"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Pengganggu!
"Sayang, ini sarapan buat nanti di kantor." Ucap Sherena sambil mengulurkan kotak bekal yang sudah dia buat dengan susah payah tadi pagi.
"Terimakasih, sayang."
"Sama-sama, aku bikin nya penuh perjuangan lho. Aku bangun lebih pagi buat bikin sarapan itu, semoga sayang suka ya." Sherena berceloteh ria, Darren tersenyum manis menanggapi ocehan sang gadis. Mendengar dia bercerita, benar-benar membuat hatinya menghangat. Dia senang saat Sherena bercerita panjang lebar seperti ini.
"Wahh, aku sangat bersyukur kalau begitu. Terimakasih, gadis ku. Aku akan sangat menikmati sarapan yang kamu berikan." Jawab Darren, pria itu menguspa lembut puncak kepala sang gadis. Dia tersenyum manis hingga kedua mata nya menyipit seperti bulan sabit.
"Aaaa, sayang ganteng banget." Puji Sherena, dia tiba-tiba saja mengecupi wajah Darren yang mana membuat pria itu terkejut hingga hampir saja mobil yang dia kendarai oleng menabrak kendaraan lain.
"Astaga, sayang.."
"Hehe, maafin. Habis nya sayang ganteng banget, kan aku gak kuat." Jawab Sherena sambil cengengesan.
"Bahaya tau gak?"
"Iya, maaf. Jangan marah dong." Sherena membujuk Darren dengan menunjukkan wajah memelas nya, membuat Darren menghembuskan nafas nya dengan kasar. Akan sangat sulit bagi nya untuk marah pada gadis ini, dia terlanjur bucin seperti nya.
"Gapapa, sayang. Jangan di ulangi ya, bahaya."
"Iya, janji gak ngulang." Jawab Sherena, Darren terkekeh pelan lalu mengecup singkat kening Sherena. Mumpung masih lampu merah, jadi Darren bisa nyosor manja pada gadis nya.
"Tanda yang aku buat sudah memudar, sayang." Ucap Darren sambil mengusap tanda kemerahan di leher Sherena.
"Iya, sayang."
"Nanti aku buat lagi ya?"
"Terserah sayang aja." Jawab Sherena, Darren tersenyum smirk. Sherena terlalu polos, kalau saja ada pria yang hanya ingin memanfaatkan, pasti Sherena sudah kehilangan mahkota nya saat ini. Meskipun gadis ini terlihat sangat barbar, tapi nyata nya Sherena tidak seperti itu. Dia benar-benar masih menjaga kesucian nya dengan baik, bahkan dia masih bisa menolak padahal Darren tahu benar kalau gadis itu tengah bernafssu.
Kesadaran nya patut di acungi jempol, dia tidak terbawa oleh nafssu yang dia rasakan.
"Oke, kapan-kapan aku akan membuatnya lagi yang banyak." Jawab Darren, dia sempat meremaas gemas buah kenyal Sherena membuat gadis itu mencebik. Disaat seperti ini, bisa-bisa nya pria itu tetap mesuum.
"Jangan mesuum disini, ini di jalan lho."
"Oke, kalo gitu aku mesuum nya di rumah aja ya."
"Dihh, yaudahlah terserah ayang aja." Jawab Sherena, membuat Darren tertawa.
Beberapa menit kemudian, Darren dan Sherena pun sampai di sekolah, Sherena mengecupi seluruh wajah Darren terlebih dulu sebelum turun dari mobil. Sedangkan Darren, dia hanya mengecup beberapa bagian dari wajah gadis itu tapi lembut dan dalam.
"Aku keluar dulu ya? Sayang hati-hati di jalan nya ya, jangan nakal awas. Pokoknya sayang tuh harus inget kalo udah punya pacar ya?"
"Iya iya, sayang ku. Bawel sekali."
"Bodo amat, aku bawel begini karena aku sayang sama kamu dan gak mau kehilangan kamu, susah-susah aku dapetin kamu, masa.."
"Iya-iya, cantik ku. Aku gak bakalan nakal kok." Jawab Darren, dia mencapit bibir Sherena yang sedari tadi mengoceh dengan kedua jari nya.
"Pinky promise?" Tanya Sherena sambil mengacungkan jari kelingking nya. Darren menautkan jari kelingking mereka dan menarik Sherena ke dalam pelukan nya. Lagi-lagi, Darren melayangkan ciuman-ciuman singkat di kening Sherena.
"Yaudah, aku keluar dulu ya. Semangat kerja nya, sayang."
"Iya, kamu juga semangat belajar ya biar cepet lulus." Sherena menganggukan kepala nya, tanpa menyadari kalau ada maksud terselubung dari ucapan Darren. Sampai sini paham kan? Paham lah ya.
Sherena pun keluar dari mobil nya dan kembali menutup pintu mobil nya dan pergi, karena di seberang sana sudah ada teman-teman nya yang menunggu dirinya.
"Cieee, di anterin ayang."
"Iya dong." Jawab Sherena sambil tertawa, mereka pun masuk ke kelas setelah mobil milik Darren menjauh dari area sekolah.
"Ciee.."
"Udah aahh, yuk masuk. Gue ada bikin sarapan buat kita-kita, yuk."
"Ayo." Jawab ketiga nya, mereka pun pergi ke kelas. Karena untuk masuk jam pelajaran pertama, masih ada sekitar dua jam lagi.
Mereka pun berkumpul seperti biasa nya dan memakan sarapan nya dengan lahap.
"Gilaa, enak banget ini mah."
"Iya, bener. Enak banget, Lo yang bikin apa nyokap Lo?" Tanya Meysa.
"Gue yang bikin, percaya gak? Tadi gue bangun jam setengah lima pagi, cuma buat bikinin laki gue sarapan, sekalian sama teman-teman laknat ku ini." Jawab Sherena yang membuat teman-teman nya tertawa.
"Wahh, tapi Lo jago sih. Baru belajar masak, tapi masakan Lo gak ada yang gagal."
"Iya, enak semua. Ada bakat sih Lo, Sher." Celetuk Arin.
"Hmm, gapapa lah. Syukur kalo enak, tapi gue bakalan terus belajar supaya bisa nyenengin suami gue nanti nya."
"Wihh, suami? Siapa tuh?" Goda April sambil tersenyum menyebalkan bagi Sherena.
"Pake nanya lagi, yang udah jelas-jelas ajalah. Pasti si Om duren." Celetuk Meysa.
"Gue gak tahu siapa yang nanti bakalan jadi suami gue, tapi siapapun itu semoga gue gak ngecewain dia."
"Dih, kata-kata Lo bikin kita overthinking tau gak!"
"Iya nih, Sher. Hubungan Lo sama si om duren baik-baik aja kan?" Tanya Arin membuat Sherena terkekeh geli, karena teman-teman nya salah mengartikan ucapan nya.
"Baik kok, baik banget malah." Jawab Sherena sambil terkekeh.
"Syukur deh kalo emang baik-baik aja, kalo Lo ngerasa ada yang janggal, jangan segan buat cerita sama kita ya?" Ucap April, Sherena menganggukan kepala nya.
"Pasti, gue bakalan cerita sama kalian." Jawab gadis itu. Mereka pun melanjutkan acara makan mereka. Jangan tanyakan kemana Marvin, sejak hari itu pemuda tampan itu lebih sering menghindar. Dia memilih diam di kantin selama berjam-jam, atau di belakang kelas.
Di kantor, Darren membuka bekal yang di berikan plus di buat oleh sang pujaan hati, siapa lagi kalau bukan Sherena. Pria itu tersenyum saat melihat hasil kreasi sang gadis.
"Niat banget ini bikin sarapan." Gumam Darren, dia pun mengambil nasi kepal nya dan memakan nya, bersamaan dengan nagget yang masih cukup hangat karena kotak bekal nya cukup tahan panas.
"Selain penampilan nya yang cantik, rasanya juga enak." Puji Darren, dia mengambil ponsel dan memotret makanan itu, lalu mengirimkan poto nya pada Sherena.
"Sayang, terimakasih bekal nya. Enak sekali, aku menyukai nya." Isi pesan yang di kirimkan oleh Darren pada gadis nya. Terkirim dan langsung ceklis dua berwarna biru, seperti nya gadis pujaan nya belum masuk kelas. Dari itu, dia bisa membaca dan membalas pesan nya.
'Sama-sama, sayang. Habisin ya? Besok aku buatin lagi sarapan yang beda, biar kamu gak bosan.' Balasan yang di berikan oleh Sherena. Darren mengangkat sudut bibir nya, dia benar-benar senang dengan balasan dari Sherena.
Dia benar-benar tidak menyangka akan jatuh cinta pada gadis yang usia nya jauh di bawahnya. Gadis kecil yang masih berada di bangku sekolah menengah. Gadis yang awalnya tidak di sukai, dia merasa risih saat gadis itu mengejar-ngejar dirinya, dia sudah berusaha membuat gadis itu patah semangat.
Dia bersikap jutek, datar, so cool. Tapi, pada akhirnya dia luluh juga karena melihat ketulusan gadis yang merupakan tetangga nya itu. Rumah mereka hanya berseberangan saja, kalau mau apel pasti dekat tidak perlu menggunakan motor atau mobil.
Sarah masuk dengan wajah datar nya, dia benar-benar tidak suka saat melihat Darren menenteng kotak bekal, pria itu melewati nya begitu saja tadi. Tanpa menyapa atau sekedar melihat nya sedikit pun.
"Tuan.."
"Hmm.." Darren hanya menjawab dengan deheman, dia tidak melihat sedikit pun ke arah Sarah yang menantikan nya. Dia lebih fokus dengan makanan nya, bagi Darren saat ini makanan buatan Sherena lebih menggoda dari pada tubuh Sarah.
Wanita itu tidak ada apa-apa nya jika di bandingkan dengan Sherena, selain Sarah itu sudah pernah melahirkan, usia nya juga dua tahun lebih tua di atas Darren. Jelas lah, Darren pasti akan memilih berondong manis nya dari pada Sarah.
"Ini laporan dari divisi keuangan yang kemarin anda minta." Ucap Sarah membuat Darren menatap tajam wanita itu.
"Biasakan mengetuk pintu lebih dulu, semakin lama kau semakin tak sopan dengan atasan mu, Sarah."
"Biasa nya kan, saya juga bisa masuk kapan saja tanpa harus mengetuk pintu dulu, Tuan." Jawab Sarah. Tentu saja, hal itu membuat Darren marah. Dia paling tidak suka dengan orang yang mendebat nya, apalagi ini bawahan nya plus perempuan pula.
"Dengar, Sarah. Hanya karena beberapa kali aku memakai jasa mu, bukan berarti kau bisa masuk kemari seenaknya. Memang kau siapa? Hanya sekretaris, camkan itu!" Tegas Darren membuat Sarah terhenyak, baru kali ini dia melihat Darren marah.
"Maaf, Tuan."
"Keluar!" Tegas Darren, Sarah pun meletakan map berisi laporan dari divisi keuangan dan langsung keluar dari ruangan Darren dengan membawa hati yang di penuhi dengan rasa iri dengki.
"Sebenarnya, gadis seperti apa yang membuat Darren berubah seperti ini? Aaahh, sial. Dia sampai membentak ku seperti ini hanya karena tak ingin di ganggu, padahal biasa nya dia juga tidak keberatan kan?" Gerutu Sarah sambil berjalan menuju ruangan nya.
"Ckkk, mengganggu saja. Dasar pengganggu!" Ucap Darren, dia pun kembali melanjutkan acara makan nya dengan lahap. Selain lapar, dia juga sangat menyukai masakan Sherena. Bumbu-bumbu nya sangat pas, tidak berlebihan juga tidak kurang, benar-benar pas dan cocok di lidahnya. Seperti nya Sherena benar-benar belajar dari ibu nya, hanya untuk bisa menyenangkan nya. Bahagia? Tentu saja, artinya Sherena benar-benar dengan ucapan nya bukan?
.....
🌻🌻🌻🌻