuh Grael hingga mentok ke pintu lemari.
"Hah?" Grael yang bingung mendengar pertanyaan dari Erlangga, langsung membuka matanya.
Kedua mata mereka pun saling bertemu, napas Erlangga yang beraroma mint terasa di wajah Grael, sungguh menggoda iman di saat posisi seperti ini. Namun, Grael terus berusaha untuk memikirkan Rangga agar hatinya tidak tergoyah oleh ketampanan mantan idolanya.
"Apakah dia pacar kamu?" tanya Erlangga yang masih melihat mata gadis itu dengan lekat.
Mendengar pertanyaan dari Erlangga, membuat Grael terdiam. Dia tidak tahu apakah dirinya dengan Rangga adalah sepasang kekasih atau hanya teman tapi mesra.
"Iya," ucap Grael dengan memutuskan menjawab iya, agar Erlangga tidak menggodanya terus-menerus.
Sungguh begitu sakit mendengar pernyataan dari bibir gadis itu, hatinya begitu tersayat dan kecewa. Ingin bersikap egois untuk memiliki dia saat ini juga, mengurung gadis itu hanya untuk dirinya, menerkam langsung agar tidak ada yang bisa memilikinya, tapi dia sadar. Mendapat kelinci berbulu emas harus bersabar dan butuh perjuangan keras.
"Pulanglah, sudah malam." Erlangga mendorong tubuh Grael untuk keluar dari kamarnya.
Grael hanya terdiam, ketika melihat ekspresi Erlangga yang terlihat marah. Dia pun keluar dari kamar dan bergegas pulang bersama supir pribadi Erlangga.
***
"Astaga ... nih anak, jam segini baru pulang!" Gracia bertelak pinggang saat melihat Grael masuk ke dalam rumah.
"Apa sih kak? Aku cape, mau langsung mandi!" Grael melewati sang kakak begitu saja.
"Kamu sudah pulang, El?" tanya sang ibu yang baru saja keluar dari dalam kamar.
"Iya, mah ... Grael mandi dulu ya?" Grael mencium tangan sang ibu.
Gracia yang sudah kesal dengan sikap adiknya, tidak terima bila ibunya terus memanjakan Grael dan tidak pernah protes dengan apa yang dilakukan anak bungsunya. Gracia pun memberitahu kepada ibunya bila tidak baik untuk Grael pulang sekolah langsung main ke rumah temannya.
Sang ibu hanya tersenyum, melihat anak sulungnya yang lebih khawatir dan perduli kepada Grael, dia hanya ingin kedua anaknya bahagia tanpa terkekang semenjak sang ayah sudah tiada.
"Mah, jangan terlalu manjain dia! Nanti dia bisa melakukan hal di luar batas yang kita gak tahu." Gracia duduk di samping ibunya ketika berada di ruang tamu.
"Mamah percaya sama adik kamu, juga termasuk kamu. Kalian bisa jaga nama baik mamah dan juga nama baik almarhum ayah." Sang ibu yang bernama Karina tersebut tersenyum ke arah Gracia.
Gracia pun memeluk ibunya sembari memberi kabar soal hubungan dia dengan Marvin pemilik hotel tempatnya bekerja, dia mencoba untuk menjelaskan kepada sang Ibu bahwa Marvin akan datang dua hari lagi untuk melamarnya.
Karina sangat senang mendapat kabar gembira dari sang anak, dia juga tidak akan ragu berbicara mengenai masalah perjodohan Grael yang sudah dibuat oleh sahabatnya kepada almarhum suaminya.
"Apa? Kok, Mama bilangnya mendadak si? Lagian Grael masih sekolah, Ma!" protes Gracia yang baru mengetahui kabar perjodohan sang adik.
Karina memang belum cerita kepada kedua anaknya, karena dia takut menyinggung perasaan Gracia yang belum dilamar oleh kekasihnya, dia takut Gracia marah karena Grael sudah melangkahi sang kakak. Oleh sebab itu, Karin belum menceritakan kepada siapapun.
"Ya ampun Mah, Gracia gak apa-apa kalau memang Grael mau melangkahi Gracia, cuma ... Cia yang gak setujunya itu, karena El masih sekolah Ma ... masa depannya masih panjang!" Gracia mengambil kacang yang berada di toples.
"Mama juga sudah bilang seperti itu, tapi ... Pak Louis menelepon Mama terus, nanyain soal jadwal pertemuan," ucap Karina yang bingung.
Mendengar ucapan dari sang ibu, Gracia hanya bisa menyarankan, bahwa pertemuan dengan keluarga Louis seusai lamaran dia dengan Marvin. Setelah itu, baru acara pertemuan keluarga Gerald dan keluarga Louis. Namun, Gracia akan meminta kepada keluarga Louis untuk menunda pernikahan, karena Grael masih harus mengejar cita-citanya.
"Ngomongin apaan sih? Ngomongin El ya?" Grael yang sudah mandi dan membawa sepiring nasi serta lauknya begitu banyak. Dia pun duduk di samping sang ibu sembari menyalahkan televisi.
"Astaga, lo abis nguli?" tanya Gracia yang heran dengan porsi adeknya.
"Pulang-pulang, bawel Lo! Dah sono, balik lagi ke kosan!" kesal Grael dengan sang Kaka, walau hatinya sangat merindukan Gracia berada di rumah.
"Ngusir?" Gracia langsung merebut remot televisi dari tangan adiknya.
"Apaan sih, aaah! Orang lagi enak nonton, main ganti aja," protes Grael yang tidak terima bila acara sinetronnya di ganti dengan acara lain.
Karina yang melihat kedua anaknya berantem saat keduanya berada di rumah, merasa senang. Bagi Karin, itu menjadi penghangat rumah dikala hatinya sedih ketika nanti anak-anaknya bakal meninggalkannya seorang diri di rumah peninggalan sang suami.
"Eh, eh, eh ... Emak Lo nangis noh," senggol Grael kepada sang kakak ketika dia ingin menyuap nasi menggunakan tangan.
"Eh, itu ... emak Lo juga, dodol." Gracia memukul kepala adiknya dengan remot televisi.
Gracia langsung memeluk sang Ibu dan menanyakan kepada ibunya kenapa bisa menangis, Karina pun lagi-lagi tersenyum mendapat perlakuan hangat dari anaknya. Dia hanya berbicara, bahwa dia tidak menangis tapi dia sedang bahagia karena sebentar lagi, kedua anaknya sudah ada yang menjaganya.
Grael tersedak mendengar ucapan dari ibunya, dia pun ikut berkomentar bahwa yang menikah itu kakaknya sedangkan dia masih tinggal bersama ibunya.
"Nak, almarhum Ayahmu sudah menjodohkan kamu dengan anak sahabatnya. Kemarin keluarga Louis sudah menelepon Mama terus untuk bertemu dengan keluarganya. Maaf kalau mama baru bilang sekarang," ucap Karin yang membuat Grael benar-benar tersedak.
"Mangkanya ... kalau makan tuh, tawar-tawarin! Biar gak keselek mulu." Gracia memberi air minum kepada sang adik.
Grael pun tidak percaya dengan ucapan dari ibunya, dia segera meminum air putih untuk membantu menelan nasi yang sedikit susah untuk ditelan. Dia juga menanyakan kembali soal keseriusan dari ucapan sang ibu.
Karin mencoba menjelaskan kepada Grael secara perlahan agar Grael tidak marah apalagi menolak perjodohan tersebut, Gracia yang melihat raut wajah sang adik yang melongo, akhirnya menyumpal dengan lalapan daun kemangi.
"Mama serius? Aku mau dijodohin sama anak dari Om Louis?" tanya Grael yang yang mengerutkan keningnya sembari mengeluarkan daun kemangi dari mulutnya.
"Iya, namanya Rangga, ini fotonya." Karina menyodorkan ponsel kepada Grael.
Bagaikan mendapat lotre, hati Grael begitu senang saat dia benar dijodohkan oleh Rangga, dia melihat foto pemuda itu yang tertawa sembari duduk di atas motor, begitu cool-nya dengan gaya ciri khas Rangga.
"Gak! Apaan sih, mah! Emang masih jaman jodoh-jodohin?" Grael menggeser ponsel Karina dengan raut wajah yang sinis. Namun hatinya bersorak gembira.
"El ... lo kalau gak mau dijodohin, ya udah ... biasa aja dong, tuh muka! Kecut banget, udah kaya pentill jambu depan rumah." Gracia mengusap raih wajah sang adik.
"Gak lucu! Ih ... tanganya bau ikan asin!" Grael langsung mengelap mukanya dengan tisu.
"Gue lupa cuci tangan pake sabun tadi," tawa Gracia.
Raut wajah Karina berubah menjadi murung, ketika tebakkannya benar, bahwa Grael menolak perjodohan tersebut. Gracia pun menyuruh Grael meminta maaf kepada sang Ibu dan menerima lamaran tersebut tanpa melawan perintah dari ibunya.
"Oke, oke ... Grael mau dijodohin sama Rangga, Mama jangan sedih lagi. Ini juga kak Cia yang pinta, puas!" Grael langsung menaruh piring kotornya di atas wastafel dapur dan masuk ke dalam kamar sembari membanting pintu, seolah dirinya terpaksa menerima perjodohan tersebut.
"Tenang Mah ... cinta datang karena terbiasa. Cia tahu si El orangnya gimana." Gracia memeluk ibunya agar tidak khawatir tentang Grael.
Di sisi lain.
Seusai membanting pintu, Grael langsung melompat ke atas kasurnya sembari berjoget-joget kegirangan. Melampiaskan rasa senangnya, karena ternyata dia benar-benar dijodohkan oleh Rangga.
Hatinya sungguh bahagia ketika prediksi dunianya yang gelap gulita selama sepekan, akhirnya ada secercah harapan yang cerah. Grael terus melompat penuh gembira sampai akhirnya dia terjatuh dari tempat tidur.
"Aakkk," ringis Grael kesakitan ketika dia terjatuh kelantai.
Ibu serta Kakak Grael yang berada di ruang tamu langsung terkejut, mendengar suara dentuman yang begitu keras dari dalam kamar Grael, Gracia pun mengetuk pintunya untuk memastikan sang adik.
"El, lo kenapa?" tanya panik sang Kaka.
"Gak apa-apa kak! Cuma ada kecoa tadi," elak Grael.
"Ya ampun ... gue kira loe jatuh!" teriak Garcia dari balik pintu.
"Gak kak! Gue gak apa-apa." Grael mencoba bangun dan duduk di atas tempat tidur tapi Kakinya begitu sakit.
"Syukur dah, Lo gak kenapa-kenapa." Gracia pun duduk kembali dengan sang ibu, dan menonton acara siaran ulang Erlangga di televisi.
Gracia pun menceritakan kepada sang ibu bila dia mendapat tawaran untuk memberikan pelayanan pada salah satu tamu hotel yang bernama Erlangga, tapi Gracia bingung dengan permintaan artis tersebut. Sampai permasalahannya di tangani oleh Marvin sendiri.
Di dalam kamar.
"Sakit!" Grael menangis ketika kakinya mencoba untuk berjalan, hingga akhirnya dia memijatnya sendiri dengan dibaluri minyak hangat.
To be continued...