NovelToon NovelToon
Asi Babysitter Penggoda

Asi Babysitter Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Satu wanita banyak pria
Popularitas:35.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

Ketika Naya, gadis cantik dari desa, bekerja sebagai babysitter sekaligus penyusui bagi bayi dari keluarga kaya, ia hanya ingin mencari nafkah.

Namun kehadirannya malah menjadi badai di rumah besar itu.

Majikannya, Arya Maheswara, pria tampan dan dingin yang kehilangan istrinya, mulai terganggu oleh kehangatan dan kelembutan Naya.

Tubuhnya wangi susu, senyumnya lembut, dan caranya menimang bayi—terlalu menenangkan… bahkan untuk seorang pria yang sudah lama mati rasa.

Di antara tangis bayi dan keheningan malam, muncul sesuatu yang tidak seharusnya tumbuh — rasa, perhatian, dan godaan yang membuat batas antara majikan dan babysitter semakin kabur.

“Kau pikir aku hanya tergoda karena tubuhmu, Naya ?”

“Lalu kenapa tatapan mu selalu berhenti di sini, Tuan ?”

“Karena dari situ… kehangatan itu datang.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Melebeli harga 1 Triliun

...0o0__0o0...

...Ruang CEO sore hari....

...Setelah memastikan Karan benar-benar lelap, Naya menutup pintu kamar perlahan....

...Begitu pintu menutup klik halus, sebuah tangan tiba-tiba menarik pinggang-nya—keras, cepat, namun terkendali....

...Arya....

...Tubuh mereka hampir berbenturan....

...“Naya,” suaranya rendah… berbahaya. “Kau benar-benar tau cara memancing orang yang salah.”...

...Naya tersenyum tipis. “Saya hanya melakukan apa yang anda suka, Tuan.”...

...Tanpa peringatan, Arya menangkup wajah Naya dan menyeret bibir gadis itu ke dalam ciuman panas yang dalam....

...Ciuman-nya bukan lembut—melainkan penuh tekanan, seperti seseorang yang menahan dirinya sejak lama dan akhirnya menyerah pada retakan terakhir....

...Naya terkejut sesaat, tapi tubuhnya langsung melemas—lalu membalas. Tangan-nya terangkat, mencengkeram kerah Arya, menarik pria itu lebih dekat, lebih dalam, seolah ingin membakar jembatan pelarian mereka berdua....

...Arya mendesah pendek di antara ciuman mereka, napasnya tersengal, suaranya seperti menahan sesuatu yang jauh lebih ganas dari sekadar emosi....

...“Kau… benar-benar membuat ku gila.”...

...Ciuman berikutnya lebih keras. Lebih menuntut. Arya mendorong Naya ke dinding, bukan kasar, tapi cukup kuat untuk mengirim getaran panas ke seluruh tubuh gadis itu....

...Naya meraih dagu Arya, menahannya sebentar—mata mereka bertemu, hitam dan penuh bahaya....

...“Tuan,” bisiknya lembut namun menusuk, “sejak kapan anda bisa menahan diri di depan saya ?”...

...Arya mendekatkan bibirnya ke telinga Naya, begitu dekat hingga napasnya terasa menusuk kulit....

...“Karena kalau aku tidak menahan diri…” ia berhenti, memejam dan menggesekkan hidungnya pelan di leher Naya, “…aku akan kehilangan kendali.”...

...Naya membalas, jemarinya menyapu rahang Arya, naik ke pipinya. “Lepas saja,” bisiknya lirih. “Saya tidak keberatan.”...

...Satu detik....

...Dua detik....

...Arya menatap-nya seperti seseorang yang sedang berada di batas hidup dan mati....

...Lalu—...

...Arya kembali mencium Naya, kali ini lebih lambat, lebih menghancurkan, bibirnya menekan bibir Naya seperti ingin meninggalkan bekas abadi....

...Tangan-nya menahan pinggang gadis itu, menarik-nya semakin dekat hingga tubuh mereka saling menempel tanpa ruang....

...Napasnya… napas mereka menyatu, panas, berat, dan nyaris meledak....

...“Naya,” Arya berbisik di antara ciuman, suaranya serak parah. “Jika kau terus seperti ini… aku tidak akan berhenti.”...

...Naya tersenyum dengan bibir yang masih basah oleh ciuman mereka. “Bukankah itu yang anda inginkan ?”...

...Arya memejam sejenak, menahan diri dengan sisa-sisa kendali yang masih bertahan....

...“Jangan bilang aku tidak memperingatkan mu…,” desisnya sebelum kembali menarik bibir Naya untuk ciuman yang lebih dalam—lebih panas—lebih meneng-gelamkan....

...Ciuman mereka terputus perlahan, bukan karena keinginan… tapi karena napas mereka sama-sama terengah, terseret, nyaris terbakar oleh kedekatan yang terlalu intens....

...Arya masih menahan Naya di dinding, satu tangan menekan pinggang-nya, satu lagi menahan sisi wajah gadis itu agar tidak bisa menghindar — seolah ia takut Naya menghilang jika ia sedikit saja melonggarkan pegangan....

...Naya menatap-nya… bibirnya merah, matanya basah oleh sisa gairah yang di tahan, napasnya masih belum kembali teratur....

...“Kenapa kau berhenti… Tuan ?” bisik Naya, suaranya rendah, seperti racun manis yang menetes perlahan ke dalam pikiran Arya....

...Arya memejam sejenak, rahangnya mengeras. “Karena kalau aku teruskan…” suaranya terputus, serak. “Aku benar-benar tidak akan mengontrol apa yang terjadi setelahnya.”...

...Naya justru mendekat. Ia menyentuhkan ujung hidungnya ke rahang Arya. Sengaja. Pelan. Menggoda. Menggerus kendali pria itu sedikit demi sedikit....

...“Tuan…” Ia mengangkat tangan-nya, mengusap garis rahang Arya dengan jemari yang lembut namun penuh niat. “…apa anda pikir saya menginginkan anda mengontrol diri ?”...

...Arya membuka mata, tatapan-nya langsung menusuk ke mata Naya, gelap dan berbahaya....

...“Naya, jangan coba—”...

...“Kalau begitu,” potong Naya lembut, “biarkan saya yang menawarkan sesuatu.”...

...Arya membisu. Hanya napasnya yang semakin berat....

...Naya meraih kerah Arya, menarik pria itu sedikit ke arahnya, seolah menantang....

...Wajah mereka hanya berjarak inci....

...Bibir mereka hampir bersentuhan lagi, namun tidak—karena Naya sengaja menahan Arya di jurang....

...“Aku tidak keberatan…” Ia membiarkan kata-katanya meluncur perlahan. “…kalau anda melanjutkan-nya.”...

...Arya menegang. “Kau tidak mengerti apa yang kau minta,” desisnya....

...Naya tersenyum kecil, tatapan matanya tajam, mematikan. “Tuan, saya sangat mengerti.” Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Arya, napasnya menggelitik kulit pria itu. “Anda ingin saya… bukan hanya sebagai pekerja. Bukan hanya sebagai pengasuh.”...

...Naya menelan ludah, sengaja membuat suara lirihnya terdengar seperti bisikan yang mencabik kewarasan. “Dan saya ingin… sesuatu dari anda juga.”...

...Arya menahan napas....

...Naya menatap-nya lagi, kali ini dengan ketenangan yang sangat berbahaya....

...“Saya ingin kontrak,” ucapnya. “Saya ingin… tawaran resmi.”...

...Arya menatap-nya lama, begitu lama sampai Naya bisa merasakan jantung pria itu berdebar di tubuhnya....

...“Tawaran apa ?” Suaranya pelan, rendah… namun penuh ancaman manis....

...Naya menjawab tanpa berkedip. “Tawaran untuk membuat saya… menjadi milik anda,” katanya lirih, “dengan harga yang pantas.”...

...Arya mendekat lebih dekat, tangan di pinggang Naya semakin mengeras, suaranya turun sedalam mungkin....

...“Naya…” suaranya penuh tekanan, “kau tidak tahu apa yang kau lakukan.”...

...Naya mengusap pipi Arya, lembut tapi menantang. “Aku tau,” bisiknya. “Dan sekarang aku ingin anda mengambil-nya.”...

...Arya masih menahan Naya di dinding....

...Nafas mereka saling menghantam satu sama lain—panas, pendek, nyaris seperti dua orang yang berusaha tetap waras di tengah sesuatu yang jauh dari kata wajar....

...“Naya,” suara Arya rendah, nyaris bergemuruh. “Kau ingin harga untuk menjual dirimu pada seseorang seperti aku ?”...

...Naya tak menjawab langsung. Ia meraih kerah Arya, menarik pria itu sedikit lebih dekat, membuat dada mereka hampir saling menekan....

...“Tidak ada yang saya jual,” bisik Naya pelan. “Yang saya tawarkan… hanya akses.”...

...Arya mengeras-kan rahangnya. “Kau bermain api.”...

...Naya menatap-nya balik, tenang, dingin, tapi terlalu cantik untuk di abaikan. “Saya sudah terbakar sejak lama, Tuan.”...

...Sekilas — hanya sepersekian detik — Arya terlihat terdiam. Seakan kata-kata itu menusuk tempat yang tidak pernah ia buka untuk siapa pun....

...Tapi ketegangan itu cepat berubah menjadi sesuatu yang lebih berbahaya....

...“Katakan harga mu.” Nada Arya berubah — bukan lagi godaan, tapi kuasa. Tegas, dominan, menuntut....

...Naya meraih pergelangan tangan Arya yang menahan pinggang-nya, menggenggam-nya lembut namun penuh pesan....

...“1 triliun,” katanya pelan, “untuk kontrak tidak terikat.”...

...Arya menaikkan alis. “Tidak terikat ?”...

...“Betul,” jawab Naya. “Anda tidak terikat pada saya. Saya tidak terikat pada anda. Anda hanya… berhak atas saya, saat anda meminta.”...

...Arya mendekat, suaranya menuruni nada paling gelap yang ia miliki. “Dan kalau aku ingin kau datang tengah malam tanpa alasan ?”...

...“Saya datang,” jawab Naya tanpa ragu....

...“Kalau aku ingin kau tinggal ?”...

...“Saya tinggal.”...

...“Kalau aku ingin kau menghilang beberapa hari ?”...

...“Saya menghilang.”...

...Arya menahan napas beberapa detik. Tatapan-nya ke Naya berubah — lebih tajam, lebih berat, seperti seseorang yang mengukur nilai sesuatu yang berbahaya tetapi memikat....

...Lalu duda itu mencondongkan tubuh, bibirnya hampir menyentuh pipi Naya. “Dan kalau aku ingin kau berhenti bekerja ?”...

...Naya tersenyum kecil. “Selama pembayaran masuk… saya berhenti.”...

...Arya menegakkan tubuh sedikit, menatap gadis itu dengan ekspresi yang susah di baca — campuran kagum, marah, terobsesi, dan terpicu....

...“Berani sekali kau.” Nada suaranya terdengar seperti ancaman manis....

...Naya mengangkat wajah, mendekatkan bibirnya ke dagu Arya. “Kalau saya tidak berani… saya tidak akan bisa menghadapi pria seperti anda.”...

...Arya menahan rahang Naya dengan jarinya, mengangkat-nya agar Naya menatap langsung ke mata gelapnya....

...“1 triliun bukan angka kecil.”...

...Naya tidak berkedip. “Anda mampu.”...

...Arya diam....

...Detik demi detik berlalu dalam ketegangan ekstrem yang hampir terasa di udara....

...Lalu perlahan, bibir Arya melengkung tipis — bukan senyum manis, tapi senyum seseorang yang mengakui bahwa ia tertarik… dan sekaligus sedang kehilangan kendali....

...“Baik,” katanya akhirnya....

...Suara itu membuat napas Naya tercekat....

...“1 triliun. Dengan syarat.” Arya mencondong, suaranya hanya napas di telinga Naya. “Selama durasi kontrak… kau hanya datang padaku. Tidak ada pria lain. Tidak ada godaan lain. Tidak ada hidup ganda.”...

...Naya membalas tatapan-nya. “Dan anda tidak berhak mengatur kehidupan pribadi saya selain jam anda.”...

...Arya mengangguk kecil. “Setuju.”...

...Naya mengulurkan tangan. “Sepakat ?”...

...Arya menatap tangan itu lama — sangat lama — sebelum akhirnya menggenggam-nya....

...Genggaman itu terlalu kuat....

...Terlalu panas....

...Seolah kontrak itu baru saja menjadi sesuatu yang jauh lebih dalam dari angka....

...“Sepakat,” jawab Arya, suaranya rendah, hampir seperti sumpah....

...Dan sebelum Naya sempat menarik tangan-nya, Arya menarik pinggang-nya lagi, menyeret gadis itu ke dalam ciuman pendek—tajam—penuh kepemilikan....

...“Mulai sekarang,” bisik Arya setelah melepaskan bibirnya, “kau sudah mengambil jalan yang tidak bisa kau tinggalkan.”...

...0o0__0o0...

...Setelah ciuman itu terputus—bukan karena mereka ingin, tetapi karena keduanya butuh menelan kembali kendali—Arya menarik napas panjang. Tangannya masih mencengkeram pinggang Naya, seakan takut gadis itu menghilang jika dilepas....

...Naya menyandarkan punggungnya ke dinding, bibirnya masih merah, matanya mengunci tajam pada Arya. Tidak ada malu, tidak ada ragu. Hanya kecerdikan dan keberanian seorang perempuan yang tahu nilai dirinya....

...Arya akhirnya bicara duluan. Suaranya rendah, berat, seolah dipaksa keluar dari tenggorokan yang menahan terlalu banyak hal....

...“Kau tadi bilang… satu triliun.”...

...Nada bicara Arya seperti sedang memastikan apakah ia baru saja mendengar hal yang gila atau sangat menggoda....

...Naya tersenyum pelan—senyum kecil yang membuat Arya kembali menegang tanpa sadar....

...“Ya, Tuan. Satu triliun rupiah. Untuk… layanan saya.”...

...Arya mengangkat dagu Naya dengan dua jarinya, memaksa tatapan gadis itu menemuinya....

...“Dan apa yang sebenarnya kau jual, Naya ?”...

...Naya tidak mundur. Tidak berkedip. “Hanya diri saya. Waktu saya. Tubuh saya. Kepatuhan saya.” Ia berhenti, membiarkan jeda itu menggantung. “Untuk anda. Selama anda mau.”...

...Hening mengeras di antara mereka—tebal, menyesakkan, seperti asap gelap yang membungkus....

...Arya mendekat lebih dekat, bibirnya hampir menyentuh bibir Naya lagi. “Kau tau kesepakatan seperti ini tidak punya jalan kembali ?”...

...Naya malah tersenyum. “Aku tidak butuh kembali.” Ia menyentuh dada Arya dengan telapak tangan—pelan, namun mengirimkan sengatan listrik. “Aku hanya butuh jaminan bahwa anda tidak akan menuntut hal-hal di luar batas yang kita sepakati.”...

...Arya menarik napas kasar. “Dan kau…” ia mencengkeram pinggang Naya lebih kuat, “…tidak akan meminta apa pun dari ku kecuali uang ?”...

...Naya mengangguk. “Saya tidak minta cinta, tidak minta status. Tidak minta pengakuan.” Tatapan-nya menusuk. “Hanya uang. Dan kebebasan saya tetap milik saya sendiri.”...

...Arya memejamkan mata sesaat—seolah sedang menghitung berapa banyak kekacauan yang akan terjadi jika ia mengatakan “ya”....

...Ketika Arya membuka mata, tatapan-nya gelap. Sangat gelap....

...“Baik.” Suaranya nyaris seperti putusan hakim. “Satu triliun. Aku transfer bertahap sesuai durasi kita.”...

...Naya menatapnya, puas....

...“Durasi ?”...

...Arya menjawab tanpa berkedip. “Selama aku menginginkan mu.”...

...Naya mengangguk, tersenyum. Manis. Berbahaya. “Kalau begitu… saya milik anda.”...

...Arya mendekatkan wajahnya, bibirnya menyentuh bibir Naya dengan ciuman pendek namun menghancurkan—ciuman tanda tangan kontrak yang jauh lebih gelap dari tinta apa pun....

...“Mulai hati ini,” bisik Arya, “kau tidak punya tempat lain selain di sisiku.”...

...0o0__0o0...

1
Ita rahmawati
waduh mulai saling memanfaatkan nih 😂
Sunarmi Yati
gigti jari aku Thor 🤭🤭🤭🤭😍
Sunarmi Yati
the best baby Karan 👍👍😍😍😍
Sunarmi Yati
tuyul gokil🤭🤭🤭😍
Sunarmi Yati
sohot
Ita rahmawati
kenapa jd bengek sih pak arya 🤦‍♀️🤣🤣
Maulana Abraham
so hot🤭🤭🤭🤭
Maulana Abraham
😍😍😍😍😍😍
Maulana Abraham
iklan 🤣🤣🤣🤣🤣
Maulana Abraham
semangat 💪💪💪💪
Maulana Abraham
lanjutkan thor 💪💪💪😍
Maulana Abraham
modus pak duda🤭🤭🤭🤭
Maulana Abraham
lanjutkan thor 💪💪💪
Maulana Abraham
mulai pak duda nih 🤣🤣🤣🤣
Maulana Abraham
rakno lampir 🤭🤭🤭
Maulana Abraham
karan 😍😍😍😍
Maulana Abraham
rejeki nomplok 😍😍😍
Maulana Abraham
so hot🤭🤭🤭
Maulana Abraham
lanjutkan thor 💪💪💪
Yuyun Yunaas
Naya dan karan I like you. kompak terus kalian 😍😍😍 dan buat Arya rasakno, enak ORA di nistakan tuyul ciptaan mu sendiri 🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!