NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Analisis Pil

Malam ini terasa lembab. Lampu-lampu jalan berpendar kuning pucat, memantul di genangan sisa hujan sore tadi. Sebuah mobil hitam berhenti di depan gedung bertuliskan "Pusat Forensik Nasional" dengan cahaya neon biru di atas pintunya.

Valencia turun terlebih dahulu, menggenggam plastik kecil yang berisi pil berwarna oranye. Kini ia sudah tak mengenakan seragan sekolah—diganti dengan jaket kulit hitam dan celana jeans gelap. Rambutnya diikat rapi, wajahnya tetap tenang meski matanya menyiratkan kelelahan.

Cakra turun dari sisi kanan mobil, diikuti Alaric dan Bayu.

"Aman kan?" tanya Cakra sambil menyalakan rokok elektroniknya.

Valencia menggeleng pelan. "Sejauh ini aman, Cak. CCTV udah dihapus dari server sekolah. Tapi tetap aja, kita harus berhati-hati."

Alaric menambahkan, "Kalau benar gudang itu tempat transaksi, mereka pasti sadar ada yang ngubek-ngubek."

"Biarlah. Yang penting malam ini kita dapat sesuatu," jawab Valencia mantap.

Mereka melangkah masuk ke gedung forensik. Aroma disinfektan langsung menyambut, tajam menusuk hidung. Ruangan itu steril, bercahaya putih kebiruan dengan deretan alat laboratorium yang berkilat. Seorang wanita berjas lab putih mendekat, rambutnya disanggul rapi—Dokter Riska, pakar forensik senior yang sudah lama bekerja sama dengan tim Aparat.

“Valencia, sudah lama nggak lihat kamu turun langsung,” sapa Dokter Riska sambil menatap plastik di tangan Valencia.

“Kasusnya agak menarik, Dok. Saya rasa ini bukan sekadar pil biasa.”

Dokter Riska mengangguk. “Baik, saya cek sekarang. Hasilnya sekitar dua jam lagi keluar. Kalian bisa tunggu di ruang tunggu.”

Valencia menyerahkan pil itu dengan hati-hati. Dokter Riska memasukkannya ke wadah kaca, lalu menuju laboratorium di balik kaca transparan. Di dalam sana, ia mulai menyiapkan alat uji, pipet, dan mikroskop.

Sementara itu, Valencia dan timnya duduk di ruang tunggu berukuran sedang. Di pojok ruangan ada dispenser, mesin kopi, dan deretan kursi logam yang dingin. Cakra langsung mengambil kopi instan.

“Dua jam lagi... bisa tidur dulu kayaknya,” gumamnya.

Bayu terkekeh. “Tidur di kursi begini? Mending lo nyender di bahu Alaric sekalian.”

Alaric mendelik, “Nyender kepala lo!”

Valencia hanya menggeleng melihat tingkah mereka. Ia menatap jendela kaca, memandangi langit malam yang tanpa bintang. Suasana hening, hanya suara alat lab dari ruangan sebelah yang terdengar samar.

“Eh, Val,” ujar Cakra tiba-tiba, “lo yakin mau terus nyelam sendirian ke sekolah itu? Kalau ketahuan lo agen, tamat riwayat.”

Valencia menatapnya datar. “Justru karena nggak ada yang curiga, gue bisa lebih banyak gerak. Lagi pula, ini kesempatan bagus buat dapetin bukti langsung.”

“Cuma... lo itu kelihatan banget beda dari murid biasa,” sela Bayu. “Aura lo tuh bukan anak SMA, tapi agen lapangan.”

Valencia tersenyum tipis. “Jadi gue harus belajar cara ngomong kayak remaja galau, gitu?”

“Bisa dicoba,” jawab Alaric dengan nada menggoda. “Besok lo pura-pura curhat aja soal nilai jelek, biar nggak ketahuan.”

Mereka pun tertawa kecil.

Dua jam berlalu tanpa terasa. Pintu laboratorium terbuka, dan Dokter Riska muncul dengan wajah serius, membawa berkas hasil uji.

“Kalian harus lihat ini.”

Mereka langsung berdiri, mendekat. Dokter Riska meletakkan hasil analisis di meja kaca. Di layar monitor, terlihat struktur kimia pil tersebut.

“Zat utamanya mirip dengan penenang tingkat tinggi,” jelasnya. “Tapi ada campuran senyawa sintetis baru yang belum terdaftar. Obat ini bisa menekan emosi, menonaktifkan rasa sakit, bahkan luka gores atau tusukan bisa nggak terasa sama sekali selama efeknya aktif.”

Valencia menatap layar itu dengan alis berkerut.

“Efeknya berapa lama, Dok?”

“Sekitar tiga sampai lima jam. Tapi dampaknya... bisa merusak organ tubuh perlahan. Terutama hati dan ginjal.”

Ruangan seketika hening. Cakra melipat tangannya di dada.

“Jadi ini semacam obat pengendali emosi sekaligus penahan rasa sakit ekstrem... cocok banget buat orang yang sering berurusan dengan kekerasan.”

Valencia mengangguk pelan, pikirannya mulai berputar cepat. “Kalau begitu, mereka bukan cuma pengedar narkoba biasa. Obat ini dipakai untuk sesuatu yang lebih besar.”

Dokter Riska menatapnya tajam. “Hati-hati, Valencia. Kalau pil ini sudah beredar di kalangan siswa, berarti ada pihak dalam yang main di sekolah itu.”

Valencia menarik napas panjang, menatap pil oranye yang kini terbungkus rapi di wadah kaca steril.

“Kalau benar begitu... maka ini baru permulaan.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!