Menjalin bahtera rumah tangga selama delapan tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi seorang Marisa dan juga Galvin.
Namun pernikahan yang dilandaskan perjodohan itu tak membuat hati Galvin luluh dan memandang sosok sang istri yang selalu sabar menunggu.
Adanya buah hati pun tak membuat hubungan mereka menghangat layaknya keluarga kecil yang lain.
Hingga suatu hari keputusan Marisa membuat Galvin gusar tak karuan.
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Menyangka
Malam harinya Marisa baru saja menidurkan Devano, seperti biasa ia harus menemani Devano belajar dan juga membacakan cerita sebelum tidur.
Marisa juga sangat merindukan putra satu-satunya tersebut, dengan senang hati ia menemani seluruh kegiatan Devano setelah pulang dari Jogja tanpa rasa lelah sedikitpun.
Devano juga terlihat senang kala membuka buah tangan yang diberikan Marisa untuknya, semua Marisa belikan untuk sang anak sebagai bayaran selama Marisa tidak ada.
Marisa pun cukup puas karena apa yang ia beli tidak mengecewakan Devano, bahkan jika Marisa tidak menyuruh Devano untuk segera tidur bocah kecil itu pasti akan lupa waktu dan terus bermain dengan mainan yang Marisa beli.
Setelah Devano tidur barulah Marisa keluar dari sana dan kembali menuju kamar utama.
Sesampainya di depan kamar Marisa lantas memutar handel pintu dan mulai membukanya.
Clekkk....
Marisa pun masuk ke dalam dan kembali menutup pintu kamar, saat ia berbalik Galvin sudah berada di depan matanya.
Hal yang membuat Marisa terpaku adalah saat pria itu berdiri dengan hanya memakai boxer, Marisa langsung melotot menatap ke arah sang suami.
"Devano sudah tidur?" Tanya Galvin sambil tersenyum tipis.
"S-sudah...." Jawab Marisa gugup.
Melihat itu Galvin semakin mendekat, ia seolah menatap aneh ke arah Marisa.
"Kenapa? Apa ada yang salah?"
"K-kau........ Kenapa kau tidak memakai baju?" Ucap Marisa merona.
"Hahaha...... Memang kenapa?" Ucap Galvin tergelak.
Ia semakin memajukan langkahnya dan menahan pinggang Marisa dengan sekali gerakan.
"Kenapa malu? Kemarin kita sama-sama tidak memakai baju. Sekarang melihat aku yang memakai celana saja kau seperti baru pertama kali melihatnya"
Nafas Marisa tertahan sesaat, ia sendiri bingung kenapa dirinya takut melihat Galvin dalam keadaan seperti sekarang ini. Hatinya kembali berdebar kencang.
"A-aku...... Tidak tau, hanya saja.... Rasanya berbeda jika berada dalam kamar ini" Ungkap Marisa jujur, bagaimana tidak? Mereka tidak pernah melakukan hal intim di kamar ini, kamar tersebut selalu berhawa dingin dan sepi. Tetapi kini, Marisa tahu apa yang akan terjadi hingga pagi menjelang.
"Mungkin benar, kita memang baru pertama kali akan melakukan hubungan dikamar ini. Rasanya pasti berbeda, tapi kau akan terbiasa. Percayalah...... " Ucap Galvin memberi pengertian, ia membelai wajah istrinya dan menyembunyikan anak rambut marisa ke belakang telinga.
Marisa pun akhirnya mengangguk dan mulai mengangkat kedua lengannya ke atas.
Tak menunggu lama Galvin lantas menyikap gaun tidur Marisa hingga jatuh ke atas lantai.
"You are so beautiful tonight..."
Marisa tersenyum manis, lalu memberi sebuah kecupan pada pria itu.
"You too.... "
Dan malam panjang pun terjadi kembali.
***
Pagi hari Marisa dan Galvin kembali pada aktifitas masing-masing, mereka kembali dihadapkan pada pekerjaan yang sudah menumpuk dan menuntut pasangan itu untuk segera menyelesaikannya.
Namun, pagi ini Marisa tidak pergi ke cafe sendiri. Ia diantar oleh Galvin menggunakan mobil pria itu.
Ya, saat marisa hendak mengambil kunci mobil miliknya Galvin memaksa Marisa untuk berangkat bersamanya. Meski Marisa sudah menolak karena takut merepotkan sang suami tapi Galvin tetap kekeuh menyuruh Marisa untuk berangkat bersama.
Sampai dimana Marisa tidak bisa menolak keinginan sang suami, mereka pun akhirnya berangkat menggunakan mobil Galvin.
Setibanya di cafe Galvin tak langsung berangkat ke kantor, ia menyempatkan diri untuk masuk ke dalam tempat makan milik Marisa sekalian Galvin ingin mencoba salah satu menu di cafe tersebut untuk ia bawa ke kantor. Karena selama ini Galvin tak pernah menyantap lagi makanan yang ada di cafe milik istrinya sendiri.
Saat Galvin dan Marisa masuk ke dalam cafe sontak para pegawai menjadi heboh dan meributkan sosok suami dari atasannya, ini adalah pertama kali Galvin masuk ke cafe. Pernah dulu pria itu berkunjung tapi hanya sampai di depan cafe saja, itupun ia datang untuk mengantar Devano yang ingin menemui Marisa.
Tapi kini, Galvin benar-benar ada disana bahkan ia menggandeng lengan Marisa.
"Hei lihat tampan sekali ya...... "
"Apakah dia Tuan Galvin, suami dari Nyonya Marisa??? Ya Tuhan, tampan sekali.... "
"Benar, sangat cocok dengan nyonya Marisa... "
"Pantas Devano sangat tampan, lihat saja Ayahnya mereka sungguh mirip.... "
Semua pekerja berbisik-bisik membicarakan sosok tampan dan gagah itu, mereka pun mengakui Galvin yang sangat sempurna berbeda dengan pria yang ada di dalam sana, apalagi pegawai Marisa semuanya adalah wanita pantas saja jika mereka semua terkagum-kagum pada suami dari Marisa.
"Mau aku pesan kan apa untuk dibawa ke kantor?" Tanya marisa.
"Bisakah aku membawamu saja?" Ucap Galvin bergurau.
Marisa pun tertawa mendengarnya, ia memukul kecil lengan Galvin.
"Yang ada kau tidak akan fokus pada pekerjaannya mu, bagaimana kalau menu utama saja?" Saran Marisa.
"Baiklah, terserah kau saja"
Lantas Marisa pun meminta sang bawahan untuk menyiapkan makanan.
Tak lama makanan yang dibungkusi plastik aesthetic itu sudah siap, Marisa membawa makanan itu dan memberikannya pada Galvin.
"Makanannya masih panas, segeralah makan saat tiba di perusahaan" Kata Marisa.
"Tentu, aku akan memakannya sampai habis" Ujar Galvin.
Marisa mengangguk dan mengantarkan Galvin menuju mobil.
Tetapi, saat mereka hendak keluar dengan waktu bersamaan Abrian masuk ke dalam cafe.
Deg!
Padangan ketiganya saling bertemu satu sama lain, terlihat jelas raut wajah terkejut yang dipancarkan dari wajah Abrian.
Galvin disini?!!
Untuk pertama kali selama ia mengenal Marisa baru saat ini Abrian melihat Galvin berada di cafe Marisa bahkan bergandengan dengan sang pemilik cafe.
Ada rasa senang kala melihat Marisa yang sudah pulang, tapi di sisi lain rasa cemburu pun muncul menjadi satu.
Abrian membeku untuk sesaat, merasa tak percaya dengan pemandangan didepannya. Hatinya terasa perih melihat itu!
Sedangkan Galvin menatap dingin pada pria di depannya, mencoba menahan rasa kesal di dalam hatinya. Karena Galvin tau Abrian sudah sering berkunjung untuk menemui Marisa.
Abrian mencoba bersikap biasa, ia mengulas senyum dibibirnya pada Galvin. Bagaimana pun mereka pernah saling menyapa di acara pesta ulang tahun perusahaan lelaki tersebut.
"Tuan Galvin? Kebetulan sekali kita bertemu" Seru Abrian menyapa.
Galvin tersenyum tipis menyambut sapaan Abrian, mereka pun saling berjabat tangan.
"Apa kabar Tuan Abrian? Aku tidak menyangka anda datang ke cafe istriku" Sahutnya.
Abrian tersenyum kaku, ia seperti sudah tertangkap basah berselingkuh dengan istri orang.
"S-saya memang sering kesini, Tuan Galvin. Ini.... Cafe favorit ku" Ucap Abrian.
"Kebetulan sekali kalau begitu"
"Iya, sangat kebetulan haha.... Kita juga bisa berbincang-bincang bersama jika anda mau" Tawar Abrian basa-basi, meski didalam hatinya ia mengutuk berbicara demikian.
"Mungkin lain kali, Tuan Abrian. Saya harus segera pergi ke kantor"
"Begitukah? Sayang sekali, padahal momen ini jarang terjadi"
Sedangkan Marisa yang berada disana hanya menyimak dengan santai, ia tak merasa cemas jika Abrian dan Galvin bertemu. Lagipula tidak ada salahnya jika teman dan suaminya saling bertegur sapa.
"Sepertinya aku harus langsung pergi, Tuan Abrian. Senang bisa bertemu denganmu"
"Senang bertemu denganmu, Tuan Galvin. Sampai jumpa lain waktu"
Mereka pun berpisah sampai disana, Marisa mengantarkan sang suami sampai di depan mobil sedangkan Abrian mengantri sambil terus melihat gerak-gerik pasangan suami istri tersebut.
Tanpa sengaja Abrian melihat Galvin yang mencium bibir Marisa, seketika matanya membulat tak percaya!
Bukankah pernikahan mereka tidak se harmonis itu?!!!