Aurelia... seorang wanita cantik yang selalu hidup dengan penuh kesederhanaan, dia hidup bersama ibu dan juga neneknya di dalam kesederhanaan.
walaupun banyak cobaan yang datang, aurelia tidak patah semangat dalam menapaki kehidupan yang penuh liku. sampai pada akhirnya dia bertemu dengan seorang laki laki tampan yang membuat hatinya terpatri akan nama dan wajah tampan laki laki tersebut, akankah kisah aurelia akan berakhir bahagia...? jika penasaran dengan cerita ini...? ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yaa... selamat membaca…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekawatiran aulia dan oma ana.
“Hei… pegangan, kalau lo tidak mau jatuh.” Sunggut yudis merasa kesal dengan aurel, dari tadi dia sudah bersabar menghadapi aurel yang keras kepala.
“Nggak….” Terima aurel kesal.
Dengan sengaja Yudistira melajukan motornya lebih kencang, sehingga aurel terpaksa berpegangan ke perut six pack Yudistira.
senyum menggembang terlihat dari wajah tampan Yudistira tanpa aurel ketahui, mereka melaju ke arah rumah aurel.
“Habis ini belok kiri.” Ucap aurel sengaja mengeraskan suaranya.
Yudistira pun mengikuti ucapan aurel, tampak perumahan untuk kalangan menengah karena terlihat dari bangunan yang berdiri di kanan dan kiri mereka.
“Yang mana rumah lo.” Yudistira memelankan motornya melihat ke kanan dan kiri perumahan yang dia lewati.
“Itu…” tunjuk aurel memperlihatkan rumahnya yang ternyata sudah dekat.
Yudistira melajukan motornya dan segera memasukkan motornya ke dalam teras rumah milik aurel, tampak kosong dan sepertinya tidak ada seorangpun di dalam padahal masih pukul delapan malam.
“Lo sendirian.” Tanya Yudistira menahan motornya, merasakan aurel yang akan turun dari motor miliknya.
“Hmm… iya, mama sama oma sedang pergi. Nih…” aurel menyerah helm milik Yudistira.
“Boleh aku minta air minum.” Yudistira menstandarkan motornya setelah meletakkan helm miliknya.
“Hmm…”
Aurel masuk kedalam sambil berjalan sedikit pincang, Yudistira yang melihatnya merasa kasihan. Sebenarnya dia ingin menolong aurel, tapi Yudistira tahu jika aurel tidak akan mau menerima bantuannya.
Aurel membukakan pintu rumahnya dan mempersilahkan Yudistira untuk menunggu di teras depan, dia segera menghidupkan lampu depan dan bagian dalam.
Yudistira melihat sekeliling dengan jelas setelah melihat lampu teras depan sudah di hidupkan oleh aurel.
“Wow… sepertinya jika pagi hari duduk di sini bisa merilekskan pikiran.” Batin angga menatap akuarium yang terisi beberapa ikan mas koki di dalamnya.
Tak lama aurel datang sambil membawa dua jus jeruk di tangannya, dia melihat Yudistira yang menatap ikan peliharaannya.
“Minum dulu.” Ucap aurel sambil meletakkan gelas minuman milik Yudistira.
“Makasih…” Yudistira tersenyum melihat aurel.
“Sepertinya di sini kalau pagi hari nyaman banget ya.” Yudistira meminum air minum pemberian aurel.
“Hmm… biasa aja.” Aurel yang merasa biasa saja tidak seperti Yudistira, karena dia melihat pemandangan di terasnya setiap hari jika dia tidak ada kerjaan.
“Oh iya, ini obat milikmu.” Yudistira mengeluarkan obat milik aurel, dia meletakkan obat tersebut di atas meja.
“Masalah biaya pengobatannya nanti aku transfer ke rekening kamu.” Aurel mengeluarkan handphonenya, tapi Yudistira menahannya.
“Jika kamu ingin berniat ingin membayarnya boleh tidak jika barter aja.” Yudistira yang tidak pernah mempersoalkan masalah uang sengaja menolak niat aurel.
“Maksud kamu…?” Aurel menatap heran ke arah Yudistira, senyum tampan Yudistira sengaja dia perlihatkan di depan aurel.
Diam dan sepertinya aurel merasa tersihir dengan senyuman Yudistira, sampai sepertinya dia tidak bisa mengedipkan kedua mata indahnya.
“Aurel… hei…” Yudistira yang berbicara dari tadi sepertinya tidak di dengarkan aurel, yudis merasa jika aurel diam seperti patung. Yudistira melambaikan tangannya di depan aurel, sampai aurel merasa terkejut karena ulah Yudistira.
“Oh.. anu… mmm… maaf, bagaimana…?” Aurel terlihat gugup dna salah tingkah, bisa bisanya dia tersihir oleh senyum Yudistira tadi.
“Haha… aku kira kamu kerasukan, apa perlu aku ulang lagi permintaanku tadi.”
Aurel yang salah tingkah segera mengangukan kepalanya cepat, dengan perlahan Yudistira menghela nafasnya dia merasa seperti di permainkan oleh aurel saat ini.
“Bawakan aku sarapan setiap pagi, bagaimana apa kamu sanggup.”
Aurel mengeryit heran ke arah Yudistira, dia berfikir bagaimana bisa Yudistira menginginkan dia menyediakan sarapan setiap pagi untuk Yudistira.
“Nggak, mending aku bayar aja pakai uang.”
Yudistira tersenyum lagi, kali ini aurel tidak mau menatap wajah tampan milik Yudistira yang menggandung sihir menurut aurel.
“Oke baiklah jika itu maumu.” Yudistira mengeluarkan secarik kertas bukti pembayaran di rumah sakit tadi ke arah aurel.
“WHAT… sebanyak ini, jangan jangan kamu sudah memanipulasinya.”
“Hahaha…. Buat apa aku memanipulasi pembayaran rumah sakit yang nggak seberapa.”
Aurel terdiam, dia memikirkan kenapa bisa sebanyak itu pembayaran rumah sakitnya. Padahal aurel juga tidak jadi menginap di sana, tapi aurel mengingat fasilitas yang ada di rumah sakit tersebut tadi.
Aurel mengakui jika ruangan di rumah sakit tersebut tidak seperti ruangan dimana dulu papanya di rawat waktu kecelakaan, mungkin bisa dikatakan penataan ruangannya seperti hotel bintang lima.
“Bagaimana… masih mau berniat membayarnya.” Yudistira menatap aurel seperti tengah mengejeknya.
“Jika sebanyak itu, aku harus bekerja keras untuk melunasinya. Mungkin uang saku ku selama satu tahun belum bisa melunasinya,Ck…” terdengar aurel berucap lirih tapi masih dapat Yudistira dengar.
“Oke jika kamu tidak sanggup, maka buatkan aku sarapan setiap hari. Sepertinya aku harus pulang, aku masih ada keperluan setelah ini.” Yudistira berdiri dan memakai jaket miliknya yang ada di meja.
“Oh iya jangan lupa, mulai besok kamu siapkan sarapan untukku selama satu tahun ke depan.” ucap Yudistira mengingatkan aurel.
“Apa…? Kenapa harus besok.”
Aurel merasa terkejut bukan main, dia merasa sednag di permainkan oleh Yudistira.
“Aku pergi dulu, ingat mulai besok.”
Sebelum pergi angga menggerlinagkan matanya di depan aurel, yudis tahu jika aurel terlihat kesal, tapi yudis tidak mempedulikan nya.
Aurel mengeratkan kepalan tangannya melihat Yudistira yang akan keluar dari halaman rumahnya, tapi baru saja Yudistira pergi terlihat aulia bersama oma ana yang baru saja akan masuk ke halaman rumah mereka.
“Siapa itu tadi rel.” Tanya aulia heran melihat motor sport milik Yudistira.
“Teman ma..”
aurel segera membantu membawakan barang milik aulia, sednagkan oma ana menatap dengan tajam ke tubuh aurel.
“Kamu habis jatuh dimana rel, sampai lecet lecet gitu dan itu tangan kamu sepertinya memar.”
Oma ana sangat mengkawatirkan kondisi aurel saat ini, aulia yang belum menyadari kondisi aurel segera mendekatinya dna melihat lecet yang terlihat jelas di kaki dan tangan aurel.
“Kamu kenapa…?” Ucap panik aulia membantu aurel berjalan masuk kedalam.
“Aku tadi keserempet motor waktu nolongin kakek kakek yang mau menyeberang jalan ma.”
“Ya Tuhan, trus kenapa kamu tidak kerumah sakit aurel, itu luka kamu akan terasa perih Hlo, mendingin sekarang kita kerumah sakit aja, mama nggak mau kamu kenapa kenapa.”
Aurel menghentikan gerakkan aulia, dia mengeleng cepat, sedangkan oma ana mengambil barang yang di bawa aurel.
“Ma… oma… tadi lihat temen aku yang baru aja ke sini kan, dia yang bawa aku ke rumah sakit. Dan aku juga di perbolehkan pulang, ini hanya luka kecil oma, mama.”
“Tapi itu nanti akan membekas rel, itu harus di obati secara intensif agar tidka infeksi.” Oma Ana melihat sekali lagi luka lecet aurel, dia kawatir jika kelak aurel mempunyai bekas luka. Karena baginya wanita itu harus berpenampilan sempurna.
“Jangan kawatir oma, nih aku juga sudah di kasih obat sama dokter.” Aurel mengeluarkan obat yang di berikan Yudistira tadi.
“Ya sudah sekarang kamu istirahat, biar oma dan mama yang menata barang barang ini.”
Aurel yang di suruh istri rahmat segera melangkah menuju ke kamarnya, dia lebih baik menuruti perintah mamanya dari pada nanti kena omelan.