Masa depan yang bahagia telah tiada, Yuki dengan alat sihir yang diberikan oleh ayahnya kembali ke masa lalu untuk memperbaiki masa depan yang rusak.
Yuki terlempar ke tahun 2099 dimana dia dijual sebagai seorang budak dan dibeli oleh wanita dari keluarga bangsawan bernama Theresa Clorish dan diangkat menjadi penjaga keluarga Clorish.
Selain menjadi penjaga keluarga Clorish, Yuki juga harus menghentikan sesuatu yang akan menghancurkan masa depan dengan kekuatan mutan miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aidiel Batagor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Masa Lalu
Yuki terkejut mendengar permintaan dari Theresa. Dia meminta Yuki untuk bertemu ayah angkatnya sore ini dan hal itu membuat Yuki merasa sedikit senang dan juga curiga, apalagi Theresa terlihat memiliki dendam pada ayahnya itu.
"Kenapa....harus aku?." Tanya Yuki.
"Itu karena dia selalu berusaha untuk tidak bertemu dengan anggota keluarga Clorish dan orang yang berhubungan dengan keluarga Clorish." Jawab Theresa.
"Kau berencana untuk membunuhnya kan?." Tanya Yuki.
"Awalnya memang begitu, tetapi karena kau bilang jika dia adalah ayahmu....aku tidak bisa melakukan hal itu." Jawab Theresa.
Yuki menghela nafasnya setelah Theresa mengatakan hal itu. Yuki takut bahwa permintaan Theresa adalah memintanya untuk membunuh Makoto saat bertemu dengannya nanti.
"Dan juga Yuki, tolong sembunyikan hal ini dari Noelle." Minta Theresa.
Yuki menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti, Theresa pun berterimakasih pada Yuki dan pergi meninggalkan Yuki sendirian.
Disaat Theresa telah pergi, Yuki memeriksa makam tersebut dengan teliti. Nama Luna Clorish adalah nama yang pernah disebutkan oleh ayahnya, seorang wanita yang memiliki kemampuan untuk melihat masa depan.
"Apa jangan-jangan, aku berada disini sudah ditakdirkan?." Tanya Yuki pada dirinya sendiri.
Pada akhirnya Yuki memutuskan untuk kembali ke dalam mansion. Disaat Yuki hendak kembali, dia melihat Noelle berlatih sendirian di halaman mansion dengan sangat gigih, karena tidak ingin mengganggunya, Yuki memutuskan untuk tidak mengajak Noelle berbicara.
Setibanya di dalam mansion para pelayan terlihat sangat panik seperti kehilangan benda yang sangat berharga. Mereka kesana-kemari dan berlarian ke seluruh mansion, Yuki yang heran dengan apa yang terjadi bertanya pada salah satu pelayan.
"Ada apa ini?." Tanya Yuki.
"Tuan, tuan Ryuumi menghilang!." Teriak pelayan itu.
Yuki yang mendengar hal itupun ikut terkejut, padahal Ryuumi tadi malam baru saja bersama Theresa dan mereka namun setelah dia pergi tidak ada yang tahu dia kemana.
Yuki langsung berlari keluar mansion dan menghampiri Noelle yang sedang latihan. Noelle yang melihat Yuki terengah-engah merasa kebingungan.
"Kenapa Yuki? Kamu terlihat kelelahan seperti itu." Tanya Noelle.
"Tuan....huh....tuan Ryuumi menghilang!." Jawab Yuki terengah-engah.
"Ayah? Apa sudah suruh para pelayan memeriksa di gudang? Biasanya ayah tertidur disana." Jelas Noelle dengan santai.
Tak lama kemudian salah satu pelayan berhasil menemukan Ryuumi yang tertidur di gudang. Sepertinya Noelle benar-benar sudah tahu kebiasaan ayahnya itu.
"Bilang pada para pelayan, lain kali jika ayah menghilang coba suruh mereka mencari di gudang." Suruh Noelle.
"Baiklah, akan kusampaikan." Balas Yuki.
Noelle tersenyum mendengar hal itu dan melanjutkan latihannya, sementara Yuki kembali masuk ke dalam untuk beristirahat di kamarnya.
Yuki langsung melompat ke kasurnya dan menyusun rencana dalam otaknya tentang apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan ayahnya itu. Entah itu akan menjadi reuni yang mengharukan atau reuni yang penuh dengan pertumpahan darah.
Ditengah banyaknya pertanyaan yang akan dia lontarkan, Yuki teringat dengan orang bernama Xeno Walters. Orang yang membantu ayahnya untuk membuat mesin waktu itu.
"Apa aku harus menemuinya?." Tanya Yuki dalam hatinya.
Yuki perlahan tertidur dengan banyaknya hal yang dia pikirkan. Tenggelam di alam mimpinya, Yuki kembali mengingat ingatan yang benar-benar ingin dilupakannya, sebuah ingatan masa lalu tentang dirinya yang menjadi eksperimen kejam dari keluarga Nexorian.
"Aku tidak menyangka dia masih bisa hidup bahkan setelah kita memisahkan beberapa organ dalamnya." Ucap salah seorang dokter yang sedang membedah tubuh Yuki kecil.
"Sakit, sakit, sakit, sakit, sakit." Ucap Yuki hanya bisa merintih kesakitan.
"Tenang saja, sebentar lagi kau akan terbiasa." Balas salah satu dokter yang ikut membedah tubuh Yuki.
Mereka melanjutkan pembedahan tubuh Yuki dan mulai memisahkan anggota tubuhnya. Sebuah eksperimen yang kejam dan tidak manusiawi, mereka memisahkan anggota tubuh Yuki tanpa bius apapun dan membiarkan Yuki tetap sadar.
"Kumohon hentikan.... hentikan....hentikan...." Minta Yuki dengan nada semakin lemah.
"Tenang saja, sebentar lagi kau akan mendapatkan pertukaran yang setara dengan rasa sakitmu ini." Ucap dokter itu.
Setelah dokter itu menyuntikkan sebuah serum pada tubuh Yuki, perlahan anggota tubuh dan organ miliknya yang telah dipisah kembali pulih secara perlahan.
"Ini luar biasa, ini adalah penemuan yang menakjubkan!." Teriak dokter itu.
"Kita harus mendapatkan sampel bocah ini." Ucap dokter lain.
Semua dokter yang ada di ruangan itu bersorak gembira dengan hasil penelitian mereka. Sebuah serum super yang digabungkan dengan sihir penyembuhan menghasilkan sebuah mutan dengan kemampuan regenerasi yang hebat adalah suatu kebanggan bagi para dokter tersebut, namun tidak untuk Yuki.
Meskipun dia memiliki kemampuan untuk melakukan regenerasi, tetap saja dia harus merasakan rasa sakit terlebih dahulu sebelum bisa memulihkan dirinya kembali.
"Baiklah Yuki, saatnya kembali ke kamarmu." Ajak salah satu dokter wanita paruh baya itu pada Yuki.
Dokter itu adalah satu-satunya orang yang dianggap Yuki sebagai orang tuanya, seorang wanita paruh baya yang tidak menganggap dirinya sebagai subjek percobaan, tetapi sebagai manusia.
Yuki mengangguk dan memegang tangan dokter itu. Dengan kaki yang masih gemetar, Yuki tetap berusaha untuk berjalan dengan normal. Dokter itu melihat Yuki yang kesulitan untuk berjalan, dokter itupun memutuskan menggendong Yuki. Dokter lain yang melihat itupun mulai membicarakannya dan bertanya-tanya kenapa dia sangat baik pada seorang subjek percobaan.
Disaat perjalan mereka untuk kembali ke kamar Yuki. Dokter itu mengelus kepala Yuki dengan lembut dan membuat Yuki merasa sedikit lega dengan sentuhan tangan itu.
"Dokter, kenapa kamu baik pada Yuki? Padahal dokter lain tidak seperti ini?." Tanya Yuki penasaran.
"Itu karena kamu sangat menggemaskan Yuki." Jawab dokter itu.
"Dan juga kenapa kamu memanggilku Yuki? Padahal mereka memanggilku senjata tipe Y...." Tanya Yuki kembali.
"Kalau soal itu karena diluar sedang turun salju, dalam bahasa jepang kata Yuki memiliki arti salju dan karena itulah aku memanggilmu seperti itu." Jelas sang dokter.
Mendengar hal itu membuat Yuki menjadi sedikit senang dan bahagia karena dia mendapatkan sebuah nama yang memiliki arti yang sangat mendalam.
Setibanya di kamar, dokter itu menyuruh Yuki untuk segera tidur agar menjadi lebih sehat dan segar untuk memulai hari esok. Yuki mengangguk setuju dan langsung berbaring di kasurnya untuk tidur.
Disaat dokter itu hendak kembali, kepala penelitian laboratorium menghampiri dokter itu dan mengajaknya untuk berbicara serius.
"Mau sampai kapan kau terus memperlakukan anak itu seperti seorang manusia biasa? Sadarlah, dia hanya sebuah subjek percobaan." Ucap kepala laboratorium itu dengan nada kesal.
"Pak, meskipun anda berkata seperti itu, dia tetap saja seorang manusia dan juga anak-anak." Balas dokter itu.
"Aku ingatkan kau sekali lagi, jangan samakan dia dengan kita. Mereka hanya seorang mutan yang kita ciptakan." Ancam kepala laboratorium itu lalu pergi meninggalkan dokter itu.
Sang dokter merasa sedih mendengar hal itu, padahal mereka awalnya juga manusia, namun terpaksa menjadi subjek percobaan mutan karena perintah dari sang tirani Warlord.
"Yuki, suatu saat kamu pasti akan mendapatkan kebebasanmu."