NovelToon NovelToon
Ajihan'S Silence

Ajihan'S Silence

Status: sedang berlangsung
Genre:Basket / Angst
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Affara

Jihan Alessa. Gadis ceria yang selalu mengejar cinta lelaki bernama Abintang Sagara.

Namun, ternyata perasaannya itu justru menambah luka di hidupnya. Hubungan yang seharusnya manis justru berakhir pahit. Mereka sama-sama memiliki luka, tetapi tanpa sadar mereka juga saling melukai karena itu.

"Suka lo itu bikin capek ya."

"Gue nggak pernah minta lo suka gue."

Rumah yang seharusnya tempat paling aman untuk singgah, justru menjadi tempat yang paling bahaya bagi Jihan. Dunia seakan mempermainkan hidupnya bagai badai menerjang sebuah pohon rapuh yang berharap tetap kokoh.

"Kamu adalah kesialan yang lahir!"

Itulah yang sering Jihan dengar.

Pada akhirnya aku pergi—Jihan Alessa

__________

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Affara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu tapi bukan pacar

Hari ini Abintang tidak mengikuti pelajaran di kelas karena dia sedang berlatih di LAB untuk Event Minggu depan. Jihan tampak merasa sepi karena itu. Dia tidak semangat untuk memperhatikan pelajaran. Memang dasarnya Jihan pemalas. Tapi perempuan itu jadi teringat tentang kejadian tadi malam. Jihan senyum-senyum sendiri mengingatnya. Abintang mengajaknya pergi, meski di kuburan. Malam-malam lagi.

Tapi tidak apa. Mau Jihan diajak ke kolong jembatan pun kalo Abintang yang mengajak, dia pasti mau. Memang gadis gila. Iqbal meliriknya aneh. Tempat duduk Jihan berada di samping mejanya dan Abintang berada di belakang Iqbal. Jadi Iqbal selalu menyadari ekspresi Jihan ketika pelajaran berlangsung.

 "Ngapain lo senyum-senyum gitu? Udah gila lo gara-gara Abintang nggak masuk kelas?" Sindir Iqbal pada Jihan yang melamun.

Jihan melirik Iqbal sinis. "Diem deh! Nggak usah berisik. Ganggu aja!" Balas Jihan kesal. Iqbal telah membayarkan imajinasinya yang indah.

Iqbal memutar matanya malas. Tapi lelaki itu salfok pada kening Jihan yang di perban. "Kepala lo kenapa?" Tanya Iqbal penasaran.

Jihan terdiam sebentar. "Jatuh dari tangga." Bohongnya. Tidak mungkin Jihan berkata lukanya di sebabkan oleh ayahnya sendiri.

"Ceroboh banget lo. Lain kali lebih hati-hati. Lo jadi ngingetin gue sama adek gue yang udah meninggal. Dia masih kecil banget waktu itu. Kondisinya sama kayak lo. Jatuh dari tangga," Ujar Iqbal dengan tatapan sendu. Lelaki ini sangat menyayangi adiknya. Namun karena kecerobohan orang tuanya yang sering bertengkar tanpa ingat anak, membuat tragedi itu terjadi.

"Lo tahu nggak. Terkadang rumah yang seharusnya jadi tempat berlindung, justru menjadi luka paling dalam buat seseorang."

" Orang yang seharusnya melindungi, justru menjadi ancaman. Dunia semakin lama semakin menyeramkan," Ujar Iqbal lagi. Jihan terkejut mendengarnya. Dia tahu Iqbal sedang membicarakan dirinya sendiri.

Dan Jihan tentu juga merasa tersindir. Karena kehidupannya tidak jauh beda dari perkataan Iqbal. "Rumah tanpa atap. Kalimat yang sederhana itu jadi kalimat dengan penuh makna buat orang-orang kayak gue," Iqbal selesai.

"Kenapa lo cerita kayak gini sama gue? Lo nggak takut gue nyebarin ini. Gue kan musuh lo," Kata Jihan bercanda.

Iqbal tersenyum simpul. "Karena terkadang musuh itu lebih peduli apa yang kita alami. Terbukti dulu gue sama Abintang itu musuhan, karena gue nggak terima semua orang muji-muji dia. Suka sama dia. Pokoknya banyak deh. Tapi gue sadar, ternyata Abintang nggak pernah pengen semua itu. Dia justru terganggu dengan semua pujian orang lain." Iqbal memainkan pen yang ada di tangannya.

"Dan lo tahu jawaban yang gue dapet dari Abintang? Dia bilang dia nggak suka dipuji berlebihan. Karena setiap manusia pasti memiliki kekurangan. Nggak ada manusia yang sempurna. Dia juga nggak mau pujian yang dia dapet bikin Abintang jadi ngerasa puas. Semenjak itu, gue mulai tahu kenapa Abintang banyak yang suka. Dan gue pun termasuk," Kata Iqbal panjang lebar.

Jihan memandang Iqbal lama. Lelaki yng memiliki paras tampan yang cukup hangat. Iqbal memiliki aura Soft Boy yang membuat orang lain nyaman jika berbicara dengan lelaki ini. Meski menyebalkan jika sudah bertengkar dengan Jihan. "Gue mulai suka sama lo," Ujar Jihan membuat Iqbal tersedak kaget. Wajah cowok itu memerah.

"Ck. Jangan aneh-aneh! Ntar gue kena tendang Abintang kalo lo suka gue!" Jawab Iqbal panik.

Jihan tercengang. "Stress! Mana mungkin gue suka lo karena itu. Hati gue cuma buat Abintang kalii! Nggak usah pede!" Sewot Jihan membuat Iqbal tertawa karenanya.

"Tapi sumpah, Han. Sebenarnya Abintang itu suka lo apa enggak sih? Mau bilang gak suka dia selalu respon lo dan biarin lo ngintilin dia. Mau bilang suka juga dia dingin banget sama lo."

"Jangankan elo. Gue sendiri aja bingung, Bal. Mana tadi malem dia ngajakin gue jalan lagi. Sikapnya juga manis banget bikin gue meleleh!" Ujar Jihan tersenyum.

Iqbal tersentak kaget. "Bintang ngajakin lo jalan semalem?! Sumpah?! FIKS CINTA LO TERBALAS!" Hebohnya tiba-tiba membuat guru yang sedang mengajar meliriknya galak.

"Iqbal. Jika kamu ribut sendiri mending gantiin ibu ngomong di depan," Ucap Bu Ani guru IPS.

Iqbal meringis menggaruk pipinya. "Maaf Bu."

Bu Ani hanya menghela napas lalu melanjutkan mengajar karena sebentar lagi istirahat tiba. Jihan melirik Iqbal dan mengejek dengan mulutnya berbicara 'Mampus!' tanpa suara.

Iqbal berdecak lalu berbisik, "Dia ngajakin lo kemana?" Tanyanya masih belum kapok.

"Kuburan."

"HAHH! GILA YA?!"

"Iqbal! Lebih baik kamu keluar jika masih ribut!" Tegur Bu Ani sudah muak.

Iqbal menutup mulutnya rapat-rapat. "Iya Bu. Maaf. Saya khilaf." Dia menyesal. Sepertinya Iqbal yang terlalu cepat menyimpulkan hubungan Jihan dan Abintang.

Sedangkan Jihan sudah ngakak dalam hati melihat Iqbal yang shock.

***

"ABINTANG KAMU MAU KEMANA? AWAS AJA KALO DEKET-DEKET CEWEK LAIN!" Teriak Jihan menggema di seluruh kantin.

"Bukan pacar tapi posesifnya minta ampun," Ujar Brian pada teman-temannya. Abintang duduk di sebelah Kevin, bersamaan dengan Iqbal yang baru datang.

"Biasalah cewek. Mau aja di gantungin," Balas Avan sibuk main game di hpnya.

"Lo kira gantungan! Sekate-kate lo kalo ngomong!" Ucap Aksa.

Jihan mendekati Abintang di meja kumpulan Daevas dengan berani. Entahlah, keberanian mana yang Jihan dapat. Padahal dulu dia takut setengah mati mendengar nama Daevas. "Abi aku boleh duduk di sini?" Katanya menunjuk tempat kosong sebelah Abintang.

"Nggak!" Balas Abintang cuek.

"Lohh kok gitu sihh! Boleh ya? Ya ya ya!" Mohon Jihan.

"Enggak ya enggak. Lo paham bahasa manusia kan?" Ketus Abintang terlihat marah.

Jihan terkejut karena itu. Kenapa Abintang berubah secepat ini. Bukankah tadi malam cowok ini bersikap lembut padanya. Tapi sekarang, seolah malam itu mereka tidak saling bertemu. Kevin dkk pun tidak berani ikut campur. Mereka hanya terdiam melihat.

"Kenapa nggak boleh? Ini kan kosong. Sedangkan kursi lain udah penuh, sisa ini doang." Jujur Jihan. Karena kantin sudah penuh.

"Abintang. Soal nomor tiga puluh gimana? Gue bingung."

Suara seorang gadis membuat Jihan dan yang lainnya menoleh. Dia adalah Kiara, gadis cantik yang sekelas dengan anggota Daevas. IPA tiga. Kiara selalu menduduki peringkat pertama di kelas mereka, tidak heran jika Kiara banyak yang suka. Bahkan Brian pun menyukai perempuan itu, tapi tidak berani mengungkap kan perasaannya. Dia merasa tidak pantas.

"Yang mana?" Abintang berkata lembut. Berbeda sekali jika dengan Jihan, ketus dan dingin.

Kiara duduk di sebelah Abintang langsung dan menunjukkan kertas soal yang ia bawa. "Yang ini. Susah." Abintang pun menjelaskannya dengan pelan hingga Kiara mengerti.

Jangan tanyakan keadaan Jihan saat ini. Hancur total. Abintang tidak membolehkan Jihan duduk di sampingnya, tapi membiarkan Kiara begitu saja tanpa masalah. Jihan melihat mulai melihat perbedaan mereka yang jauh. Jika dibandingkan dengan Kiara, Jihan hanyalah butiran debu.

"Udah paham?" Tanya Abintang pada Kiara. Gadis itu mengangguk senang.

 "Makasih ya. Tadi gue udah bingung mau nanya siapa. Untung ada elo," Kata Kiara dibalas anggukan Abintang.

"Abi nanti pulang bareng, ya?" Ujar Jihan pada Abintang. Tapi lelaki itu hanya diam tidak merespon.

"Mau ke LAB nggak? Gue tadi nemu buku bagus banget tentang sains. Lo suka sains kan?" Ajak Kiara pada Abintang.

"Ayo," Setuju Abintang begitu saja. Kiara tersenyum senang kemudian menggandeng tangan Abintang dan membawanya ke LAB.

Jihan menahan tangan Abintang sejenak. "Abintang semangat ya lombanya. Kiara juga. Kalian pasti menang, soalnya kalian kan pinter. Oh ya, Abi nggak boleh kecapean karena belajar. Harus jaga kesehatan biar lombanya lancar."

"Abi juga jangan kebanyakan minum soda. Nggak sehat. Kamu kan harus jaga kesehatan." Abintang tertegun mendengarnya. Bagaimana Jihan tahu jika Abintang sering minum soda.

"Lepas!" Abintang menepis tangan Jihan kasar.

"Lo bukan siapa-siapa gue. Nggak usah ngatur-ngatur," Ucap Abintang menusuk.

"Aku tahu kok Abi! Aku bukan siapa-siapa kamu. Aku kan cuma ngingetin aja." Jihan sadar. Sangat sadar jika dia hanya orang asing bagi Abintang.

"Berhenti ganggu gue Jihan. Gue nggak suka sama lo!"

"Iya. Aku bakal usaha." Jihan perlahan mundur.

"Maaf udah ganggu kamu. Tapi aku nggak bisa jauh-jauh dari kamu. Bisa kasih waktu? Biar aku nggak ganggu kamu pas lagi sibuk."

Abintang menatapnya tajam. "Lima hari. Jangan ganggu gue."

Jihan mengangguk. "Makasih Abi. Maaf karena gangguin kamu terus." Gadis itu berbalik pergi. Abintang menatap punggungnya yang menjauh. Rahangnya mengeras.

Anggota Daevas hanya bisa melihat tanpa merespon. Meski mereka sedikit kesal dengan perlakuan Abintang pada Jihan. Ya mau bagaimana lagi. Itu salah Jihan kenapa sering menganggu Abintang.

Suka kamu itu bikin capek, ya. Kapan kamu bakal liat aku?

****

Sesuai perkataan Abintang. Jihan tidak mengganggunya selama lima hari. Tapi kenapa Abintang jadi merasa ada yang kurang. Setiap kali mereka berpapasan Jihan langsung menghindarinya. Tidak ada suara cempreng yang selalu mengusiknya. Warna di hidup Abintang terasa abu-abu ketika Jihan memilih menjauhinya.

Abintang melihat seorang gadis yang masih terduduk sendirian di kelas dengan kepala tertelungkup pada meja. Ini sudah sore, dan Abintang baru saja selesai latihan basket. Di ke kelas untuk mengambil tasnya.

Abintang berjalan mendekatinya. Lalu menarik kursi dan duduk di sebelah gadis itu. "Kenapa belum pulang?" Tanya Abintang pelan.

"Apa peduli mu? Mau aku jungkir balik kek. Kayang kek. Emangnya kamu peduli? Nggak kan," Ketus Jihan tidak ingin menatap wajah Abintang.

"Jihan," panggil Abintang.

Jihan tidak merespon. Abintang kesal karenanya. "Ayo pulang. Udah sore," Ajaknya dengan lembut.

Jihan langsung berdiri dan memakai tasnya. Kemudian berjalan pergi meninggalkan Abintang begitu saja. Gadis itu melirik-lirik kebelakang. Berharap Abintang akan mengejarnya dan minta maaf. Ternyata tidak.

"Ihh Jihan! Lo ngarep apaan sih! Percuma juga lo ngejar-ngejar Abintang. Dia nggak suka sama lo! Udah ya. NYERAH!!"Teriak Jihan uring-uringan.

Tapi Jihan akhirnya berbalik. Dia ingin pulang bersama Abintang. Apalah daya mulut dan hati tidak sama. Namun saat kembali ke kelas, Jihan tidak menemukan keberadaan Abintang. Akhirnya dia mencari Abintang di parkiran.

Begitu sampai. Jihan langsung menyaksikan Abintang sedang berbicara berdua dengan Kiara. Jihan tidak terima langsung menghampiri mereka. "MISI-MISI!! NGGAK BOLEH BUCIN DI AREA UMUM! PAMALI!" Ujar Jihan menengahi mereka.

Abintang menatapnya datar. "Ehh, kita nggak ada hubungan apa-apa kok. Iyakan, Bin?" Kata Kiara dengan ramah.

Lelaki itu hanya berdehem mengiyakan. Jihan tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. "Ya udah. Abi, pulang bareng yok!" Ajak Jihan.

"Maaf ya. Abintang pulang bareng aku," Ujar Kiara merasa bersalah.

"Ohh gitu ya?"

Senyum Jihan memudar, dia melirik Abintang meminta penjelasan. "Ayo pulang, Ra." Abintang menaiki motornya di ikuti Kiara.

"Jihan. Kita duluan ya," Pamit Kiara ramah.

Jihan hanya bisa mengangguk. "Hati-hati." Dia tersenyum manis membuat Abintang memandangi sejenak dari balik helem.

Tanpa menunggu lama. Abintang menjalankan motornya meninggalkan kawasan sekolah. Jihan merasakan dadanya terasa nyeri.

Sejak awal kita memang tidak di takdir kan untuk bersama. Perbedaan jauh antara kita sudah berhasil membungkam ku. Kamu yang sempurna dan aku yang banyak kurangnya.

1
Forta Wahyuni
knapa bego x jd cewek, knapa stiap novel slalu merendahkan perempuan n krn cinta jadi bodoh dan tolol.
Gibran Cintaku
semangattt thorr/Smile/
Ruby: thank you prenn/Frown//Drool/
total 1 replies
Gibran Cintaku
The real cegil/Proud/
Ruby: Cegil premium itu prenn /Smile/
total 1 replies
Nika Trinawati
Temenan sama aku aja om😼
Ruby: jewer aja prenn😣
Gibran Cintaku: Arsen nih nyebelin juga ya/Speechless/
total 2 replies
Nika Trinawati
Pake nanya!!
Ruby: Hehe santai prenn 🤧
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!