PERJALANAN CINTA QIANA

karna keiklasan azhira, setiap hari radit menemani qiana, bermain layang layang, tertawa bersama radit, menjalani setiap detik bersamanya. hingga membuat qiana mencintainya lagi, tidak ada yang membahas tentang affan dihadapannya. hingga radit dan qia memutuskan untuk menikah atas permintaan azhira. qiana sangat bahagia sekali, radit begitu sangat perhatian padanya. qia hamil, azhira dan radit bahagia, sekalipun azhira iri karna dia tidak bisa hamil tapi tetap bahagia dengan kabar hamilnya qia, azhira setiap hari mengunjungi qia ketika radit sudah berangkat kerja agar qiana tidak curiga bahwa azhira juga istri radit. radit memutuskan untuk membuka usaha baru di indonesia sejak pernikahannya dengan azhira.

********* ***************

CERITA RADIT

pov

"sejak qiana mengalami amnesia hingga berbulan bulan membuatnya tidak ingin keluar dari kamarnya membuatku ikut terpukul menyaksikan wanita yang aku cintai, ingin aku menemaninya ! membuatnya kembali tertawa, namun ikatan yang membuatku lemah tak mampu melakukan itu semua.

3 bulan berlalu aku hanya menatapnya tiap kali kerumahnya.

"radit, temanilah qia, buatlah dia agar dia seperti dulu lagi" pinta azhira di malam itu. karna permintaannya aku memberanikan diri untuk mengajaknya berbicara , mengajaknya keluar kamar, mengajaknya jalan jalan, bermain bersama , hingga setiap hari aku meluangkan waktu bersamanya. aku mempercepat pekerjaanku agar aku bisa bersama qiana mantan kekasihku. ku lihat azhira memperhatikanku dari jauh, membuatku sadar aku mengurangi waktu bersamanya. setiap hari qiana slalu menunggu ku datang, hanya sedikit waktu yang kumiliki bersama azhira.

"azhira" kuraih bahunya saat dia berdiri di balik jendela kamar

"radit, ada apa? " ia menoleh

"aku minta maaf karna aku sibuk dengan qiana"

"radit, aku tidak apa apa kok" mulutnya mungkin mampu mengatakan begitu tapi hati dan wajah nya tidak mampu membohongiku

"menikahlah dengan qiana" dia membalikkan tubuhnya kearah berlawanan denganku.

"tidak , aku tidak bisah untuk menghianatimu"

"aku tau itu, tapi dia lebih membutuhkanmu, jika kamu tidak menikahinya aku takut dia kembali seperti dulu"

"tapi azhira"

"radit, aku tidak bisa memberikanmu keturunan. mungkin qiana bisa memberikanmu keturunan, aku mohon menikahlah dengannya" aku terdiam mendengarkan hal itu, aku memilih untuk meninggalkannya sendiri "aku tau kamu masih mencintainya" lanjut azhira, membuatku terkejut.

"tidak!" ujarku membohongi diriku sendiri

"aku tau kau berbohong" dia memegang pundakku. "aku melihat cinta dimatamu untuknya"

"bukan berarti aku tidak mencintaimu" agar azhira tidak berfikir macam macam aku segera mengatakan hal itu.

"aku tau, aku percaya padamu, jadi aku mohon menikahlah dengannya"

"apa kamu yakin? apa kamu siap untuk dipoligami?"

"insyaallah aku siap"

yang ku tahu tidak ada seorang wanita yang ingin dirinya dimadu, namun istriku sendiri yang memintanya.

kami kemudian sepakat , mengutarakan niatku dan azhira kepada om erwin, serta keluarga affan. mereka setuju dengan niat baikku.

kami menikah, usia pernikahan kami yang masih 2 bulan. kami masih merahasiakan pernikahanku dengan azhira, azhira yang memintanya. rumah kami tidak jauh dari rumah azhira yang kubangun bersamanya. aku dan qia membangun rumah baru agar aku tidak bingung untuk menemui salah satunya sejak pernikahan kami terjadi qiana merasa kepalanya sakit.

"banyak kenangan kenangan dengan seorang lelaki dikepalaku, sepertinya itu tidak asing"

"minumlah dulu"

aku slalu berusaha menenangkannya.

usia pernikahan kami sudah 5bulan , dia ingat semuanya. hingga membuatnya kembali depresi, di usia kehamilan 4bulan 2 minggu.

dia merasa sangat terpukul , menikahiku sama dengan menyakiti hati azhira, meski azhira mengatakan semuanya dia masih merasa bersalah. kami sudah 1 rumah tapi sikap qiana semakin tak karuan padaku. dia sering menangis , marah marah sendiri, bahkan tak memikirkan kehamilannya.

"aku bingung dok apa yang harus aku lakukan, bantu lah aku" "

ku ceritakan semua nya kepada dokter yang aku percayai , dia adalah seorang psikiater yang handal.

"aku rasa dia sangat kecewa, dari wajahnya tadi dia menyesali perbuatannya. sangat sulit menerima kenyataan bahwa suami dan anaknya meninggal , kemudian menikahi suami temannya yang merupakan mantannya dulu, kamu tenang saja, aku akan melakukan pendekatan dengannya , aku akan membantu azhira agar dia bisa diterima dihati qiana, setelahnya dia akan mau untuk menerima mu kembali, tenanglah" tutur dokter friska.

"baiklah aku percayakan padamu dokter friska"

"aku akan mengunjungi rumah kalian setiap hari, besok aku akan kembali kesini"

" aku panggilkan azhira, mungkin dia sudah selesai mandi"

"tidak usah, sampaikan salam dariku saja"

"itu dia" istri pertama ku turun dari tangga. "azhira, dokter friska sudah mau pulang"

"kok sudah mau pulang? aku baru saja keluar, maaf ya dok aku terlalu lama"

"tidak apa apa, besok aku akan kesini lagi kok"

"oh ya, besok aku tunggu ya dok, trimakasih untuk kunjunganmu hari ini"

"kalau begitu aku permisi"

dokter friska pergi.

"aku kelamaan ya dit?"

"tidak , mungkin dokter sedang ada acara , makanya terburu buru"

"emmhh begitu, lalu bagaimana kata dokter friska?"

"dokter bilang akan memulai dari pendatanmu dan qiana"

aaahhhhhhh

"qiana"aku berlari kekamar qiana

"ada apa sayang?" ya aku dan qia saling memanggil sayang.

"pergi kamu aku tidak ingin berbicara denganmu" qiana mengusirku. azhira mencoba untuk mendekati qia namun qia juga tidak mau.

saat kami berbalik untuk pergi dia memanggil nama affan. aku rasa dia kembali teringat pada affan, dia kembali seperti dulu lagi, tidak ingin bertemu dengan siapapun, tidak ingin berbicara dengan siapapun. meski orang itu masuk pasti akan qia usir. jika mereka menyebut nama affan dia akan bertanya dimana affan atau yang lain tentang affan.

aku rasa besok aku harus membawanya ke kuburan affan, mungkin dengan cara ini dia bisa lega dan iklas melepas affan.

"dia mungkin merindukan affan, bagaimana jika besok kita bawa qia ke makam affan". azhira memiliki 1 pemikiran denganku.

"akan aku rundingkan dengan dokter friska besok" aku tau apa yang akan dikatakan azhira dengan tatapannya padaku, meminta jawaban dariku.

kami meninggalkan qia sendiri. betapa terpukulnya aku, seharusnya aku tidak menyetujui permintaan azhira yang membuatnya mengalami hal ini lagi, tapi jika aku hanya menemani dan menghiburnya saja akan menambah kekecewaannya padaku. hal yang membuatku dilema dulu.

"aku buatkan teh untukmu".

"trimakasih"

"sabarlah, aku yakin qiana akan memaafkan kita nanti, dia hanya butuh waktu"

betapa sabar dan lembutnya istriku. aku sudah dibutakan oleh cinta qia , hingga tidak terlalu memperhatikan istriku. dia adalah bukti penyatuan antara aku dan qia, hatinya benar benar tulus dan iklas bisa menerima hubungan ini. aku yang kadang tidak menemuinya hingga 2-3 hari full , dia pun tidak marah , karna dia tau qia sedang hamil dan membutuhkan aku disampingnya. mungkin dia memperhatikan aku dan qia ketika bersama , betapa sulitnya meninggalkan qia walau hanya sebentar. walau aku sadari istriku begitu baik aku tetap saja mengabaikannya. bahkan aku dan azhira hanya saling memanggil nama bukan kata sayang atau lain sebagainya.

"maafkan aku"

"maaf untuk apa?"

"untuk semua kesalahanku"

"radit, kamu tidak melakukan suatu kesalahan"

"tidak, aku tau aku menyakitimu" azhira memelukku , air matanya membasahi cadarnya. "kamu menangis?" dia menggeleng , aku memeluknya "maafkan aku" ku ulangi kata maafku, aku tau dia terluka , dia wanita kuat, dia mampu menahan airmatanya selama hubunganku dan qia berjalan. hingga hari ini ia tidak bisa membendung air matanya lagi.

maaf ya author percepat ceritanya. agar tidak terlalu banyak bertele tele.