Anila mencoba meraba disekitarnya hingga dia merasakan ada dinding di sebelah kirinya. Dia berjalan melangkah ke depan.
Tapi dia tersandung oleh sesuatu membuat dia jatuh ke tanah.”Ini dimana sih kenapa semua gelap. Seharusnya ini masih siang. Kenapa gelap sekali,”ucap Anila dengan wajah binggung. Tapi dimana saat itu Anila berada akan dia bisa keluar dari kegelapan itu dan kembali ke tempat asalnya. Anila akan bisa menemukan teka-teki yang dia dapatkan?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Di ruangan Harita yang masih bertarung dengan semut berwarna dengan ukuran besar. Mereka juga bertemu dengan serangga pemakan daging. Bom yang diledakan sudah berhasil membuat sedikit retakan dan tidak membuat lubang membuat mereka segera menggali sisa batu yang masih tersisa.
“Sial kenapa masih ada batu yang menghalangi,”ucap tentara.
“Cepat gali sisa batu yang retak itu. Kita akan tahan semua serangga ini,”ucap Harits. Semua dalam kondisi kacau tapi masih terkendali dari dua sisi yang berjaga. Baki dan Bani dan beberapa orang segera menggali sisa baru yang belum di ledakan tapi ada retakan di batunya. Harits dan Belisama dan beberapa orang tentaranya mulai menyerang para semut dan serangga pemakan daging.
Hanan mencoba membantu dengan menaburkan bubuk pengusir saat ada kesempatan. Semua dalam kondisi berusaha untuk lari dari maha bahaya. Sementara itu Anila yang mendengar ledakan itu hanya menoleh dan sedikit melihat retakan di dinding.
“Kurasa mereka dalam kondisi terdesak,”ucap Anila yang sedikit tidak perduli. Apa lagi saat dia menoleh dia menakan satu mekanis yang memunculkan tangga menuju lantai dua di ruangan itu. Anila melihat ada tangga itu segera berjalan ke arah ruangan lain.
“Tapi aman tidak ya kalau aku masuk ke dalam,”batin Anila. Karena penasaran dia mau tidak mau naik. Tapi saat dia hendak mengincak anak tangga dia merasakan ada yang salah dengan tangganya sehingga dia menggunakan senar untuk jalan dia gunakan.
Anila terus naik hingga dia menemukan ruangan lain yang tampak aneh.”Apa ini jalan dengan penuh teka teki pedang dan patung,”ucap Anila berjalan ke melihat. Anila juga sedikit mengambil gambar dari pedang yang dipajang.
“Kurasa kalau bisa menyelesaikan teka-teki ini kita bisa keluar dari makam ini,”ucap Anila berpikir. Tai pada saat yang sama lubang yang digali oleh Bani dan Baki sudah terlihat.
“Semuanya ayo segera masuk ke sisi lain,”ucap Bani. Baki dan beberapa tentara sudah masuk ke sisi lain. Di susul Belisama Harits yang mendapatkan giliran di belakang. Baki melihat dari celah batu berkata,”Harits cepat masuk. Harits segera mencari cara untuk bisa masuk.
Melihat ada cela di dinding atas Harits mencoba merobohkannya dengan teknik pedangnya dan masuk ke dalam lubang kecil yang menuju sisi lain itu. Tapi karena ide Harits lubang yang mereka buat tertutup dari sisi lain.
“Kita terperangkap disini,”ucap Tetara.
“Pasti ada jalan keluar bukan,”ucap Hanan hendak melangkah. Atpi di tahan oleh Harits.
“Lihat di bawah sana. Kita masuk ke sarang semut berwarna lain,”kata Harits. Semua melihat ke bawah. Wajah mereka terkejut dengan semua semut yang ada di lantai dengan jumlah banyak.
“Apa kita salah masuk ruangan,”ucap Bani.
“Tidak, lihat disana ada dua peti di tambah lagi ada pintu perunggu disana,”ucap Baki melihat kedepa.
“Itu benar, tapi bagaimana kita bisa ke sana,”ucap Hanan.
“Sudah ada orang yang datang ke sini lihat senar ini membuat jalan di ruangan ini. Tanpa menyentuh semut ini,”ucap Belisama yang memperhatikan dilantai.
“Apa itu Anila,”ucap Hanan dengan sepontan dan tidak hati-hati. Hanan yang sadar segera menutup mulutnya sendiri.
“Siapa Anila,”kata Belisama menoleh ke Baki. Anila yang mendengar keributan segera turun dan melihat ke sisi lain.
“Kalian sudah sampai sini ya. Sebaiknya kalian injak saja senar itu, bisa menampung banyak orang,”ucap Anila yang turun dari ruangan lain. Tapi tentara itu yang mendengar suara Anila segera menodongkan pistolnya ke arah Anila.
“Ayolah kita dalam situasi yang sama. Untuk apa kalian menyiakan peluru. Sebaiknya simpan saja. Aku bukan musuh kalian. Aku bersama dengan kelompok Baki,”kata Anila dengan santai.
“Apa kamu Anila yang mereka maksud?,”ucap Belisama.
“Itu benar, maaf kalau aku datang ke sini tanpa kalian. Aku hanya mencari barang saja disini,”ucap Anila dengan wajah tersenyum.
“Ohh tenang saja barang itu bukan ada yang adalam peti kok. Kalian juga bisa lihat bukan peti yang aku lalu masih tertutup rapat. Jadi kalian tidak usah curiga seperti itu,”kata Anila sudah dekat dengan Harits. Anila tersenyum ke arah Harits yang masih menatap dia dengan wajah gelisah.
“Aku baik saja tidak terluka. Tapi kalian ingin membuka petinya. Jika ingin membuka hati-hati dengan bahaya di bawa kita ini,”ucap Anila yang memberitahukan.
“Ok, aku tidak akan mempermasalahkan apa yang sudah terjadi. Karena kita dalam situasi yang sama,”ucap Belisama segera berjalan menuju peti.
“Tapi aneh juga, kenapa kamu tidak membuka peti ini. Bukan akan mendapatkan barang yang bagus untuk kamu,”ucap Belisama yang menoleh dengan wajah tersenyum licik.
“Memang benar sih. Tapi aku lebih suka dengan pintu perunggu itu dari kedua peti kedua sahabat yang memiliki garis keturunan raja bodoh,”ucap Anila yang kembali emosi karena ini mengingatkan masa kelam dia datang ke dunia.
“Anila,”ucap Harits yang meminta Anila untuk diam.
“Aku tahu.Pakai ini untuk membalut luka kamu itu,”ucap Anila yang memberikan obat dan kain kasa. Harits menerima keduanya dan mulai membalut lukanya dengan hati-hati.
“Aku tidak sangka kalau kamu bisa sampai di sini dengan selamat. Anila,”ucap Bani.
“Bagus jika kamu masih selamat,”ucap Baki yang merasa lega karena mereka kembali berkumpul kembali.
Anak buah dari Belisama segera membuka petinya. Bani yang tidak mau ketinggalan juga ikut bersama dengan Belisama.”Anila kamu baik saja?,”ucap Hanan dengan wajah canggung.
“Aku baik saja, kamu bagaimana kak Hanan?,”kata Anila dengan wajah tersenyum.
“Aku baik walaupun banyak hal yang terjadi,”ucap Hanan yang mulai tersenyum.
“Tapi bagaimana kamu bisa datang ke sini Anila, bukan ini baru pertama kalinya,”kata Hanan.
“Aku hanya mengikuti lorong saja kok. Benar tidak Babon,”ucap Anila yang menatap ke arah Babon.
“Itu benar kita hanya beruntung saja. Hanya saja kita berpisah di ruangan tadi,”ucap Babon memberitahukan.
“Sudahlah kenapa kalian tidak melihat bersama Baki disana. Aku ingin duduk sambil mencernah pikiranku saat ini,”kata Anila yang duduk.
“Apa benar kamu baik saja,”ucap Harits disampingnya.
“Aku baik saja hanya saja. Aku tidak bisa masuk ke dalam pintu itu,”ucap Anila.
“Jadi bukan pintu itu yang kamu cari,”ucap Harits sambil melihat ke arah pintu perunggu.
“Bukan disana tidak ada petunjuk untuk kembali ke duniaku. Kurasa aku harus menemukan pintu perunggu lain di dalam makam,”kata Anila sambil menghela nafas. Harits yang melihat kesedihan Anila memberanikan diri merangkul Anila untuk menenangkanya.
“Kamu tenang saja aku akan membantu kamu mencari makam itu,”ucap Harits.
“Terima kasih ka Harits,”ucap Anila yang tidak tahu kenapa dia bersandar ke tubuh Harits yang merangkulnya. Anila dengan perlahan menutup matanya karena belum beristirahat. Semenetara peti sudah terbuka Belisama melihat ke belakang dimana Anila dan Harits bersama.
“Jadi Harits suka dengan wanita itu. Aku tidak sangka orang pendiam dan sulit untuk di dekati. Tapi ternyata suka dengan wanita seperti itu,”ucap Belisama.
“Kamu saja tidak mengenal Harits dengan baik,”ucap Baki. Sementara Bani melihat keduanya hanya tersenyum dan kembali melihat ke dalam isi peti. Tapi pada saat yang sama ada hal yang tidak terduga terjadi dengan pintu di belakang Harits dan Anila. Akan mereka selamat dan bisa keluar dari makam kuno itu?.