NovelToon NovelToon
Keluarga Lecit

Keluarga Lecit

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Dunia Lain / Pusaka Ajaib / Iblis
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rika komalia

Entah wanita dari mana yang di ambil kakak ku sebagai calon istrinya, aroma tubuh dan mulutnya sungguh sangat berbeda dari manusia normal. Bahkan, yang lebih gongnya hanya aku satu-satunya yang bisa mencium aroma itu. Lama-lama bisa mati berdiri kalau seperti ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika komalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjaga Jarak

Buk Surti masih histeris di ujung sana, sementara aku masih terus melakukan pembunuhan pada semua lele berwarna hijau itu dengan cepatnya.

"hentikan... Hentikan!" teriaknya buk Surti histeris.

Ku tulikan telinga ini, resiko di tanggung belakangan. Aku ingin mas Rama dan pak Karto membuka mata mereka lebar-lebar. Mengapa buk Surti sampai histeris seperti itu hanya karena ikan yang bernama lele.

Setelah sekian menit akhirnya semua lele-lele yang di tanggok Bima habis terbunuh, bahkan air yang kolam yang berwarna hijau sudah berubah menjadi lebih pekat.

"Dasar pembunuh, kau pembunuh Laras," bentak buk Surti seperti kesetanan.

Segara aku mendekat, sengaja aku tak mencuci tangan agar mereka tau aku tak selemah yang mereka pikirkan.

"Surti... Surti. Kau meneriaki aku sebagai pembunuh, apa kau lupa diri bahwa kau lah pembunuh sebenarnya."

" tutup mulutmu," ucapnya tak terima.

Senyum miring masih terlihat jelas di wajahku, ku lirik mas Rama dan pak Karto secara bergantian tapi tak ada juga ucapakan yang keluar dari mulut mereka.

"apa pak Karto dan kau mas Rama tidak penasaran mengapa buk Surti sampai histeris begini? Apa kalian tidak penasaran?" ucapku sembari tertawa pelan.

Aku ingin otak kedua lelaki beda usia itu berpikir, mengapa bisa begitu histerisnya buk Surti melihat aku membunuh para lele itu.

Mereka berdua terdiam, bahkan sekarang mereka secara bersamaan melihat buk Surti dengan raut bingung.

"jangan melihat ku seperti itu," bentak buk Surti.

" yang di katakan Laras ada benarnya juga buk, mengapa ibu sampai histeris begitu." ucap pak Karto.

Mampus kau kan Surti, sekarang kau mau jawab apa bahkan dia terlihat seperti orang tolol.

"jawab, mengapa kau diam!" ucapku.

Baik pak Karto dan mas Rama masih terus menatap wanita paruh baya itu, sedangkan si tersangka tak bisa berkutik sama sekali.

"Sudah ku katakan bukan, kalau dia itu bersekutu dengan iblis. Apa kalian tau bagaimana wujudnya?" ucapku sembari melihat buk Surti yang sudah semakin pucat.

"diam kau Laras, jangan menghakimi ibuku seperti itu. Sebaiknya kau pulang, jangan membuat keributan di sini " ucap Sinta.

" kenapa? Kau takut juga iya!"

"sudahlah Laras, sebaiknya kau pulang. Ajak ibu bersamamu, jangan lagi membuat keributan di rumah ini." ucap mas Bima.

" tapi mas...! "

" sudahlah, sebaiknya kalian pulang. Dan mas akan tetap tinggal di sini, jika kau ingin berkunjung datang saja. Tapi jangan membuat keributan di sini."

Ku raup wajah ini, ingin rasanya aku berteriak mengatakan pada mas Rama, sebenarnya mereka itu jahat tapi dia tidak akan mengerti.

Setelah beberapa saat, akhirnya aku memantapkan hati untuk kembali pulang. Sekarang kalian boleh menang tapi tidak untuk hari berikutnya.

"maafkan Laras ya buk Surti, sudah membuat kekacauan seperti ini." ucap ibuku sebelum beranjak.

" tidak semudah itu buk besan, untuk sementara ini ku larang putrimu berkunjung ke sini. Hatiku masih sakit karena perbuatannya."

Ku cabikkan bibir ini, lihat saja jika ada celah aku akan ke sini tanpa sepengatahuan mereka.

Kami berempat mulai beranjak, meninggalkan kediaman buk Surti. Berulang kali aku membuang nafas masih kesal rasanya karena mas Rama tidak mau ikut dengan kami.

"mas Rama itu keras kepala sekali buk," omel ku.

" berdoa saja, semoga di baik-baik saja di sana."

Aku seketika mendongak, melihat wanita yang ekspresi wajahnya terlihat sedih itu.

"Laras juga selalu berdoa buk, entah bagaimana caranya membujuk mas Rama agar mau meninggalkan keluarga setan itu."

" iya Wak, buk Surti itu pemuja setan." tambah Galuh.

" itu yang menjadi pikiran Wak sekarang, Wak juga bingung bagaimana menyelamatkan Rama dari keluarga mereka."

" tidak ada cara lain Wak, selain kita memata-matai mereka. cepat atau lambat pasti pak Karto akan mati setelah itu menyusul mas Rama, sebab itu kita jangan sampai kecolongan." ucap Bima.

Reaksi ibuku hanya diam, kami masih terus melakukan perjalanan hingga tanpa di sadari kami sudah tiba di depan rumah.

Semua masuk, ibu langsung beristirahat di kamar sementara kami bertiga duduk di ruang tengah.

"sebenarnya tujuan buk Surti bersekutu dengan siluman itu apa ya?" celetuk Galuh.

" nah, itu juga yang jadi pikiran ku beberapa hari ini, " timpal Bima.

Hmmm, kenapa aku gak kepikiran ya sebenernya tujuan buk Surti bersekutu dengan siluman itu apa, kalau di bilang kaya enggak juga, mereka sama sederhananya dengan kami, hanya saja makanan mereka yang beda.

"mulai sekarang kita harus terus memantau mereka, aku takut malah mas Rama yang lebih dulu di jadikan tumbal oleh buk Surti" ucap Galuh.

" Sebaiknya begitu," ucap Bima.

Hari berganti, tak terasa sudah hampir satu bulan lamanya kami setiap malam mengintai rumah buk Surti dan selama itu pula mas Rama tidak pernah berkunjung ke rumah. Sampai-sampai ibuku menahan rindu pada kakak semata wayang ku itu.

"Laras, kamu antar gih makanan ini untuk Rama. Dia kan suka jengkol, ini udah ibu semur kan." ucap ibuku seraya memberikan rantang yang lumayan berat.

Sedikit ragu hatiku untuk mengantarkan makanan ini kerumah buk Surti. Tapi, melihat ibu yang sudah antusias jadi tidak enak untuk menolaknya.

"Laras antar sekarang ya buk," ucapku.

"habis magrib saja Laras, sebentar lagi azan."

"gak apa-apa buk, Laras gak lama kok."

Bergegas aku mengambil kunci motor, dan melajukan menuju rumah mertua mas Rama.

Tak butuh waktu lama, akhirnya aku tiba. Tapi, mengapa sepi sekali seperti tak berpenghuni.

Perlahan tapi pasti, aku mulai turun dari motor, menenteng rantang yang berisi semur jengkol kesukaan mas Rama, namun setibanya di depan pintu tercium aroma anyir yang langsung menyergap hidungku.

"bau nya," batinku.

Cukup lama aku menunggu, namun tak ada jawaban dari dalam bahkan aku sudah berulang kali mengetuk pintu.

"apa mereka pergi ya?" ucapku pelan. Namun saat ku pegang handle pintu ternyata tidak di kunci.

"apa aku masuk saja ya?" batinku. Ku longok kan kepala ini, melihat apa ada orang di rumah apa tidak. Tetap sepi, setelah berpikir panjang akhirnya ku putuskan untuk masuk saja.

Pelan tapi pasti aku berjalan masuk kedalam rumah buk Surti jangan lupakan aroma anyir dan bangkai menjadi satu. Padahal rumahnya bersih, tapi baunya sampai memenuhi rongga hidung.

"sebaiknya ku letakkan saja di meja makan batu setelah nya aku pulang." ucapku memantapkan hati.

Kaki ini bergerak menuju dapur, tapi terjadi sedikit keanehan aku seperti berjalan di lorong waktu seperti sangat jauh menuju dapur.

"astagfirullah, mengapa lama sekali aku sampai." batinku. Dengan mengucapkan doa-doa akhirnya aku bisa tiba juga di dapur. Dengan cepat ku letakkan rantang yang berisi lauk tersebut kemudian mengambil langkah seribu untuk kembali ke pintu utama.

"ayo pak di makan biar lekas pulih," ucap seseorang yang sangat jelas di telinga.

Aku yang tengah berjalan seketika berhenti, penasaran siapa yang berbicara.

"bapak sudah tidak sanggup buk."

Seperti suara pak Karto, dan suara itu berasal dari kamar yang tepat di depanku.

"sikit lagi pak," ucap seorang wanita, dan suara itu seperti suara buk Surti.

Gegas aku mendekat, mencari celah pintu yang terbuat dari bambu untuk mengintip.

Deg... Jantungku berpacu dengan cepat, bagaimana tidak di dalam sana terlihat mas Rama tengah membawa nampan yang lumayan besar berisi ikan lele yang sudah di kerubungi belatung, dan di sebelah mas Rama ada Sinta dengan gelas merah pekatnya. Entah air apa itu, mengapa di bawa kesana.

Dan di ranjang tampak buk Surti tengah menyuapi sang suami dengan lele yang busuk tersebut. Dan itu.... Deg... Jantungku kembali berdetak kencang, bagaimana tidak perut pak Karto terlihat sangat besar, bahkan urat-urat nya sangat jelas terlihat.

"Ya Allah, pak Karto." ucapku pelan, miris melihatnya, di sana tampak buk Surti terus menyuapi nya dengan bangkai lele sementara pak Karo sendiri seakan tak sanggup lagi.

"dasar biadab." ucapku sembari mengepalkan tangan.

Namun di saat aku tengah fokus melihat apa yang terjadi di depan sana, tiba-tiba punggungku di tepuk oleh seseorang.

"jangan-jangan...?"

1
Rika Lia
terimakasih 😍
Its just a lunch
seru..seru kaka...,tetap semangat lanjutkan kisah nya ya,jangan kau gantung cintaku😍👍💪
Rika Lia
terimakasih 😍💪
Its just a lunch
ceroboh ya si laras...,malah pro siluman nya aku jadinya🤣
Its just a lunch
seru kak,msh banyak typo nya,tetap semangat ya..💪👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!