Aprita Narumi Pramaisyuri adalah gadis tunggal yang hidupnya sebatang kara semenjak ayah satu-satunya meninggal karena sebuah ledakan. sementara ibunya meninggalkan dia sejak ia lahir demi laki-laki lain.
kini dia hidup bersama paman dari keluarga ayahnya.
Pamannya sendiri sudah dianggap seperti ayah sendiri, namun siapa sangka justru pamannyalah yang tau semua penyebab kehidupannya hancur, termasuk kematian ayahnya. namun dia rahasiakan semuanya demi kebaikan Aprita,
hingga waktu dan usia Aprita sudah cukup untuk menerima semua kenyataan itu.
dalam perjalanan hidupnya mencari jati diri dan penyebab kematian ayahnya, Aprita bertemu dengan sosok Reyn. laki-laki yang secara kebetulan selalu menolongnya disaat dia menghadapi kesulitan. kehadiran Reyn membuat warna baru di hidup Aprita, hingga Aprita berhasil menemukan sosok penyebab kematian ayahnya.
siapakah sosok itu sebenarnya? dan bagaimana kisah cinta Aprita dengan Reyn ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Willsky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deep Talk I
Tak terasa hari semakin sore, Reyn tertidur disofa sembari memeluk Aprita. Mereka berdua tampak pulas. hingga bunyi alarm di ponsel milik Aprita berbunyi sangat kencang sampai membangunkan mereka.
" Hooaam ... Jam berapa ini?" ucap Aprita sembari melihat jam di ponselnya.
" Nggak kerasa udah jam setengah enam, hari sudah gelap, lampunya belum dinyalakan." Aprita kemudian bangun.
Dia melepaskan pelukan erat dari Reyn yang masih pulas tertidur. Kemudian menutup gorden jendela dan menyalakan lampu-lampu. Aprita lalu menepuk-nepuk bahu Reyn supaya terbangun.
" Reyn ... bangun ... sudah sore. sudah waktunya kamu pulang." ucap Aprita.
Reyn perlahan terbangun dan membuka matanya.
" Malam ini aku akan menginap disini, menjagamu dan ... berduaan denganmu." ucap Reyn sembari menarik kedua tangan Aprita hingga Aprita terjatuh diatas tubuh Reyn.
Reyn memandangi wajah Aprita lalu tersenyum lembut padanya.
" Apa-apaan Reyn, minggir, aku mau mandi! Kamu pulang saja." ucap Aprita.
" Sudah kubilang, aku akan menginap disini, ini kan rumahku juga. Jadi kamu tidak bisa mengusirku." ucap Reyn.
" Apa kata tetangga jika ada yang melihat seorang pria menginap di kontrakan putri." ucap Aprita.
" Sebenarnya ini bukan kontrakan putri, melainkan kontrakan pasutri. Jadi tidak masalah kalau aku menginap disini." ucap Reyn enteng.
" Apa? pasutri? yang benar saja Reyn?" jawab Aprita sembari keluar dan melihat tulisan di tembok depan, ternyata benar itu adalah kontrakan untuk pasutri.
" Bisa-bisanya aku baru sadar kalau kontrakan ini khusus untuk pasutri. Kenapa kamu tidak bilang dari awal?!" ucap Aprita.
" Kamu tidak bertanya, lagipula yang kosong tinggal rumah ini saja, jadi yang sudah. memangnya kenapa kalau aku menginap disini?" tanya Reyn sembari memeluk Aprita lagi.
" Jika ada tetangga yang meilhat, nanti jadi salah paham. Bisa-bisa aku disangka wanita yang nggak baik." ucap Aprita.
" Aku kan calon suamimu. biarkan saja mereka, tidak usah dipedulikan." ucap Reyn.
" Tapi Reyn ..." ucapan Aprita terpotong.
" Tidak ada tapi-tapian, aku mau menginap disini. Tidak ada pekolakan!" ucap Reyn.
Jika Reyn sudah berkata demikian, Aprita sudah tidak bisa lagi bernegosiasi, artinya dia harus menuruti perkataan Reyn.
" Hm, ya sudah. Tapi ... lepaskan aku Reyn, aku mau mandi." ucap Aprita.
Reyn masih diam saja, dia melingkarkan kedua tangannya dan memeluk erat Aprita dari belakang. Sembari mengusap-usap perutnya.
" Reyn, kenapa kamu diam saja, aku bilang lepaskan." ucap Aprita.
Reyn malah tersenyum dan menciumi leher Aprita dengan lembut.
" Aahh ... Reyn, jangan menciumku seperti itu. geli." ucap Aprita.
" Hm ... geli? tapi kamu suka kan? apa kita mandi bersama saja? aku masih merindukanmu, apa kamu tidak merindukanku?" tanya Reyn.
" Em ... sebenarnya, aku juga merindukanmu." jawab Aprita dengan nada lirih.
Reyn tersenyum.
" Jadi kamu mau kita mandi bersama?" tanya Reyn.
Pipi Aprita memerah.
" Tidak. Kita mandi sendiri-sendiri saja." jawab Aprita cepat.
" Haha ... ya baiklah." jawab Reyn mengalah lalu melepaskan pelukannya.
Aprita lalu segera berlari menuju ke kamar mandi. Setelah selesai, Reynpun segera membersihkan dirinya juga. Malam itu mereka memesan makanan dan makan bersama seperti saat pertama datang ke kontrakan itu.
Suasananya sangatlah berbeda, malam ini Aprita merasa tenang dan senang, meskipun hanya sebentar saja. Dia berpikir bahwa tidak apa-apa jika merasa nyaman dengan kehadiran Reyn. itu tidak akan mengubah pandangannya terhadap Reyn. Perasaannya masih sama, hanya sebatas menyayangi Reyn karena dia sudah menghamilinya.
Setelah selesai makan, mereka berdua lalu menonton tv bersama.
" Aprita sebaiknya besok kamu mulai cuti saja, toh pernikahan kita tinggal beberapa hari lagi. Sambil kamu menyembuhkan diri dan jangan terlalu lelah." ucap Reyn membuka percakapan.
" Hm, baiklah. aku akan cuti mulai besok." jawab Aprita.
Aprita sedang duduk disofa, sementara Reyn memeluknya dari belakang sembari bersandar di sofa.
" Em Reyn ... bolehkah aku mendengar ceritamu mengenai hubunganmu dengan Selly?" tanya Aprita tiba-tiba.
" Hm? Kenapa kamu penasaran soal itu?" tanya Reyn.
" Iya, aku mau tau saja. Supaya semuanya jelas. Karena begitu banyak berita yang memberitakan dirimu dan Selly, hingga mengungkit-ungkit hubungan kalian yang dulu." ucap Aprita.
Reyn menghela nafasnya, dia sebenarnya tidak mau menceritakan kisahnya dengan Selly, karena itu cukup menyakitkan.
" Baiklah. Tapi tolong kamu bersikap bijaksana ya, jangan cemburu." ucap Reyn akhirnya mengalah.
" Iya, aku tidak akan cemburu." jawab Aprita.
Mereka berdua memposisikan duduknya saling berhadapan. Reyn mulai fokus pada tatapan Aprita. Tatapannya sangat intens.
" Ayahku dan Ayah Selly adalah teman baik, Ayahku mengenalkan ku pada putri temannya, yaitu Selly. Saat itu aku langsung jatuh cinta pada Selly, entah kenapa. Lalu aku memberanikan diri untuk mendekatinya dan mengungkapkan perasaanku padanya. lalu kita berpacaran, dulu aku begitu perhatian padanya, aku begitu menyayanginya sampai-sampai apapun keinginan dia semua aku turuti.
Dia juga dulu terlihat begitu menyayangiku, hingga hubungan kita berjalan di tahun ke tiga, sikap dia mulai berubah, dia semakin melunjak jika keinginannya tidak di turuti, dia sampai mengancamku, dia juga sering menolak untuk bertemu denganku dengan alasan yang sama. saat itu aku mulai curiga dan aku menyelidikinya. Dan benar saja, dia berselingkuh, dengan pria lain.
Aku melihat Selly sedang bercumbu di sebuah kamar hotel dan aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Saat itu aku merasa sakit hati dan hancur. Selly lebih memilih pria itu daripada aku, dia memutuskan hubungan denganku.
Hingga akhirnya aku depresi dan mabuk-mabukan, aku kecanduan alkohol selama kurun waktu tiga tahun, aku belum bisa move on darinya, hingga Ayah menyuruh Jordi untuk memeriksakanku ke Psikolog. Dan aku menjalani terapi psikolog satu tahun lamanya, sehingga aku bisa sembuh dari depresi dan minuman alkohol. Aku bangkit dan mulai menerima keputusan itu dengan lapang dada.
Aku sadar Selly bukanlah yang terbaik untukku, sampai di titik dimana aku bertemu denganmu. Hingga saat ini, aku masih jatuh cinta pada wanita yang saat ini berada dihadapanku. aku berharap, semoga wanita itu adalah yang terakhir untukku." jelas Reyn.
Aprita memperhatikan penjelasan dari Reyn. Pipinya memerah, dia tersipu malu dibuatnya. Reyn memang pintar membuat hatinya luluh.
" Oh jadi begitu. Ternyata kamu bucin sama Selly." ucap Aprita.
" Ya, itu dulu. Apa sekarang kamu puas?" tanya Reyn.
" Iya, tapi siapa Jordi?" tanya Aprita.
" Dia adalah bawahanku, dia sudah tujuh tahun membersamaiku, makanya aku dan dia sangatlah akrab, dia bahkan tahu soal permasalahan cintaku sama Selly. Dia juga salah satu orang yang dipercayai ayahku untuk menjagaku." jawab Reyn.
" Begitu. Tapi Reyn, sejujurnya aku belum tahu pekerjaanmu itu apa ... kalau dugaanku benar, apa benar kamu seorang mafia? " tanya Aprita.
" Seharusnya ini tak boleh diceritakan kepada siapapun, tapi khusus buat kamu, yang nantinya akan menjadi istriku, itu benar. Aku adalah seorang bos mafia. Tapi ... kita bukanlah mafia kejam seperti yang difilm-film ataupun novel." jawab Reyn.
" Jadi ... kamu seorang bos ... mafia?" ucap Aprita terkesima.
" Bagaimana bisa seorang pria yang masih muda sepertimu bisa menjadi bos?" tanya Aprita.
" Dulunya, ayahku yang memegang kendali semuanya. Aku hanyalah anggota timnya saja. Organisasi kami berjalan dibidang peralatan senjata api ilegal. Tapi itu hanya beberapa tipe senjata saja, selain itu semuanya dilakukan secara legal. Setelah kematian bunda, ayahku menjadi depresi dan sakit-sakitan, bahkan hingga sekarang ayahku masih terbaring di ranjang. Sejak saat itu ayah mengutusku untuk menjadi penggantinya, sampai waktu berjalan begitu cepat.
Aku sudah menjadi bos dan ketua dari enam tim. Karena itu juga ayahku berencana akan membubarkan organisasi mafia ini dan beralih ke komunitas perdagangan senjata secara legal. Kami juga sudah mulai merubah peraturannya sesuai hukum yang berlaku.
Namun, salah satu dari kami berkhianat dan mempersulit proses peralihan itu. dia memanipulasi data dan mencuri sebagian harta hasil dari penjualan. hingga sampai sekarang, kami masih mencari keberadaan pengkhianat itu. Bisa jadi, dia sedang berkeliaran di kota ini." jelas Reyn panjang lebar.