Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengetahui Hal Yang Sebenarnya
Tidak menyangka… bahwa sebuah rahasia yang sangat ingin ia sembunyikan rapat-rapat, Raken akan menyadarinya secepat itu. Entah darimana pria itu mendapatkan informasi hingga tentang data pribadinya sendiri, namun saat ini yang bisa Naninna lakukan hanyalah berdiam diri sambil mencengkeram sisi bajunya. Kepalanya seketika menunduk kian dalam saat menyadari tatapan tajam namun menyiratkan kekecewaan mengarah kepadanya. Menurutnya… hal ini bukanlah sesuatu hal yang besar, lagipula ini masalahnya sendiri, rumah tangganya yang harus ia tangani tanpa campur tangan orang lain. Meskipun saat ini Raken adalah kekasihnya, namun Naninna tidak akan mengizinkan siapapun masuk ke dalam kehidupan rumah tangganya yang tengah diambang kehancuran.
Bukannya Naninna tidak membutuhkan pria itu, tapi dirinya tidak ingin jika Raken ikut terseret dan menjadi penyebab retaknya hubungan mereka saat ini. Tidak ada yang bisa Naninna lakukan dan katakan. Kejadian ini terlalu cepat dan terlalu mendadak. Raken datang dengan sebuah surat cerai dan kenyataan tentang perselingkuhan suaminya dan juga Amalia.
“Kau masih ingin merahasiakan hal ini dariku, Naninna? Dari kekasihmu sendiri?”
Terdengar nada kekecewaan di setiap kalimatnya. Naninna menggigit bibir bawahnya-menahan suatu gejolak yang tengah bergumul dengan rasa amarah. Selama ini dirinya disibukkan oleh hubungan cinta dengan Raken, hingga melupakan bahwa pria itu bisa saja menguak beberapa data pribadinya. Bukannya Naninna tidak menyukainya, tapi ini masih menyangkut tentang rumah tangganya, dan ia tidak ingin Raken mendapatkan dampak dari perbuatan yang bahkan pria itu tidak lakukan.
“Aku-“ Ya… hanya sekedar menjawab saja Naninna tidak bisa. Seolah semua kalimat menyangkut begitu saja di dalam tenggorokannya. “Aku hanya… hanya…”
“Tatap mata aku, Naninna. Tatap mata aku ketika kita sedang bersama. Jawab aku dengan mata indahmu itu.”
Naninna tidak bisa. Kedua matanya malah semakin terpejam rapat di iringi suara isakan tangis yang selam ini tertahankan. Pria itu… Raken? Sedikit menyesali tindakannya yang impulsif. Tanpa sadar pria itu menuntun lembut lengan kekasihnya untuk masuk ke dalam mobil. Chloe dan juga Yumiella yang masih berdiam diri, hanya bisa pasrah saat Nonanya diseret begitu saja. Tanpa diberitahu pun, mereka tahu hubungan apa yang di jalani oleh mereka berdua. Yumiella tanpa sadar menoleh ke sisi kanan, melihat reaksi dari teman kerjanya.
Chloe hanya bisa menyorot datar. Namun tatapan getir dapat Yumiella rasakan. Wanita ini… sedang patah hati. Yumiella tidak tahu isi hati dari temannya, namun disini dirinya juga tidak ingin ikut campur dan memilih diam sembari menunggu permasalahan selesai yang sedang di hadapi oleh mereka.
“Maafkan atas sikapku tadi…” Raken meminta maaf setelah menutup semua tirai di dalam mobil. Memastikan tidak ada siapapun yang berani melihat maupun menguping pembicaraan mereka. “Aku, menyesalinya.”
Naninna masih bergeming.
Namun wanita itu memberanikan diri untuk menatap manik abu milik kekasihnya. Tanpa sadar air mata jatuh secara bersamaan dengan kedua bahu bergetar hebat. Ya… inilah yang Raken inginkan. Bagaimana kekasihnya pasrah dan mulai bergantung padanya. Selama ini wanita itu berpura-pura kuat dan tegar untuk menutupi semua kebusukan yang dilakukan oleh suaminya. Meskipun tahu bahwa wanita yang sedang menjalin hubungan hina itu sudah berada di dalam rumahnya, namun itulah yang sangat ia benci saat ini. Entah mau sampai kapan kekasihnya ini, ingin merahasiakannya lebih dalam lagi.
“Aku hanya tidak ingin kau terseret dalam masalah ini, itu saja. Kau tahu jika misalnya aku resmi bercerai darinya… mungkin kau akan menjadi alasan penyebab dari hancurnya rumah tanggaku.”
“Aku. Tidak. Peduli.” Raken menekankan di setiap kalimatnya. Wajah lembab itu dia tangkup dengan menyalurkan segala kenyamanan yang amat dalam. “Aku siap menerima setiap konsekuensinya, Naninna. Meskipun itu harus mengorbankan nyawaku sendiri, jika semua itu demi dirimu dan cintamu, akan aku lakukan.”
Naninna menggeleng sedih. Merasa tidak terima karena di kehidupan ini, dirinya harus melihat pengorbanan Raken untuk yang kedua kalinya, lagi dan lagi.
“Jangan… aku tidak menginginkannya. Aku tidak menginginkan pengorbanan darimu lagi, Ken. Sudah cukup. Berhentilah melakukan apapun untukku. Atau kau akan terluka…”
Raken mendekap seluruh tubuh kecil kekasihnya. Mengecup berkali-kali puncak kepala wanita itu-untuk kesekian kalinya. Jika dirinya harus mati demi mempertahankan kekasih dan juga cintanya, Raken siap tanpa memikirkan akibatnya. Cintanya tumbuh semakin besar saat hubungan mereka didasari oleh cinta yang tulus. Semakin besar hingga tidak menemukan ujung jurang yang paling dasar. Dan Raken berharap cintanya tidak akan pernah habis meskipun kematian selalu mengikutinya di mana pun ia berada.
Hanya dengan surat cerai inilah, kebahagiaan Naninna selalu bersamanya. Dan kesedihan ataupun luka tidak akan pernah bisa mengikuti wanita ini karena dirinya-akan bersiap menjadi tameng dan perisai bagi kekasihnya.
“Kapan kau akan bercerai dengannya? Aku tidak akan memaksamu untuk kali ini. Tapi aku akan berbuat sesuatu jika terjadi kepadamu dan alasan rasa sakitmu itu terhubung dengan adanya pria bajingan itu… kau tahu kan, Naninna? Apa yang akan kulakukan?” Gerakkan jarinya kian mesra dan semakin menyeret kedua sejoli itu terperangkap kedalam sangkar yang diciptakan hanya untuk mereka berdua. “Libatkan aku dalam hidupmu, Naninna. Sehitam dan sepekat apapun duniamu, tolong… libatkan aku sekali lagi.”
Tangis Naninna pecah saat mendengar kalimat penuh makna dan tulus dari pria itu. Wanita itu menubruk keras tubuh kekar kekasihnya. Menyalurkan seluruh luapan emosi yang sudah lama dihalangi oleh tembok pertahanan yang namanya bendungan kokoh. Isakan demi isakan terdengar jelas namun menyakitkan di telinganya. Raken, pria itu membiarkan kekasihnya menangis histeris untuk yang pertama kalinya. Berharap hanya dengan ini bahwa kekasihnya itu akan siap berbagi masalah dengannya di kehidupan kelak.
“Keluarkan semuanya. Dan jangan pernah kau tahan ataupun kau pendam hanya untuk ke’egoisanmu sendiri, Naninna. Jangan lupa bahwa aku akan berada disisimu selamanya. Entah hari ini, detik ini ataupun esok, selagi kau membutuhkanku, aku akan datang dengan sebuah perisai yang siap menjagamu.”
“Terima kasih, Raken. Terima kasih karena telah mencintaiku sampai sedalam ini. Terima kasih…”
######
“Apa yang sedang mereka lakukan?”
Matthew melihat wanita dan pria itu masuk kedalam mobil. Sebelum itu bahkan pria brengsek itu berani memeluknya tanpa melihat sekitar. Apa dia lupa di mana dia berada sekarang? Dirumah ini masih ada pria yang sedang menunggu istrinya pulang lalu memeluknya erat dengan nada manja. Namun nyatanya… istrinya itu lebih memilih memihak pada pria lain yang berstatus sebagai sahabatnya sendiri.
Matthew menyesap wine di tangannya penuh khidmat. Ada masalah di Perusahaannya akhir-akhir ini. Biasanya Naninna akan berbaik hati menenangkannya ataupun membelai rambutnya pelan, sambil membisikkan kata cinta di telinganya. Sekarang dia bahkan tidak bisa mendengarnya lagi. Di mana istri kecilnya yang dulu selalu membuntutinya kemanapun ia berada? Rasa rindu semakin membuncah kala istrinya telah keluar dari mobil itu. Namun Raken tidak berniat menyusulnya. Mereka saling berpisah dan melempar senyum. Naninna… apakah istrinya tahu bahwa suaminya ini sudah ada dirumah dari beberapa jam yang lalu?
Matthew berniat untuk membicarakan hal serius dengannya malam nanti. Berharap Naninna mau berbagi dan meluapkan segala emosinya padanya kelak. Tapi… pembicaraan apa yang akan ia katakan nanti malam? Karena selama ini mereka selalu tidur satu ranjang bersama namun tidak ada sentuhan apapun disana. Bahkan Naninna sudah tidak pernah lagi merengek untuk disentuh maupun dicium kening.
Dahi Matthew kian berkerut dalam. Seolah memikirkan sesuatu hal yang besar untuk ia bicarakan dan jadikan sumber obrolan untuk istrinya.