Menjadi Istri Ke 2

Acara ulang tahun teman SMA Lova berjalan dengan lancar sampai detik ini. Bahkan Lova harus tertahan karena penasaran dengan suami teman tapi musuhnya itu.

"Lov, tadi itu siapa?" Belvi penasaran dengan cowok asing yang terus berusaha mengajak Lova berbicara.

Namun dilihat dari sikapnya, Lova seperti tidak nyaman, gadis itu tidak merespon dan terus beralasan agar menghindar.

"Sepupunya Kenzo, namanya Zean," jelas Lova berhasil membuat mata Belvi melebar.

"Lah si anying, kenapa nggak bilang dari tadi sih? Tau gitu gue kasih nomor gue tadi," sungut Belvi menyesal karena tadi sok jual mahal dengan cowok yang ternyata sepupu Kenzo itu.

Zean memang sempat meminta nomor Belvi, entah karena memang ingin mengenal gadis itu atau ada maksud tersendiri, tetapi diliat dari cara bicara Zean yang sedikit tengil dan juga narsis parah, membuat Belvi ogah memberikan nya, meskipun tampang Zean juga kategori cakep.

Dan sekarang, gadis itu menyesal setelah tahu Zean sepupu Kenzo, cowok kaya raya yang keluarganya memiliki hotel berbintang 5 itu.

"Nyesel-nyesel."

Lova hanya melirik malas. Memang Belvi tidak jauh berbeda dengan nya, suka cowok kaya, bukan apa-apa, menurut mereka wajah cantik mereka harus dimanfaatkan, percuma saja kalau cantik tapi sama cowok tidak bermodal alias miskin, itu prinsip mereka.

"Ehem, mohon perhatian nya semua," ujar pembawa acara membuat semua yang berada di sana seketika menoleh, menghentikan kegiatan mereka tadi.

"Acara tiup lilin akan segera dimulai, dimohon untuk maju ke depan para tamu yang datang malam ini."

Lova tidak bergeming. Tidak minat sama sekali dengan acara ulang tahun yang malah seperti anak kecil itu. Ia sendiri sebenarnya sudah sangat ingin pulang jika bukan karena penasaran dengan suami teman SMA nya itu.

"Lo mau tetep di sini apa ikut maju?"

"Nggak usah nanya juga lo udah tahu jawaban nya," kesal Lova.

Belvi mengangguk saja. "Oke, gue ikut ke depan ya? Siapa tahu dapat berita," ujarnya berlalu.

Lova menghela napas. Ia malas sekali sebenarnya, dari pada melihat acara yang sebenarnya sangat tidak penting untuknya, lebih baik ia pergi dari sana. Lova berniat pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya, tidak peduli jika make up nya akan luntur nanti. Toh, ia memang cantik dan acara reuni yang ia kira akan membuatnya lega malah sangat membosankan baginya.

Memejamkan matanya guna mengurangi kekesalan nya, Lova terus saja mengumpat.

"Oh Tuhan, saya tahu ini hari ulang tahun nya, tapi boleh nggak nasib baiknya berbalik buat saya? Karma untuk keluarganya gitu."

Doanya tidak serius, namun siapa sangka ia malah tanpa sengaja menabrak sesuatu dengan matanya yang masih terpejam. Aneh memang, itulah Kalalova.

Brukkk

Untuk yang kedua kalinya. Lova menabrak seseorang di tempat yang sama seperti kemarin, dan jika saja ia tidak ditahan, mungkin Lova sudah kembali jatuh ke lantai. Namun lagi-lagi orang yang ia tabrak menahan tubuhnya, dan kini lebih dekat dari kejadian kemarin malam.

Perlahan mata Lova terbuka, ia syok melihat wajah tampan di depan nya. Orang yang sama seperti kemarin, Lova kembali menabraknya juga di tempat yang sama.

"Ma-maaf." Lova mencoba mengurai tubuh mereka yang begitu dekat, laki-laki tersebut tanpa mengatakan apa-apa melepaskan tubuh Lova dari tangan nya, dan berniat untuk pergi jika saja gelang yang Lova kenakan tidak terkain dengan kemeja putih yang ia lipat sampai siku.

Lagi-lagi hal tidak terduga terjadi, Lova sendiri sampai menganga melihatnya, sementara laki-laki tersebut langsung berusaha melepaskan gelang Lova pada lengan kemejanya, sayangnya tidak semudah itu. Entah kenapa hanya hal kecil seperti itu bisa menyusahkan nya.

"Ck," decak laki-laki itu.

Lova diam di tempatnya, ia malah merasa gugup sekali dengan jarak yang begitu dekat dengan laki-laki di depan nya ini. Aroma maskulin, tubuh tegap juga wajah tampan nya berhasil membuat Lova bungkam, gadis yang biasanya banyak tingkah itu mendadak tidak bisa melakukan apa-apa.

"Maaf, biar saya lepas saja," ujar Lova setelah sadar jika laki-laki tampan di depan nya ini masih berusaha melepas gelang miliknya.

Setelah Lova berhasil melepaskan nya. Laki-laki itu menatapnya datar.

"Saya balikin kalau sudah bisa dilepaskan," ujarnya berlalu, meninggalkan Lova yang mengangguk kecil dengan tatapan melihat kepergian nya.

"Gue kenapa sih? Kok jadi gugup gini?" gumamnya.

Tidak dipungkiri ia merasa gugup dan berbeda ketika bertemu dengan laki-laki itu tanpa disengaja, lebih anehnya lagi ada perasaan aneh yang menjalar dalam dirinya.

"Sumpah, ini bukan Lova banget, tapi ganteng banget anjir," gumamnya lagi.

Setelahnya Lova melangkah menuju ke toilet, dimana dia akan membasuh wajahnya, meski sebenarnya rasa malas itu perlahan hilang karena pertemuan tidak disengaja tadi.

"Lama banget sih? Ngapain aja? Berak benang lo?" galak Belvi setelah Lova kembali.

"Enak aja, gue baru aja ketemu calon jodoh tau," balas Lova seenaknya.

Belvi menaikan sebelah sudut bibirnya. Kesal dengan jawaban Lova yang terdengar tidak masuk akal.

"Jodoh lo ya Kenzo, tuh liat suami tuh anak, bisa-bisanya dia seberuntung itu?"

Lova langsung menoleh ke depan. Otaknya tidak bisa mencerna beberapa detik sebelum akhirnya sadar dengan tubuh yang tiba-tiba terasa kaku, perasaan marah langsung ia rasakan, juga kekecewaan mendalam.

"Dia suami Serina?"

"Ya, baru juga diumumi, pamer kayanya biar pada tahu kalau dia sekarang punya suami ganteng plus kaya raya."

Tangan Lova mengepal, ia menatap kedua orang yang sedang tersenyum di depan sana. Bahkan senyuman Serina sangat bahagia, tanpa beban. Sementara ia bertahun-tahun harus merasakan sakit, marah dan penuh kepedihan dalam hidupnya.

"Lo beneran udah nggak dendam lagi sama dia Lov? Bukan apa-apa, kalau lo cari masalah sama dia, lo berurusan dengan orang kaya Lov, mereka bisa membeli apa aja dengan uang, termasuk kebenaran."

Lova diam tidak langsung menanggapi ucapan Belvi, ada benarnya juga apa yang dikatakan Belvi, Lova tidak bisa membalas Serina dengan terang-terangan, ia harus membalasnya dengan cara yang halus, tidak terlihat namun sangat pasti membuat hidup gadis itu hancur, sama hancurnya seperti hidupnya sekarang.

"Lo bisa cari tahu tentang suami Serina Bel?" tanya Lova tanpa menatap Belvi.

Gadis itu menatap ke arah depan, menatap dua pasangan suami istri yang terlihat sangat bahagia sekali.

"Untuk lo, apapun Lov," balas Belvi membuat Lova menoleh ke arahnya. Tersenyum tipis dengan wajah yang sudah memerah.

"Dia juga harus ngerasain apa yang lo rasian selama ini Lov."