"Dimana ini? kenapa semuanya sangat bobrok? uuhh.. badan ku sakit sekali, " lirih Sherina yang mendapati tubuh nya berbaring di atas jerami.
"Kakak lihat, wanita kejam itu bangun kembali, apakah dia akan memukul kita lagi? " suara bisikan seorang anak kecil itu terdengar oleh Sherina, mereka mengenakan pakaian lusuh compang-camping, dengan tambalan di sekeliling nya.
"Mahkluk apa itu? kenapa mereka tampak seperti Monyet, " gumam lirih Sherina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-7. Zevan Si Keras Kepala
"Siapa yang kamu sebut bodoh???" Sherina tak suka jika ada seseorang yang mengatakan orang lain bodoh, apalagi hanya karna masalah sepele.
"Alina kamu tidak apa-apa kan?" Zevan tak memperdulikan pertanyaan Sherina, Zevan langsung menghampiri Alina untuk mengecek kondisi nya.
"Memang nya aku kenapa?" Alina bertanya dengan polos.
"Wanita kejam itu tak. melakukan sesuatu kepada mu kan?" Zevan tetap berpikiran buruk pada Sherina.
"Kakak.. jangan panggil dia wanita kejam.. Ibu adalah Ibu yang baik, dia tak melakukan apapun padaku justru Ibu sangat menyayangi ku" Alina tak suka jika kakak nya itu memanggil Sherina dengan sebutan wanita kejam, karna menurut Alina Sherina sekarang benar-benar berubah.
"Alina kamu jangan mudah di bodohi.. dia wanita kejam itu hanya berpura-pura sayang padamu" Zevan kukuh pada menilainya dan Zevan tetap tak percaya dengan perubahan Sherina.
"Kakak salah.. Ibu sangat baik dia tidak berpura-pura" Alina tegap membela Sherina.
"Wanita kejam apa yang kau lakukan pada Adik ku?" Zevan bertanya pada Sherina dengan dingin.
"Memang nya ada apa dengan Adik mu? apa kamu tak bisa melihat nya.. dia tampak baik-baik saja" Sherina tak mau banyak bicara dengan Zevan karna Sherina tau itu akan sia-sia.
"Kau.. bukan itu yang ku maksud" Zevan tampak emosi.
"Sudah lah.. aku akan memasak untuk saudara mu, jika kamu ingin berdebar nangis saja jangan sekarang" Sherina tak mau berurusan dengan Zevan yang berasal kepala itu.
"Jang pergi wanita kejam.. aku belum selesai berbicara" Zevan tak suka jika di abaikan.
"Kakak ada apa dengan mu? mengapa kamu sekarang seperti anak kecil begini?" Zivan tak suka kakak mau bersikap seperti itu.
"Tau apa kamu anak kecil? kamu itu hanya anak kecil yang hanya cukup di bujuk dengan makanan," Zevan menatap sinis ke arah Zivan
"Kakak.. jangan seperti ini, " tegur Zovan karna situasi disana menjadi panas.
"Kamu membela wanita kejam itu?" Zevan terus saja keras kepala.
"Bukan begitu Kakak.. hanya saja aku sudah sangat merasa lapar.. biarkan wanita kejam itu memasak terlebih dahulu" Zovan berbicara dengan lemah karna keadaan nya belum stabil.
"Alina kecewa dengan Kakak, " Alina pergi menyusul Sherina ke dapur meninggalkan kakak-kakak nya yang masih saja berdebat.
"Aku juga kecewa dengan Kakak.. " Alena juga pergi menyusul Adik dan Ibu tirinya ke dapur.
Zevan marah pada adik-adik nya itu, bisa-bisanya mereka percaya dengan begitu saja.
"Kalian akan menyesal karna kalian terlalu percaya padanya" ujar Zevan lalu pergi ke luar dari gubuk reyot mereka.
"Ada apa sebenarnya dengan Kak Zevan Kak?" tanya Zivan kepada Zovan.
"Mungkin dia sangat mengkhawatirkan kita, hingga dia tak bisa berpikir jernih" hanya itu yang bisa Zovan ucapkan untuk menjawab pertanyaan sang Adik.
Di antara mereka berlima hanya Zovan yang bersikap tenang, dia tak pernah tergesa-gesa, dia selalu bersikap santai, tak pernah terpancing emosi.. namun jika Zovan sudah marah, maka kekejaman nya akan bangkit, karna menurut cerita dalam novel setelah Sherina tiada, Zovan memotong-motong jasad nya, lalu dia berikan potongan daging Sherina untuk makanan hewan buas peliharaan nya.
………………………………………………
"Ibu... apa boleh alina membantu Ibu?" Alina menghampiri Sherina yang sedang membersihkan Ayam liar hasil buruan mereka tadi pagi.
"Tentu saja boleh" Sherina tak akan menyia-nyiakan keinginan Alina untuk membantu nya.
"Apa yang harus Alina kerjakan Ibu?" Alina senang karna Sherina sekarang tak pernah membentak nya lagi.
"Emmm.. bisakah Alina menyalakan api?" Sherina tak mengerti menyalakan api di dunia novel yang kuno ini.
"Tentu, " Alina memang sudah pandai dalam segala hal, meski usianya baru empat tahun, tapi Alina sudah banyak mengerti berbagai hal.
"Bagus.. kalau begitu Alina bantu Ibu untuk menyalakan api" Sherina senang karna dia tak perlu bersusah payah untuk menyalakan api di tungku itu.
Alena memperhatikan interaksi Sherina dan Alina di balik pintu, Alena ingin bergabung namun dia ragu karna takut di tolak, Sherina juga mengetahui keberadaan nya, namun Sherina membiarkan saja Alina seperti itu, Sherina ingin tau apa yang akan di lakukan oleh Alena.
Sementara Alina mengerikan tugas nya dengan begitu riang, sesekali dia akan berbicara dengan Sherina menang hal apa lagi yang harus dia kerjakan.
Alena merasakan iri dalam hatinya, dia juga ingin seperti adik nya berbicara dengan Ibu tiri mereka dengan santai, namun hatinya tetap merasa ragu.
"Wanita kejam apa ada yang bisa ku bantu?" Alena sudah tak kuat lagi, maka dengan berani Alena bertanya pada Sherina.
"Alina.. apa kamu mendengar sesuatu?" Sherina mengacuhkan Alena, Sherina tak suka jika dia di panggil wanita kejam.
Alina menatap sang ibu tiri, kemudian menatap sang kakak yang saat ini masih terdiam.
"Kakak.. jangan panggil Ibu dengan sebutan itu, karna dia bukan wanita kejam lagi" Alina mengerti Sherina tak suka dengan panggilan itu, maka Alina dengan berani menegur sang kakak.
Mendengar ucapan sang adik Alena menunduk, dia menghentak-hentakan kaki ke atas tanah.
Alena ingin bisa seperti adik nya itu, tapi ego nya terlalu tinggi.. tapi Alena juga tak mau di diamkan seperti ini.
"I Ibu.. apa ada yang bisa Alena bantu?" meski ragu Alena mengikuti saran adik nya.
"Tentu.. Ibu tak bisa memasak seorang diri, dan bahan-bahan makanan ini belum di cuci" Sherina merasa tak tega sekaligus lucu melihat tingkah Alena, maka dia tak bisa menggoda nya lagi.
"Biar Alena yang mencuci Ayam itu dan juga sayuran nya" Alena merasa bahagia karna ternyata ibu tiri mereka memang sudah berubah.
"Kakak apa air nya ada?" Alina tau pasti tidak ada air, karna di wilayah mereka air begitu sangat susah.
"Biar Kakak yang mengambil air nya" seru Zivan yang juga ingin bergabung dengan mereka.
"Cepatlah Kakak ambil nya, Alina sudah tak sabar mau makan masakan Ibu" Alina yang masih polos itu tentu saja yang di pikirkan nya hanya makanan.
"Baik Kakak akan mengambil nya dengan cepat" Zivan berlari begitu kencang, Sherina sampai melongo melihat aksi anak tirinya itu.
Selang beberapa menit Zivan telah kembali dengan membawa air yang di butuhkan, ketingat membasahi tubuh kurus nya itu, Sherina jadi tak tega melihatnya.
"Zivan kemarilah, lap ketingat di wajahnya mu dan minumlah air ini" Sherina menyodorkan satu mangkuk air ajaib yang di ambil nya dari ruang ajaib.
Zivan tak menolak, dia langsung meminum air yang di berikan Sherina, namun dia terkejut karna rasa air itu begitu menyegarkan.
"Ibu.. air apa ini? kenapa rasanya begitu menyegarkan?" Zivan juga memanggil Sherina ibu tanpa di minta oleh Sherina, tentu saja hal itu membuat Sherina bahagia.
"Itu air dari pegunungan, Ibu tadi mengambil dengan Alina" Sherina tentu tak akan mengatakan yang sebenarnya.
"Ibu... apakah boleh aku bergabung?
Bersambung.. semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya 👋👋