Terjebak Cinta Istri Istri Kesepian

Di suatu siang sekitar pukul 11 lebih beberapa menit, seorang pria berusia sekitar tiga puluh tahun, nampak raut bahagia dari sorot wajah yang dia pancarkan. Sejak beberapa puluh menit yang lalu, senyum pria itu tak lepas dari bibirnya, karena rasa bahagia yang sukar untuk diungkapkan dengan kata yang pas.

Pria itu nampak gagah dengan balutan baju pengantin khas suatu daerah. Di dalam mobil yang dia kendarai berdama beberapa rekannya, tak berhenti pria itu mengungkap semangat bahagianya dan merasa tak sabar untuk segera bertemu dengan wanita idaman yang menjadi alasan pria itu berbahagia di haro ini.

Begitu mobil yang dia kendarai sampai di tempat tujuan, pria itu segera merapikan penampilannya agar terlihat semakin berwibawa dan menumbuhkan rasa kagum pada wanita yang akan menjadi istrinya, serta beberapa warga yang akan menjadi saksi pernikahannya.

Dengan wajah sumringah, pria itu membalas beberapa sapaan dari orang orang yang menyambut kedatangannya, hingga langkah gagah pria itu mendekati pintu yang di dalamnya akan dijadikan tempat mengucap janji suci seorang pria, yang akan memasuki fase menjadi kepala rumah tangga.

Namun, ketika langkah kaki pria itu telah sampai dia ambang pintu dan matanya mengedar ke segala penjuru, ekspresi pria itu berubah. Langkah dan gerakan kakinya berhenti dan raut wajahnya terlihat kaget kala matanya menangkap sosok yang dia kenal berada di antara orang-orang.

Pria itu terpaku dengan mata hampir tak berkedip karena merasa tak percaya dengan apa yang dia saksikan saat ini.

Sikap pria yang mendadak berubah, sontak mengundang banyak perhatian orang orang yang sudah berkumpul di sana. Mereka mengira sikap pria itu pasti terkejut dan kagum dengan penampilan calon istrinya yang nampak lebih cantik dari hari biasanya.

"Budi, ayo masuk, kenapa berhenti?" ucap seseorang yang berdiri tepat di dekat pria bernama Budi.

"Iya Bud,, ayo masuk, acara akan dimulai tuh," seseorang yang berdiri di belakang Budi juga ikut bersuara.

Dengan perasaan kacau, Budi pun tersadar dari rasa syoknya. Dia seketika salah tingkah dan melangkah dengan perasaan yang berbeda dengan perasaan sebelumnya.

Bukan hanya pria bernama Budi yang berubah ekspresi wajahnya. Beberapa rekan Budi yang turut masuk ke dalam tenpat berlangsungnya acara, juga dibuat kaget kala mata mereka menangkap sosok wanita yang mereka kenal berada di antara orang-orang yang akan menjadi saksi pernikahan.

Seketika wajah mereka berubah pucat dan mereka juga pada salah tingkah. Sekarang mereka tahu alasan Budi tadi berhenti di depan pintu. Mereka bisa melihat dengan jelas raut wajah Budi yang menunjukan sikap paniknya sama seperti yang mereka rasakan saat ini.

"Kamu kenapa, Mas? Grogi?" bisik wanita yang akan menjadi istri Budi kala pria itu duduk di sebelahnya.

"Hmm, nggak," pria itu bahkan sampai tergagap dan masih bersikap seperti orang bingung. Sedangkan sang wanita tidak mencurigai keanehan pasa sikap calon suaminya.

"Gimana, Mas? Sudah siap untuk melaksanakan akad?" tanya seorang pria yang duduk di seberang meja.

Budi tidak langsung menjawab dan dia hanya terdiam panik. Sontak sikap pria itu kembali menarik perhatian banyak orang.

"Mas," sang wanita memanggil dengan suara lirih. "Itu, pak penghulu dijawab."

"Eh, em, iya, Pak," Budi semakin gelagapan.

"Waduh, sepertinya kamu sangat grogi ya, Mas?" ucap Penghulu dengan santainya. "Minum dulu aja biar nggak grogi?"

Seseorang langsung mengambil air putih kemasan dan begitu air putih kemasan berada di tangan Budi, pria itu langsung menenggaknya sampai habis.

"Sepertinya calon pengantin kita kehausan," ledek seseorang yang duduk di dekat pang penghulu. "Padahal belum malam pertama, kok udah kelelahan?"

Seketika ledekan orang itu menimbulkan suara tawa. Ekspresi Budi dan rekan-rekannya juga menunjukan senyum yang dipaksakan.

"Gimana, udah lebih baik?" tanya pak penghulu lagi.

"Gimana bisa lebih baik, Pak," celetuk seseorang secara tiba-tiba. "Dia lagi panik itu."

Sontak celetukan itu mengundang semua mata mata tertuju pada orang tersebut. Banyak yang merasa heran dengan sikap sosok tersebut dan tentunya sikap orang itu, membuat semuanya jadi penasaran.

"Panik?" balas pak penghulu, lalu pria itu menatap ke arah Budi. "Apa yang kamu khawatirkan, Mas? Cuma akad doang masa panik? Ayo dong semangat."

"Bukan panik karena mau ngucapin akad, Pak," orang yang sama kembali bersuara. "Iya kan, Mas Budi?"

Lagi-lagi sikap orang itu kembali mencuri perhatian. Ucapannya semakin mengundang rasa penasaran semua orang yang hadir di sana.

"Mbak kenal dengan Budi?" tanya sesorang pada sosok yang tadi memberi sindiran telak pada calon pengantin pria.

"Jangan kan, Budi, Bu," jawab sosok wanita itu. "Mereka aja pada kenal aku,. Tanya kan saja," ucapnya sambil menunjuk beberapa rekan budi.

Budi dan yang lain pun semakin panik. Mereka tidak menduga kalau hari ini mereka akan berada dalam posisi seperti sekarang. Apa lagi semua mata mengarah kepada mereka, membuat mereka tak bisa berbuat apapun selain diam.

"Emang Mbak siapanya Budi?" tanya orang yang sama. "Kok tadi nggak cerita waktu msih merias pengantin?"

"Tanya aja sama mereka, Bu, mereka berani jujur apa tidak," jawab sosok wanita tersebut. "Aku aja kaget waktu tahu kalau calon pengantin laki-lakinya itu Budi."

"Lah, kok jadi main lempar begitu," ujar Pak penghulu. "Udah, sekarang, kita fokus sama akadnya. Udah siang ini, saya harus mengunjungi tempat lain," Pak penghulu nampak agak kesal.

"Tunggu dulu, Pak," celetuk wanita itu lagi. "Sebelum acara akad dimulai, saya mau tanya sama anda, emamg boleh ya, laki-laki yang sudah memiliki istri, menikah lagi secara negara tanpa persetujuan istri pertamanya?"

Deg!

Semua nampak kaget mendengar pertanyaan tersebut kecuali Budi dan rombongannya.

"Maksud Mbak apa ya?" tanya seorang wanita, mewakili rasa penasaran orang orang di sana

"Ya itu tadi, saya tanya, emang boleh, laki-laki menikah lagi secara negara tanpa ijin dari istri sahnya?" wanita yang sama mengulang pertanyaannya membuat semua orang bertambah penasaran.

"Maaf, Mbak, maksud Mbak tanya seperti itu untuk apa?" tanya wanita lain. "Tolong lah, Mbak, jangan merusak suasana pernikahan saudara kami."

Beberapa orang juga ikut memberi peringatan.

Sosok wanita itu tersenyum. "Saya bertanya seperti ini, justru karena saya peduli dengan saudara anda," ujarnya dengan tenang. "Harusnya anda sebagai keluarganya, selidiki dulu, siapa yang akan menjadi calon suami saudara anda itu.""

Lagi lagi ucapan wanita itu membuat semua terperangah dan mereka langsung melempar tatapan ke rah pria yang wajahnya saat ini semakin pucat.

"Bud, bisa jelaskan apa maksud dari ucapan wanita itu?" desak seorang pria yang akan menikahkan anak perempuannya.

Budi tidak langsung menjawab dan dia kembali menunjukan ekspresi yang membuat semua orang yakin ada yang tidak beres dengan pria itu.

"Budi nggak bisa jawab karena istri sah Budi ada di sini, yaitu saya!"