Seorang gadis muda, reinkarnasi dari seorang Assassin terhebat di masanya terdahulu. Gadis tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi Assassin tersebut.
Ia menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang wanita dewasa yang ternyata adalah mentor Assassin itu. Wanita ini sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk bertemu dengan gadis ini dan akan melatihnya sampai gadis itu siap menghadapi lawannya sendirian karena perlu diketahui, gadis muda itu adalah reinkarnasi terakhir dari Assassin itu.
Tugasnya adalah mencegah lawannya yang juga bereinkarnasi sampai masa di mana gadis itu hidup. Lawannya berencana menguasai suatu pemerintahan di kotanya dengan cara yang kotor.
Ternyata tugasnya tidak hanya itu saja. Ia juga menanggung nasib dunia.
Nasib dunia berada di tangannya.
Mampukah dia menyelamatkan dunianya? Atau dunianya harus punah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Big.Flowers99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Assassin
Sfx : Sirine polisi.
"Hey, Brian! Ikut denganku!"
"Ok, Leon."
"Sudah dua tahun ini, kota Jalundra marak terjadi kejahatan. Apa kita bisa melawannya??"
"Tentu, Leon. Semoga saja."
Di sebuah bank besar yang terletak di Jalundra, terjadi sebuah perampokan dan penyanderaan oleh suatu pihak tertentu. Brian Gordon, Kapten Divisi III dan Leon Jackson, Kapten Divisi II tengah bekerjasama untuk membekuk sekelompok penjahat. Diketahui bahwa, di dalam bank tersebut terdapat 10 orang penjahat dan ratusan karyawan bank yang sedang disandera oleh mereka.
"Brian! Kita masuk sini," ajak Leon. Brian mengikutinya.
Leon berencana mengepung semua akses pintu keluar bank, supaya penjahat tersebut tidak dapat melarikan diri. Brian dan Leon serta pasukannya memasuki bank melalui pintu belakang dengan perlahan. Mereka sudah dilengkapi dengan armor buatan Parvita Company.
Daarrr... Darrr...
Brian dan Leon terperanjat melihat seluruh pasukannya mati ditembak oleh drone, menyisakan mereka berdua saja. Brian melempar sebuah alat mata-mata untuk mengetahui ada berapa drone berada di sana.
"Sial! Ada banyak sekali," umpat Leon.
"Belum termasuk di bagian pintu brankas. Para penjahat sedang menyandera karyawan bank di dalam brankas, Leon," kata Brian.
"Ya. Kita harus bersiap-siap menghadapi mereka," kata Leon memberi semangat.
"Andaikan masih ada sosok The Ghost. Mungkin kota ini akan aman," kata Brian. Leon menatapnya dengan kesal lalu mencengkeram kerah leher Brian.
"Hentikan omong kosong itu, Brian! The Ghost adalah penjahat berkedok pahlawan. Dia membunuh siapa saja yang melihat aksinya, walau orang sipil sekalipun," kata Leon dengan nada marah.
"Setidaknya, kota ini aman dari para penjahat berkat kehadirannya," sanggah Brian.
"Lupakan cerita busuk itu. Ada yang harus kita hadapi sekarang," kata Leon. Brian menurut saja.
Mereka mulai memasuki bank lebih dalam dengan mengendap-endap. Sesekali, mereka harus bersembunyi atau menembak drone yang melintas di dekat mereka.
------
Di waktu yang sama, ada seorang gadis mengenakan jaket bertudung hitam, celana jeans hitam sedang duduk santai di sisi atap gedung dekat bank yang sedang dirampok. Gadis itu terlihat sedang menikmati menyantap makanan ringan.
"Yah, dah habis," gumamnya sembari meremas kemasan tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah yang berada di bawah gedung.
Kemudian, ada seekor burung hinggap di pundaknya.
"Oh, Infini. Kamu sudah datang rupanya. Siap??" Tanyanya pada burung tersebut dan dijawab dengan anggukan olehnya.
Gadis itu melihat ada sebuah truk berlapis baja sedang terparkir di sisi bank. Sepertinya truk tersebut digunakan untuk mengangkut uang hasil rampokan di bank. Gadis itu menyuruh Infini, seekor burung Phoenix, terbang terlebih dahulu.
Gadis tersebut menyibakkan rambut panjangnya ke belakang. Terlihatlah wajah dari gadis tersebut. Ia adalah Nathalia Tavisha. Kemudian, Nathalia menutupi wajahnya menggunakan masker.
Mari kita uji coba hasil latihan kerasku selama dua tahun ini.
Nathalia terjun menuju tumpukan dedaunan kering, dekat dinding pagar pembatas bank tersebut. Saat terjun, Nathalia sedikit melakukan aksi akrobatik. Kedua tangannya direntangkan kemudian memutar tubuhnya saat di udara dan menggunakan pinggulnya sebagai tumpuan pendaratan.
Brusshh
Di dalam dedaunan tersebut, Nathalia mengamati keadaan sekitar menggunakan penglihatan ajaibnya. Penuturan The Ghost, kemampuan itu disebut sebagai Eagle Vision. Nathalia melihat ada seorang supir dan satu rekannya berjalan ke arah tempat persembunyiannya. Nathalia menunggu keduanya dekat dengan jaraknya. Sembari menunggu, Nathalia mengeluarkan belati tersembunyi atau biasa disebut sebagai Hidden Blade.
Srrett...
Dua orang tersebut tewas saat ditusuk lehernya menggunakan Hidden Blade milik Nathalia. Nathalia berjalan menghampiri truk tersebut lalu melempar bom ke bawah truk.
Di ambang pintu sisi bank, Nathalia memanggil Infini dengan siulannya. Infini datang menghampirinya lalu Nathlia memberi kode kepada Infini untuk menyemburkan api ke truk tersebut dari udara.
Booomm!
Truk tersebut meledak. Infini terbang menjauh menuju suatu tempat dan akan menunggu tuannya memanggil dirinya. Sementara itu, Nathalia menutup rapat-rapat pintu tersebut. Ledakan truk terdengar sampai ke area depan bank. Beberapa petugas kemanan bergegas memeriksa keadaan.
Di dalam bank, Nathalia menembakkan pistol katrolnya, kemudian ia naik ke atas dan berjongkok pada sebuah tiang penyangga. Nathalia berpindah-pindah dari tiang ke tiang sampai akhirnya tiba di depan pintu brankas.
Ada 10 orang yang menjaga pintu tersebut dan beberapa drone yang mengawasi keadaan sekitar. Nathalia mengeluarkan sebuah belati lalu mengarahkannya ke salah satu drone dan melemparkannya. Seketika, drone tersebut menjadi aneh tingkahnya. Ia mulai menyerang drone yang lain sampai habis tak tersisa. Para penjahat itu pun terheran-heran sembari berlindung saat penembakan berlangsung. Mereka semua saling berpandangan, tidak tahu siapa yang telah menyabotase drone mereka.
Nathalia hendak menyerang namun harus terhenti saat melihat ada dua orang polisi datang. Mereka adalah Brian dan Leon. Nathalia mendengar seruan mereka yang menyuruh para penjahat menyerah.
Dasar! Mana mau mereka menyerah.
Tentu saja, penjahat tersebut tidak menyerah. Justru mereka menyerang Brian dan Leon. Adu tembak terjadi di bawah sana. Brian dan Leon harus bersembunyi di balik tiang secara terpisah. Nathalia masih menyaksikan pertempuran tersebut dari atas.
Kemudian, tampak Leon keluar dari persembunyiannya dan menembak secara brutal sambil berlari ke arah Brian. Namun di tengah pelariannya, Leon tertembak di bagian pundaknya. Ia terjatuh. Brian yang melihat rekannya tertembak segera keluar lalu menembakkan tembakan perlindungan sembari menyeret Leon ke tempat persembunyiannya.
Melihat kejadian itu, Nathalia membantu dengan cara melemparkan bom asap sehingga menutupi pandangan para penjahat. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Nathalia segera turun lalu membunuh mereka satu per satu menggunakan Hidden Blade. Nathalia selalu mengincar bagian leher supaya cepat terbunuh.
Hmm, pintu brankas terbuka.
Nathalia berdiri menghadap pintu brankas yang terbuka perlahan-lahan. Keluarlah empat orang penjahat. Tubuh mereka diselimuti oleh armor dengan sinar berwarna ungu sembari menenteng empat kantong besar berisi uang hasil rampokan mereka. Nathalia memicingkan matanya.
Sepertinya itu bukan dari Parvita. Setahuku, tidak ada yang bersinar ungu. Hanya ada biru, kuning dan hijau. Dari mana mereka mendapatkannya??
Keempat orang tersebut terkejut bukan main melihat rekan-rekannya sudah tewas. Mereka terlihat geram.
"Hei, kau!! Aku akan menghabisimu!!"
Sedetik kemudian, mereka berempat segera menyerang Nathalia secara bersamaan. Pertarungan terjadi di dalam ruangan bank yang terdapat banyak tiang, memudahkan untuk Nathalia bersembunyi lalu memberikan serangan kejutan.
Pertarungannya disaksikan oleh Brian dan Leon. Leon merekam pertarungan tersebut secara diam-diam sedangkan Brian begitu takjub melihat aksi Nathalia. Brian berinisiatif untuk membantu Nathalia. Brian melihat ada celah untuk membebaskan para sandera. Hal ini didasari oleh letak pertarungan Nathalia melawan empat penjahat menjauhi pintu brankas.
"Leon. Aku punya rencana. Gadis itu tengah bertarung menjauhi pintu brankas. Kamu bisa meretas sistemnya, kan??" Tanya Brian berbisik-bisik.
"Ya, tentu saja," bisik Leon.
"Bagus. Aku minta kamu membuka brankasnya lalu bebaskan sandera. Sementara aku akan membantu gadis itu dari kejauhan," kata Brian menjelaskan rencananya.
"Ok. Berhati-hatilah. Aku takut dia akan membunuhmu juga seperti The Ghost," kata Leon sembari menepuk pundak Brian memberikan semangat.
Brian dan Leon bergegas mengambil posisinya masing-masing. Leon menggunakan alat canggihnya, meretas sistem pengamanan brankas lalu membebaskan sandera. Brian bersembunyi dibalik tiang, menunggu kesempatan untuk menembakkan peluru kejut listrik.
Kembali pada Nathalia. Saat ini, Nathalia terkepung oleh para penjahat tersebut. Mereka berempat tertawa senang karena berhasil memojokkan Nathalia. Sementara, Nathalia tersenyum dibalik maskernya.
Keempatnya segera menyerang Nathalia secara bersamaan.
"Apa!!??"
"Tidak mungkin!"
Tiba-tiba, Nathalia menghilang. Keempatnya tertegun lalu mengambil posisi bertahan. Mereka berempat saling menjaga satu sama lain. Sementara itu, Nathalia sedang berjongkok di tiang penyangga atas sembari menyusun rencana untuk menghabisi mereka.
Kata The Ghost, aku tidak boleh menggunakan kekuatan secara berlebihan. Akibatnya, aku akan cepat lelah, bahkan tak sadarkan diri. Itu artinya aku butuh satu moment saja untuk menghabisi mereka dengan cepat.
Brian yang melihat Nathalia menghilang begitu cepat, sempat terkejut. Namun, ia kembali fokus pada tujuannya. Ini adalah kesempatan yang bagus untuknya. Brian mulai menembakkan peluru kejut, mengarah ke kaki penjahat tersebut.
Seketika, keempatnya jatuh terduduk. Mereka mencari-cari siapa yang telah melakukan hal tersebut. Nathalia yang melihat kejadian itu dari atas, menganggap bahwa itu adalah kesempatan yang bagus. Nathalia mengeluarkan pedangnya lalu ia menempatkan titik perpindahan teleportasinya di belakang mereka berempat.
Ziingg....zinggg...zinggg...zingg...
Nathalia berhasil melumpuhkan keempatnya.
Leon menghampiri Brian dan memberitahukan bahwa para sandera berhasil ia bebaskan.
"Apa dia ingin membunuhnya??" Tanya Leon saat melihat Nathalia hendak menusukkan pedangnya pada salah satu penjahat yang terkapar tak berdaya.
"Kita harus mencegahnya."
"Hei!! Berhenti!! Jangan bunuh mereka!!" Seru Brian sembari menodongkan senjatanya. Leon menyusul Brian dan berdiri di sampingnya sembari menodongkan senjatanya juga.
Nathalia terdiam sejenak. Ia mengamati kedua orang tersebut. Brian dan Leon berjalan mendekati Nathalia dengan perlahan.
"Kami berdua dari kepolisian Jalundra. Biarkan kami yang membawa mereka. Kami membutuhkan beberapa informasi dari mereka mengenai persenjataan yang mereka kenakan," kata Brian sambil menunjukkan kartu identitasnya.
Nathalia mengurungkan niatnya untuk membunuh penjahat tersebut.
Lumayan juga. Aku bisa dapat informasi dari mereka tentang dari mana armor ini berasal.
Nathalia mundur selangkah lalu memasukkan pedangnya kembali. Brian dan Leon berhenti sejenak lalu saling berpandangan.
"Apa ini aman??" Bisik Leon pada Brian.
"Coba saja. Jika dia melawan, aku akan melumpuhkannya menggunakan peluru kejut ini," bisik Brian.
"Baiklah."
Leon berjalan mendekati Nathalia sembari menurunkan senjatanya lalu meletakkannya di lantai, sebagai tanda bahwa ia tidak akan menyerang Nathalia. Badan Leon sedikit gemetar karena Nathalia menatapnya terus-menerus.
"Bisa lebih cepat???" Tanya Nathalia.
"Heh??"
"Hah??"
Nathalia menepuk dahinya sejenak lalu membantu Leon mengumpulkan keempat penjahat tersebut. Sementara itu, Leon masih keheranan. Beberapa kali ia menoleh ke belakang menatap Brian dan ditanggapi oleh Brian dengan mengangkat kedua pundaknya.
Setelah selesai, Nathalia hendak pergi.
"Tunggu sebentar. Siapa kamu??" Tanya Brian.
"Ya. Dan kenapa tidak membunuh mereka atau kami saja??" Lanjut Leon.
Nathalia memutar tubuhnya, menghadap ke mereka.
"Apa itu keinginan kalian??" Tanya Nathalia. Brian dan Leon hanya menyeringai. Mereka merasa bahwa itu adalah sebuah ancaman. Ditambah dengan Nathalia kembali mengeluarkan pedangnya.
"Baiklah. Itu hanya bercanda," kata Leon sembari menyeret keempat penjahat yang sudah diikat oleh Nathalia.
"Ayo, Brian," bisik Leon.
"Oh, iya."
Melihat mereka sudah pergi, Nathalia berjalan pergi keluar dari bank menuju ke rumahnya.
Brian dan Leon sudah berkumpul lagi bersama beberapa pasukannya yang berjaga di depan bank. Mereka berdua segera memasukkan keempat penjahat ke dalam mobil tahanan.
"Aku akan menarik kata-kataku lagi tentang penjahat berkedok pahlawan. Sepertinya gadis itu tidak sekejam The Ghost," kata Leon sembari minum melepas dahaga.
"Ya. Dia tidak membunuh kita berdua walau ada kesempatan sekalipun," kata Brian dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Leon.
Setelah itu, mereka pergi ke kantor untuk melaporkan kejadian ini kepada komandan mereka, sekaligus mengintrogasi keempat penjahat tersebut.
Sementara itu, di atas atap sebuah gedung, Nathalia tengah berdiri memandangi beberapa mobil polisi berjalan meninggalkan bank. Dipundaknya, bertengger Infini yang juga memandangi mobil-mobil tersebut. Nathalia sempat memperhatikan kedua polisi yang ia biarkan hidup.
Semoga saja mereka bisa membantuku dalam mencari tau, siapa yang telah menciptakan armor tersebut. Berbeda sekali dengan armor buatan Parvita. Pergerakan mereka saat mengenakan armor itu lebih cepat daripada armor Parvita. Aku yakin, ada pengkhianat yang keluar dari Parvita Company lalu membuat armor-nya sendiri dan memperjualbelikan kepada para penjahat.