Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa si paling benar sendiri.
"Hasbi, kamu akan menyesal!"
"Apa yang salah dari ku? Ibu malah menghakimi aku seperti ini. Ibu tidak senang melihat putramu bahagia, begitu?"
Hasbi masih mencoba untuk membela diri, atas kesalahannya. Nur menggeleng keras, Hasbi mungkin benar putranya. Namun, Nur tidak membenarkan sikap Hasbi, Nur mendorong keras Sang putra keluar dari rumah. Sempat terjadi perdebatan, sebelum Hasbi menghempas pintu dengan keras. Baru mesin mobil menyala terdengar, sebelum meninggalkan halaman rumah itu.
******
Hasbi menghentikan mobilnya saat menyadari dia telah kehilangan jejak. Laras benar-benar pergi dengan pria yang katanya sopir temannya.
Dalam kemarahan ia memukul keras stir kemudi. Hasbi mengeraskan kedua sisi rahangnya, sebelum memutuskan untuk putar balik, karena untuk saat ini ia butuh istirahat.
******
"Apa? Wanita itu pergi dari rumah?" tanya Hera dengan nada ceria.
Dia bahkan langsung duduk tegak, sedangkan orang yang ditanyai mengangguk cepat. "Mereka tidak terdengar bertengkar, tapi kalau perempuan itu pergi, pasti dia sudah mengetahui sesuatu."
Hera terkekeh keras, dan menganggukkan kepalanya. Bukan merasa bersalah karena telah merebut suami orang, Hera Malah semakin bahagia. Karena bisa memiliki Hasbi sepenuhnya, tidak perlu lagi main kucing-kucingan di belakang Laras. Tidak perlu lagi main ke hotel, jika ingin bermesraan dengan Hasbi. Wanita itu tidak peduli dengan apapun, bahkan karma sekalipun.
"Oke, kamu pergi saja, terus laporkan perkembangannya,"
Hera sangat bahagia. Sekarang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Toh, sekarang Hasbi hanya miliknya. Pria itu juga punya segalanya, pekerjaan yang bagus, uang ada, rumah pun tinggal tempati, Sang Ayah juga sudah memberi restu. Semua sempurna. Sayangnya baik Hasbi atau Hera lupa, dari mana uang dan dukungan siapa Hasbi bisa menjadi seorang menejer.
"Sekarang aku sudah siap pulang ke rumah. Ah, senang sekali," ucap Hera. Sebelum tangannya meraih telpon genggam di meja samping bad pasien.
Sementara di lain tempat, saat ini Laras sedang memanjakan dirinya di sebuah salon kecantikan.
"Mau dipotong sampai mana, Mbak?" tanya seorang wanita yang melayani Laras.
Laras menatap pantulan wajahnya di cermin, "Tolong potong hingga bahu, sekalian beri warna dark brown."
Kepala wanita itu mengangguk, sebelum tangannya memperlihatkan layar ponsel pintarnya ke arah Laras. Memperlihatkan berbagai gaya potong rambut, Laras menunjuk satu gaya rambut yang disukai.
"Yang ini saja!" seru Laras setelah menunjuk gambar model rambut yang diinginkan.
"Oke, baik." balas mbanya dengan senyuman ramah.
Lihatlah Laras, demi membahagiakan sang suami. Laras tidak pernah merogoh kocak untuk kebahagiaan dirinya sendiri, apa-apa Laras selalu berpikir keuangan rumah tangga. Sekarang tidak lagi, penampilannya harus berubah. Bukan untuk membuat Hasbi menyesal karena mengkhianati kepercayaannya. Namun, untuk membuktikan pada diri sendiri, kalau ia masihlah wanita yang begitu mempesona dan berharga. Wanita yang memiliki harga jauh lebih tinggi dari wanita pilihan hati Hasbi.
Ternyata Laras sangat bodoh. Ia lupa membahagiakan diri sendiri. Hanya karena ingin dicintai oleh pria bodoh dan brengsek seperti, Hasbi.
*******
Wanita dengan bibir merah merona itu terlihat menunggu kedatangan Laras. Wajahnya full make up.
Tuk! Tuk! Tuk!
Telapak sepatu high heels terdengar mengetuk lantai Cafe. Tungkai kaki jenjang itu terlihat berhenti tepat di meja yang dihuni oleh Hera, wanita itu terlihat menengadah saat merasa seorang wanita berhenti tepat di samping mejanya. Untuk beberapa detik Hera terkejut melihat perubahan total dari istri sah Hasbi, meskipun keduanya sudah pisah rumah. Laras dan Hasbi masih belum cerai secara hukum, baru beberapa hari yang lalu. Namun yang dilihat oleh Hera sekarang dan Laras yang beberapa hari lalu jauh berbeda. Wanita satu ini 180 derajat berubah total, Laras yang dulu dan Laras yang sekarang seakan terlihat beda orang.
"Ada apa ingin menemuiku?" ekspresi Laras tampak begitu dingin, Meskipun demikian. Ia terlihat begitu cantik. Tentu Hera tidak tahu Laras adalah Primadona pada masanya. Banyak hal Laras berikan pada Hasbi, banyak yang Laras korbankan untuk pernikahannya. Laras pikir memberikan semua waktunya, dan uang untuk Hasbi. Akan membuat Hasbi bersyukur memiliki Laras sebagai seorang istri, sayangnya. Laras lupa, jikalau pengorbanan tidak akan pernah melahirkan rasa syukur. Jika orang itu tidak pernah tahu seberapa kerasnya Laras berusaha namun, sekarang itu semua tidak penting lagi.
Laras duduk tepat di depan kursi Hera, di mana sang wanita perebut kebahagiaannya itu berada. Dari atas sampai bawah, Laras terlihat begitu memukau. Jangankan pria gagah, seorang brondong pun bisa Laras gaet. Melihat penampilannya yang begitu cantik, Hera berdehem untuk beberapa kali. Bermaksud untuk mempermalukan Laras, Siapa yang menyangka. Saat ini, saat Laras dan Hira disandingkan, para lelaki sudah pasti akan lebih menggoda melirik ke arah Laras. Kulit putih bersih, tubuh langsing, kelopak mata ganda, dan bibir tebal yang tampak alami. Berbeda dengan Hara yang terlihat lebih menor, gaya pakaiannya sangat terbuka, yang tidak tahu orang akan berpikir dia seorang wanita penggilan, karena gayanya terlalu berlebihan.
"Ini kartu ATM, di dalamnya ada 20juta. Anggap saja sebagai uang kompensasi dari ku." dengan gaya arogan, Hera melempar kartu tersebut tepat dihadapan Laras.
"Cuma segitu?"
######
Wihhhh dah berani si Hera ya...
Merasa jadi pemenangnya.