NovelToon NovelToon
Dilema Raisa

Dilema Raisa

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Chicklit
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

Raisa, gadis malang yang menikah ke dalam keluarga patriarki. Dicintai suami, namun dibenci mertua dan ipar. Mampukah ia bertahan dalam badai rumah tangga yang tak pernah reda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

"Makan dulu ya, Bunda," ucap Iwan lembut, sambil membawa nampan berisi bubur ayam hangat dan segelas susu.

Raisa menoleh. Tatapannya dingin dan kosong.

"Demi bayi kita, ayolah makan," bujuk Iwan dengan sabar, mencoba menembus tembok dingin di mata istrinya.

Mendengar itu, Raisa mengangguk pelan. Meski hatinya masih dipenuhi amarah dan kebencian terhadap suaminya, ia tahu, ia tak bisa egois. Ada nyawa kecil yang kini bergantung padanya.

Dengan tangan gemetar, ia mulai menyendok bubur ayam itu perlahan. Hangatnya bubur tak sepenuhnya mengusir dingin di hatinya, tapi setidaknya bisa menenangkan sedikit rasa lapar.

Iwan menatap istrinya dalam diam, senyum tipis mengembang di bibirnya. Meski Raisa belum memaafkannya, setidaknya hari ini ia sudah mau makan. Itu cukup untuk membuat harinya terasa sedikit lebih terang.

"Maaf untuk ibu mas ya,ia belum sempat melihat anak kita." ucap iwan membuka suara setelah beberapa menit hening.

Mendengar itu,Raisa terkekeh pelan,menurut nya sangat lucu . Sementara iwan mengerutkan dahi nya bingung.

"Kamu pikir aku gak tau? Udahlah,jangan terus membuat nama ibu mu haik." ejek nya ,dengan memutar bola matanya malas.

"Anak kita sudah berusia satu bulan mas. Ku ulangi lagi, satu bulan! Dan mana ibu mu? Dari semenjak aku mengandung pun tidak ada. Lucu sekali." sambung nya lagi,membuat hati iwan sedikit tercubit. Merasa malu dengan perlakuan ibu nya.

Iwan hanya bisa tertunduk,ia sama sekali tidak mampu menjawab setiap perkataan raisa. Melihat itu raisa tersenyum mengejek,dengan hati yang perih seperti di remas-remas.

"Sudah lah mas,jangan bahas sesuatu yang tidak penting. lebih baik jagalah anak mu,aku ingin mandi." ucap nya,dengan menyerahkan bayi mungil dan cantik itu,pada tangan iwan.

Dengan cepat,Iwan menyambut nya. Matanya berkaca-kaca,setiap kali memandangi putri nya itu.

Gelar nya sudah menjadi ayah,nyaris sempurna. Namun sikap raisa yang membuat nya terasa belum sempurna dalam rumah tangga nya.

Sikap dingin itu terus berlanjut hingga sekarang. Iwan mengira segalanya akan baik-baik saja. Ternyata, ia salah besar.

Padahal, Iwan telah berusaha menjadi ayah sekaligus suami yang sempurna. Setiap malam, ia selalu terjaga ketika putrinya menangis terus-menerus.

Setelah Raisa memberikan ASI kepada buah hati mereka, Iwan akan menyuruhnya kembali tidur. Ia yang mengambil alih tugas selanjutnya: bergadang hingga sang bayi tertidur kembali.

Ia tak peduli meski harus mengantuk saat bekerja. Baginya, kebahagiaan istrinya adalah yang paling utama.

"Sudah, berikan Aleya padaku," suara itu membuyarkan lamunan Iwan. Ia bahkan sedikit terkejut.

Perlahan, Iwan mendongak, menatap istrinya yang selalu tampak cantik. Bahkan setelah melahirkan, tak ada yang berkurang darinya justru semakin cantik dan berisi.

Iwan tersenyum tipis,menyerahkan putrinya pada raisa. Dengan sigap raisa mengambil nya,sedikit menimang agar tidak menganggu tidur si kecil.

"Bund..." panggil Iwan pelan, sesaat setelah melihat istrinya meletakkan putri mereka ke dalam boks bayi.

Raisa menoleh, menatap Iwan dengan dingin. Ada sedikit kelelahan di wajahnya, namun tatapan dingin nya tetap tak pernah hilang.

Iwan menelan ludah nya dengan kasar ,mencoba memberanikan diri meminta hak nya.

"Sudah lama kita tidak melakukan nya." lirih nya pelan,sedikit terbata-bata. "Aku masih suami mu,aku berhak meminta hak ku." lanjut nya ,kali ini dengan memandang manik mata indah sang istri.

Raisa tertegun. Jantungnya langsung berdegup cepat. Ia tahu, Iwan tak menyindir, tapi kata-kata dan tatapan itu menyentuh nuraninya.

Memang benar selama ini ia telah lalai. Sejak mengetahui dirinya hamil, Raisa nyaris tak pernah lagi memberikan haknya sebagai istri kepada Iwan. Semua fokusnya hanya tertuju pada kehamilan, bayi, dan kelelahan yang tak pernah usai.

Namun di balik semua itu, ia tahu… Iwan tetap setia. Tetap sabar. Tetap ada.

Raisa menunduk,ia merasa sangat bersalah. Namun,tidak bisa ia pungkiri rasa sakit itu masih membekas.Penuduhan itu,fitnah itu,tak akan pernah ia lupakan.

"Aku mohon,kembalilah seperti dulu. Aku benar-benar ingin memperbaiki semua nya." bisik iwan pelan,entah sejak kapan sudah berada di belakang nya.

Raisa terkesiap kaget,ia menoleh dan refleks menjauh. Melihat itu,hati iwan seolah di cubit. Semenjijikan itu kah dirinya bagi raisa?

"Aku tidak akan memaksa, tapi ingat, Sa… Aku juga punya batas lelah dan sabar," ucapnya lagi. Kali ini, pandangannya tertunduk, suaranya bergetar, seolah menahan tangis yang hampir meledak.

Raisa terdiam. Kata-kata Iwan menghujam hatinya dalam-dalam. Ia melihat lelaki yang selama ini selalu kuat, kini tampak rapuh di hadapannya. Dan itu semua… karena dirinya.

Hening menyelimuti kamar, hanya terdengar napas Aleya yang teratur dari boks bayi.

Dengan langkah perlahan, Raisa mendekat. Tangannya gemetar saat meraih tangan Iwan, menggenggamnya erat.

"Maafin aku mas." lirih nya pelan hampir seperti bisikan. Iwan spontan mendongak,menatap raisa dengan tidak percaya. Akhir nya, kata-kata itu yang dia harapan selama ini.

Iwan tersenyum haru. Tangannya meremas lembut jemari Raisa, seolah ingin meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Namun belum sempat ia berkata lebih jauh, suara lembut Raisa memotong, "Tapi, Mas..."

Iwan mengerutkan dahi, menatap istrinya dengan bingung.

"Aku mohon… jangan terlalu dekat dengan Ibu," ucap Raisa, kali ini dengan sorot mata yang dalam dan serius. "Dia adalah racun dalam rumah tangga ini."

Iwan terdiam. Kata-kata Raisa menggores sisi lain dalam dirinya antara cinta kepada istri dan bakti pada ibunya.

Iwan, yang sejak awal memang berniat menyelamatkan rumah tangganya demi Aleya putri kecil mereka yang baru berusia sebulan akhirnya mengangguk pelan. Tapi kali ini, ada keyakinan di matanya.

"Aku mengerti, Sa," ucapnya lirih. "Mulai sekarang, aku akan jaga jarak… demi kamu, demi Aleya, demi kita."

Raisa menatap suaminya lama, lalu menghela napas lega. Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu terakhir, hatinya terasa sedikit lebih tenang. Mungkin… mereka memang masih bisa memperbaiki semuanya.

Tanpa aba-aba, Raisa tiba-tiba melumat bibir Iwan untuk pertama kalinya sejak semua kejadian itu terjadi. Ciuman yang hangat, ragu, namun penuh rasa.

Iwan yang sempat terkejut, hanya diam sesaat. Tapi tak lama, ia membalas lumatan itu dengan lembut, seolah meluapkan seluruh rindu dan cinta yang selama ini terpendam.

Pelukan menyatu, napas mereka memburu dalam irama yang sama. Malam itu, tanpa kata-kata lebih, mereka memilih berdamai. Menyembuhkan luka dengan cara paling indah: cinta yang mereka bangun sejak awal pernikahan.

Setengah jam berlalu. Kini senyum itu kembali menghiasi wajah Raisa senyum yang telah lama dirindukan Iwan.

Melihatnya, hati Iwan terasa penuh. Ia memeluk Raisa erat, seolah tak ingin melepaskannya lagi. Tangannya mengelus lembut kepala istrinya, menenangkan dan menegaskan rasa cinta yang tak pernah pudar.

Dalam hati, Iwan berdoa… semoga momen ini bertahan selamanya. Semoga kebahagiaan kecil ini bisa menjadi awal dari rumah tangga yang kembali hangat, demi Aleya, demi cinta mereka yang belum sepenuhnya pudar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!