NovelToon NovelToon
Blood & Oath

Blood & Oath

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Tentara / Perperangan / Fantasi Timur / Action / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:735
Nilai: 5
Nama Author: Ryan Dee

Tharion, sebuah benua besar yang memiliki berbagai macam ekosistem yang dipisahkan menjadi 4 region besar.

Heartstone, Duskrealm, Iron coast, dan Sunspire.

4 region ini masing masing dipimpin oleh keluarga- yang berpengaruh dalam pembentukan pemerintahan di Tharion.

Akankah 4 region ini tetap hidup berdampingan dalam harmoni atau malah akan berakhir dalam pertempuran berdarah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryan Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 3 - Act 1 - House of blood

Deru ombak terus menabrak kapal, angin kencang bertiup mendorong layar kapal terus maju kedepan.

Hujan deras mewarnai suasana kelam di kapal ini, semakin dekat dengan daerah shattered isle semakin besar juga badai yang mereka lewati.

"Hei aku melihat pulau disana!" teriak zein sambil menunjuk kepulau yang berada jauh di depan.

"Hei apa itu pulau tujuan kita?" Tanya zein pada Zeyra yang sedang mengendalikan kapal.

"Ya, itu adalah Shattered isle, kita akan memutar sedikit ke bagian barat pulau, disanalah tempat Veyloris port berada" jawabnya.

Zeyra membelokan kapalnya menghindari bebatuan tajam yang menjulang dari dalam air laut seperti cakar harimau yang siap membelah mereka kapan saja.

Lautan di pesisir shattered isle memang terkenal dengan cuaca ekstrem nya yang membuat para pelaut enggan untuk memasuki daerah ini.

Hanya para pelaut dari keluarga Veyloris lah yang mampu menaklukan ombak di pesisir pulau ini. Oleh karena itu barang-barang yang berasal dari shattered isle dihargai dengan harga tinggi di Tharion karena tidak ada yang bisa membawanya keluar pulau selain keluarga Veyloris yang menjadikan mereka salah satu keluarga paling berpengaruh di Tharion.

Meskipun begitu Veyloris sangatlah loyal terhadap keluarga Thalvane yang sudah menjadi pelindung Shattered isle bahkan sebelum kerajaan di Tharion berdiri.

"Itu dia!" teriak Jeyra.

Zein melihat kearah pulau yang sekarang mendadak menjadi sebuah kota besar yang terlihat sangat kaya dan kuat.

"Jadi ini Veyloris port" ucap Galland yang berada di sebelah zein.

Ser Garrick keluar dari dalam kapal dan melihat kota itu dengan tatapan lega.

"Akhirnya" gumam Ser Garrick.

Jeyra memerintahkan anak kapal nya menurunkan layar kapal untuk mengurangi kecepatan karena mereka akan memasuki kawasan pelabuhan.

"Turunkan jangkar!" teriak salah satu anak kapal.

Jangkar diturunkan ketika posisi kapal sudah mendekati pesisir pantai kota ini, dan perlahan kapal ini pun berhenti tepat di sebuah jembatan.

Anak-anak kapal langsung turun dan mengikat tali kapal dipasak yang disediakan khusus untuk kapal yang datang.

"Selamat datang di Veyloris port!" ucap Jeyra sambil tersenyum.

"Aku akan bangunkan James dan Celeste!" ucap Galland masuk kedalam kapal.

-

-

-

"Hei kita sudah sampai" ucap Galland membangunkan Sandel dan yang lain untuk membantu James bangun dari tempat tidurnya.

Celeste bangun mendengar suara Galland yang datang dan langsung membangunkan James dengan lembut.

"James, kita sudah sampai. Ayu bangunlah" ucap Celeste sambil menggoyangkan tubuh James yang masih terasa sangat panas.

Sandel meletakan tangan James di pundaknya dan berjalan perlahan sementara Celeste terus memegangi tangan James di sisi lainnya.

Dipelabuhan mereka bertemu kembali dengan Jeyra yang sudah berjanji akan membawa mereka bertemu dengan Lord Kaelen Thalvane.

Mereka berjalan beriringan melewati kota besar di pulau yang dikelilingi kabut seperti sebuah tirai ini.

"Kabut ini hanya menutupi sisi luar pulau seperti sebuah penutup pada makanan" Ucap Zein.

"Ya, sama seperti yang kita temui di frostmarch waktu itu" ucap Galland.

"Apa menurut mu ini ada hubungannya?" tanya Sandel.

"Entahlah, yang pasti ini terasa sangat familiar" jawab Galland.

Ditengah obrolan mereka, Jeyra memotong.

"Oh ya, aku lupa untuk memberi tahu pada kalian bahwa lord Thalvane tidak suka jika terlalu banyak orang datang ke tempatnya" ucapnya.

Mendengar hal itu Ser Garrick langsung memotong.

"Kalau begitu hanya aku yang akan menemani James kesana" ucap Ser Garrick.

"Bawa aku juga!" Ucap Celeste masih dengan suara serak. Akibat luka di tenggorokannya.

"Baiklah, kurasa 3 orang tidak akan membuat masalah" ucap Jeyra.

"Kalau begitu ikuti aku, sisanya kalian bebas melakukan apa saja dikota ini asal bukan tindak kriminal ya" ucap Jeyra dengan nada santai.

"Kalau begitu aku akan mencari penginapan, kita bertemu di pusat kota nanti" ucap Galland diikuti oleh Sandel dan Zein untuk mencari penginapan.

Ser Garrick, James, dan Celeste kini melanjutkan perjalanan mereka menuju Thalvane keep.

Diperjalanan kondisi James semakin parah, tubuh nya semakin lemas dan panas, nafasnya semakin tidak beraturan dan wajahnya pun semakin pucat.

Celeste menggenggam tangan James dengan erat disampingnya berusaha menguatkan James agar dia terus berjuang.

Ser Erick memopong James di pundaknya hanya untuk James agar dapat berjalan bersama mereka.

Tepat dikejauhan terlihat sebuah castle besar yang dikelilingi kabut disekitarnya, tembok hitamnya memancarkan aura kelam yang sangat terasa di udara.

"Apakah itu tujuan kita?" Ucap ser Garrick.

"Ya, itu Thalvane keep" Jawab Jeyra.

"Ingatlah, jangan berkata apapun sampai lord Thalvane menyuruh mu untuk berbicara" ucap Jeyra serius.

Mereka pun kini berada tepat di depan gerbang yang menjulang tinggi.

"Hei! Ini aku Jeyra, aku kesini membawa beberapa tamu untuk lord Kaelen!" teriaknya pada penjaga diatas tembok.

Penjaga tembok pun mengacungkan kan tangannya dan suara keras terdengar dibalik tembok.

Klik! Sreettt!

Suara rantai yang mengangkat gerbang besi secara perlahan terdengan keras dibalik tembok hitam yang besar itu.

Terlihat seorang yang berpakaian seperti knight berdiri dibalik gerbang pada sisi lainnya.

Sebelum gerbang terbuka penuh, penjaga itu menunduk dan keluar dari dalam untuk menghampiri Jeyra yang juga sudah berjalan maju diikuti oleh Ser Garrick dan yang lain.

Penjaga itu berjabat tangan dengan Jeyra seakan mereka sudah kenal sangat dekat.

"Jeyra, kali ini siapa yang bawa?" Tanya penjaga itu dengan suara berat khas nya.

"Lord Kaelen pasti akan suka dengan tamu yang kubawa kali ini" ucap Jeyra bersemangat.

Penjaga itu memalingkan pandangannya pada James dan berjalan mendekati mereka.

dengan satu pandangan dalam penjaga itu seperti mengerti apa yang sedang dialami oleh James.

"Pastikan kalian meninggalkan persenjataan kalian pada bawahan ku disana" ucapnya sambil menunjuk keseorang pria dengan tatapan polos di depan gerbang.

Ser Garrick melepaskan ikat pinggang untuk mengantungkan pedangnya dan memberikannya ke penjaga itu.

Mereka pun trus berjalan mengikuti komandan penjaga tadi. Mereka kembali dihadapkan dengan pintu gerbang dan kali ini pintu gerbang yang langsung masuk kedalam castle ini.

Pintu itu di penuhi ukiran pertempuran antara dua kubu yang memiliki kekuatan sihir yang seperti menceritakan asal usul dari keluarga Thalvane.

Perlahan pintu itu terbuka diikuti suara semacam mekanisme yang memungkinkan pintu ini dibuka tanpa tenaga manusia sama sekali.

Ketika pintu terbuka terlihatlah lorong besar yang penuh dengan ukiran serupa dan armor armor berbaris rapi di setiap temboknya.

pilar-pilar besar menopang atap yang dipenuhi oleh lampu chandelier yang sangat indah berbalut emas dan permata.

Diujung lorong terdapat dua penjaga dengan armor lengkap dan tombak ditangannya.

"Apakah kalian seorang knight?" ucap Ser Torren bertanya kepada komandan penjaga itu.

"Knight? Gelar semacam itu tidak ada gunanya disini" ucapnya.

Mereka terhenti didepan pintu besar yang dijaga oleh kedua penjaga itu.

"Mereka adalah tamu lord Kaelen" ucap komandan itu.

Lalu tanpa kata kedua penjaga itu mendorong pintu besar itu dengan satu tangan seakan pintu itu hanya pintu rumah biasa.

Dibalik pintu itu sebuah ruangan besar yang ditengahnya memiliki meja bundar yang hampir menutupi seluruh bagian tengah ruangan itu.

Kursi-kursi mewah mengelilingi meja itu seperti kursi pada bangsawan yang biasa digunakan untuk suatu rapat.

Di ujung ruangan seorang pria duduk di kursi yang berada diatas podium yang lebih tinggi dari meja dihadapannya.

mereka berhenti tepat didepan podium itu dan menunduk untuk memberi hormat.

"Lord Kaelen, Jeyra membawa beberapa tamu yang ingin menemui mu" ucap komandan itu.

Pria itu hanya melambaikan tangannya dan komandan itu pergi dari ruangan sambil menutup pintu dibelakangnya.

"Jadi apa yang kalian cari disini" ucap lord Kaelen.

"Salam hormat lord Kaelen, aku kesini membawakan tamu yang kupikir bisa menarik perhatian mu" ucap Jeyra sambil tetap menunduk.

"Hmm, lanjutkan" jawab lord Kaelen.

"Dia adalah James, knight dari tharion yang terkena serangan sihir api dan sekarang membuat kulit nya sangat panas dan tubuhnya terus mengeluarkan keringat sehingga dia menjadi lemas"

mendengar penjelasan Jeyra mata Lord Kaelen sedikit terbuka lebih lebar.

"bawa dia kemari" ucap Lord Kaelen beranjak dari kursinya dan berjalan kearah James.

Dia menatap mata James dengan tajam dan menyentuh dahinya lalu seperti membacakan sebuah mantra.

Dengan ajaib sidik jari Lord Kaelen terbentuk di dahi James seakan dia baru saja menyentuh besi panas lalu perlahan menghilang.

"Hmm, bawa dia keruangan ku" ucap lord Kaelen berjalan menuju pintu di belakang kursinya.

"Dan sisanya bisa menunggu disini sampai semuanya selesai" lanjutnya.

"Aku akan ikut!" ucap Celeste.

Lord Kaelen menatap kearah Celeste dengan tatapan tajam seakan merasa tersinggung dengan kata katanya.

Dia datang menghampiri Celeste dan melihat memar di lehernya, lalu dia menyentuh lehernya dengan lembut dan memar itu menghilang dengan sendirinya.

"A-apa yang" ucap Celeste tidak percaya lukanya langsung sembuh secepat itu.

"Kau gadis yang berani" ucap Lord Kaelen.

"Tapi tunggulah disini sebentar" Lord Kaelen berjalan menuju ruangannya.

"Teman mu akan baik baik saja selama aku ada disini" ucapnya sebelum menutup pintu bersama James didalam.

1
Mr. Wilhelm
kesimpulanku, ini novel hampir 100 persen pake bantuan ai
Ryan R Dee: sebenernya itu begitu tuh tujuannya karena itu tuh cuma sejenis montage gitu kak, kata kompilasi dari serangan disini dan disana jadi gak ada kata pengantar buat transisi ke tempat selanjutnya, tapi nanti aku coba revisi ya kak, soalnya sekarang lagi ngejar chapter 3 dulu buat rilis sebulan kedepan soalnya bakalan sibuk diluar nanti
total 7 replies
Mr. Wilhelm
transisi berat terlalu cepat
Mr. Wilhelm
Transisinya jelek kyak teleport padahal narasi dan pembawaannya bagus, tapi entah knapa author enggak mengerti transisi pake judul kayak gtu itu jelek.
Ryan R Dee: baik kak terimakasih atas kritik nya
total 1 replies
Mr. Wilhelm
lebih bagus pakai narasi jangan diberi judul fb kek gni.
Mr. Wilhelm
sejauh ini bagus, walaupun ada red flag ini pake bantuan ai karena tanda em dashnya.

Karena kebnyakan novel pke bantuan ai itu bnyak yg pke tanda itu akhir2 ini.

Tapi aku coba positif thinking aja
perayababiipolca
Thor, aku hampir kehabisan kesabaran nih, kapan update lagi?
Farah Syaikha
🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!