Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titik
Saly langsung menganggukkan kepalanya pada Bob, dan kembali bersuara. “Bob, bukankah kau dulu seorang gangster? Aku akan membayarmu sangat mahal, jika kau mau menbantuku membuat pemuda ini tak sadarkan diri, dan membawanya ke tempatku.” Ucap Saly, tiba-tiba.
Meski terkesan bercanda, nada suara Saly saat mengatakan hal itu, terdengar serius. Namun karena Bob begitu tertarik dengan Arsa, pria tua itu menanyakan banyak hal pada pemuda tersebut.
Hal yang selama ini dia anggap benar-benar membosankan, sekarang berubah menjadi begitu menarik, karena Arsa menbicarakan dunia investasi yang rumit, seolah hanya seperti sebuah permainan belaka.
Ketiganya larut berbincang-bincang tentang hal itu, hingga Bob menceritakan masa lalunya.
Arsa sempat dibuat terkejut saat mengetahui masa lalu Bob yang kelam, hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti dan keluar dari sana.
Memang Bob adalah salah satu bartender di klub pribadi ini. Akan tetapi, tidak banyak yang tahu jika sebenarnya klub ini adalah miliknya. Sesuatu yang membuat Arsa juga begitu tertarik, dengan pria tua yang sempat menjadi salah satu raja dunia bawah tanah di kota Dreams, dan beberapa kota yang ada di sekitarnya ini.
Waktu berlalu dan tak terasa hari telah berganti. Larut dalam cerita, tanpa sadar Arsa menenggak sedikit lebih banyak alkohol, dari apa yang bisa di toleransinya.
“Saly, aku akan membantumu membawanya.” Ujar Bob, begitu melihat Arsa sudah tidak bisa berdiri dengan baik.
Saly hanya bisa menganggukkan kepalanya, sebelum akhirnya berbalik dan berjalan menuju tempat parkir, dimana mobilnya berada.
“Bob tidak apa-apa… aku masih bis—,”
Sambil meletakkan satu tangan Arsa ke bahunya, Bob memotongnya. “Ya, aku tahu kau bisa. Aku hanya membantumu hingga kedalam mobil. Setelah itu, berusahalah untuk tidak membuat gadis itu menerkammu.” Canda Bob.
Tidak berapa lama, ketiganya pun sampai di tempat parkir. Namun begitu mereka keluar dari sana. Samar, Arsa mendengar suara seorang gadis sedang bertengkar dengan seorang pemuda, yang terasa tidak asing baginya.
“Hawk! Apa maksudnya ini?… apa kau benar-benar akan menjebak Irish? Jadi, kau sudah berencana melakukan ini dengan bajingan yang itu?”
Arsa berusaha membuka matanya yang terasa berat untuk memastikan keduanya. “Dua orang itu.” Gumam Arsa, yang tentu di dengar oleh Bob yang merangkulnya.
“Arsa, kau juga mengenal mereka?” Tanya Bob, balik bertanya.
Jelas apapun itu terdengar tidak baik. Sama seperti dirinya mengenal Gading Kusuma, Bob jugal mengenal Richard Carlton. Saat nama putri dari Richard di sebut oleh keduanya, membuat Bob ingin tahu lebih jauh.
“Ya, sebenarnya aku ingin membantu gadis yang bernama Irish itu. Tapi, aku rasa mungkin saja jebakan yang mereka bicarakan itu hanyalah kejutang ulang tahun.” Balas Arsa yang masih berbicara dengan lancar, namun jelas tidak bisa berdiri dengan benar.
Sambil terus memapah arsa ke sebuah mobil dimana Saly sudah menunggu mereka, Bob memasang telinga, mempertajam pendengarannya.
“Gina! Ini tidak akan seburuk yang kau pikirkan. Dia tidak akan berbuat kasar pada Irish. Lagipula, Bohim adalah putra Gading Kusuma. Irish pasti akan berterimakasih pada kita, karena memberinya hadiah ulang tahun yang sangat hebat ini.” Ujar Hawk, mencoba meyakinkan.
“Apa kau bilang? Hadiah?!… kau memintaku untuk membantumu agar temanmu bisa meniduri temanku, dan kau bilang itu hadiah?!… Hawk, apa yang ada di kepalamu?” Ujar Gina, memikik marah.
Keduanya jelas tidak memiliki kesepakatan disana. Baik Arsa maupun Bob, tahu bahwa itu bukan kejutan ulang tahun yang biasa di harapkan seseorang.
“Gina, dewasalah! Aku yakin ini juga bukan yang pertama kali bagi Irish. Jadi biarkan mereka bersenang-senang. Kita akan mencari tempat lain untuk kita berdua, bagaimana?” Balas Hawk lagi saat itu.
Arsa yang masih dalam keadaan sedikit sempoyongan, tersenyum miring saat mendengar apa yang dikatakan oleh Hawk, pada gadis keras kepala yang selalu menuduhnya sebagai penguntit.
“Dewasa, huh?!” Geram Arsa mengejek.
Keduanya tak lagi bisa mendengae dengan jelas, sebab saat ini Hwak dan Gina menjauh karena mendengar gema suara langkah Arsa dan Bob disana.
Akan tetapi, begitu mereka sampai di mobil dan Saly baru membuka pintu untuknya, Arsa menggerakkan tangannya untuk melepaskan rangkulan Bob. Dia berdiri tegak sebelum akhirnya berbalik menatap pria tua dengan banyak tatto di kedua lengannya itu.
“Bob, aku tahu dengan keadaan seperti ini, aku tidak bisa membantu Irish Carlton.. tapi, kau mendengar apa yang mereka katakan, bukan?” Tanya Arsa, sambil menatap serius wajah pria itu.
Saly yang tidak tau apa yang keduanya bicarakan, baru hendak bertanya, namun Arsa sudah kembali bersuara.
“Aku akan membantu untuk membuat klubmu ini menjadi sangat besar, jika kau mau membantu Irish… berbeda dengan temannya itu, aku yakin dia gadis yang baik.” Imbuh Arsa sambil tetap menghasap pada Bob.
Mendengar itu, Bob tersenyum lebar. Bahkan jika Arsa tidak memintanya sekalipun, setelah ini pria itu memang berniat untuk mengurusnya.
Terlepas dari apa rencana dua anak muda itu pada Irish, namun tempat ini adalah miliknya. Tentu saja Bob tidak ingin sebuah insiden terjadi, bermula dari tempat ini. Lagipula, dia mengenal Richard.
“Arsa, aku rasa kau juga pemuda yang baik. Jadi, masuk dan jagalah dirimu. Gadis ini terlihat sedanf memikirkan sesuatu yang buruk untukmu.” Ujar Bob menanggapi Arsa, sambil menunjuk saly dengan nada setengah mengejek.
Arsa berbalik menatap Saly dan menggelengkan kepala. “Nona Hils sangat cantik. Aku yakin, ada ribuan orang yang mengantri untuknya. Jadi tidak perlu mencemaskanku.”
“Ya ya ya… kita lihat saja nanti, setelah kau terbangun esok hari. Sekarang masuk dan duduklah di dalam.” Ujar Saly, sambil menunjuk jok penumpang, meminta Arsa untuk segera duduk disana.
Setelah Arsa masuk dan pintu dia tutul, Saly langsung berbalik dan menatap Bob.
“Paman Bob, aku tidak bisa mengatakan siapa sebenarnya pemuda ini padamj. Tapi, jika dia mengatakan bahwa dia akan membuat klub ini besar, maka dia benar-benar bisa melakukannya… aku mengatakan ini, karena kau adalah sahabat ayahku. Jadi, kalau kau bisa melakukannya permintaannya, maka lakukanlah.” Ujar Saly, sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan pria itu disana.
Sudah lama sekali rasanya, saat terakhir gadis yang dia kenal dari saat masih sangat kecil itu, memanggilnya dengan sebutan paman.
Bob sempat terdiam, namun Saly yang sudah membuka pintu pengemudi di sebarang sana, kembali bersuara.
“Jika kau mencari pengganti ayahku, maka jadikan pemuda ini mengisi tempatnya, dia bahkan jauh lebih hebat dari sahabatmu yang mati dengan tragis dan meninggalkan aku seorang diri, berjuang untuk tetap hidup di dunia yang sangat dia benci ini.”
Mendengar itu, mata Bob melebar karena terkejut. Namun, sebelum dia sempat mengatakan sesuatu untuk menanggapinya, Saly sudah masuk kedalam mobil begitu saja.
Sampai saat mobil itu mulai berjalan hingga akhirnya menghilang, Bob masih terdiam ditempatnya.
Lama dia terdiam, sebelum akhirnya pria itu berbalik, dan menatap kearah sepasang anak muda yang tadi beterngkar.
“Sial, Wili…apa yang coba dikatakan putri kecilmu itu padaku?” Gumam Bob, sambil melangkahkan kakinya.
Namun, baru beberapa langkah dia berjalan. Bob kembali berhenti, sementara matanya melebar. Dia kembali berbalik, dan menatap kearah dimana mobil saly tadi berjalan, meskipun saat ini dia tak lagi melihatnya.
“Apa ini, hanya perasaanku saja? Tapi, kenapa sepertinya pemuda itu…. Terlihat begitu familiar?”
👍👍👍