Penghianatan Di Hari Pertunanganku

Livia menatap layar televisi dengan mulut menganga. Jemarinya berhenti menggulir video konferensi pers yang kini tengah viral di berbagai platform media sosial maupun televisi. Nama Saka dan Rayya memenuhi halaman trending. Tapi bukan itu yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat melainkan isi pernyataan mereka.

"Mereka, memanfaatkan berita yang aku sebar. " gumam Livia, nyaris tak percaya.

Ia tak pernah menyangka, berita masa lalu Rayya yang ia sebarkan secara diam-diam untuk menjatuhkan reputasi pasangan itu justru berubah menjadi senjata bagi mereka. Lebih dari itu, mereka membalikkan keadaan untuk menemukan keluarga kandung Rayya.

"Gila… ini bukan rencana mereka dari awal, kan?" pikirnya, berdiri dari kursi dan mondar-mandir di runahnya yang sunyi.

Beberapa hari lalu, Livia dengan sengaja memberikan informasi kepada seorang jurnalis gosip, berharap berita itu akan menjadi bahan pembicaraan hangat dan pada akhirnya mempermalukan Rayya. Dan apa informasi yang dia berikan cukup untuk membuat orang-orang bertanya-tanya tentang siapa Rayya.

Namun, bukan skandal yang muncul. Melainkan simpati. Sorotan publik justru beralih pada upaya Rayya yang menyentuh hati, mencari tahu siapa dirinya sebenarnya.

Dan sekarang, nama Rayya bukan lagi sekadar istri dari Saka, pria muda yang sukses sebagai penerus perusahaan keluarganya. Ia menjadi simbol pencarian, perjuangan, dan ketulusan seorang pria.

Livia menghempaskan tubuh ke sofa.

"Bodoh," gumamnya kesal. "Kenapa malah jadi menguntungkan mereka? Tapi apakah orang tua Rayya masih hidup setelah kecelakaan dua puluh tahun lalu?"

Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya, kali ini bukan tentang menghancurkan Rayya, melainkan tentang keluarga yang di cari setelah dua puluh tahun berlalu.

"Dulu dia sama sekali tidak memikirkan hal itu saat berada di keluarga ini. Tapi sekarang saat dia berada di tengah keluarga kaya, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Benar-benar wanita licik. "

Livia begitu kesal dengan berita yang dis lihat dan baca hari ini. Rayya benar-benar wanita cerdas yang bisa memanfaatkan keadaan.

*****

Disisi lain, di rumah mewah dengan ornamen adat jawa yang sangat kental di pinggiran kota dan dan jauh dari hiruk pikuk kebisingan lalu lalang kendaraan. Terjadi kehebohan yang dilakukan oleh beberapa wanita paruh baya yang bekerja di rumah tersebut di jam istirahat dan mereka habiskan untuk nonton TV bersama. Mereka seperti melihat hantu di siang bolong saat menonton acara di televisi.

"Ya Allah Gusti, bukannya itu seperti Almarhum mbak Niken saat masih muda dulu. "

"Iya bener, sama persis kayak Almarhum mbak Niken. Atau jangan-jangan–, "

Mereka heboh sendiri saat melihat sosok di dalam televisi tersebut yang sangat mirip dengan Almarhum putri majikan mereka.

"Ono opo, to. kok rame-rame? " ( ada apa sih kok rame-rame.) celetukan dari seseorang wanita yang sudah memasuki usia senja yang sangat penasaran dengan apa yang dilihat oleh para pelayannya

"Niki lho, bu. Tiyang sing wonten teng tv mirip kaliyan Almarhum mbak Niken. " (Ini lho bu, orang yang ada di tv sama seperti mbak Niken.) jawab salah satu pelayan yang sudah lama mengabdi disana.

Karena penasaran wanita tua bernama Sri itu mendekat dan melihat dengan seksama sosok yang di tunjuk oleh pelayannya apakah benar mirip dengan Almarhum anaknya.

"Astaghfirullah, Niken. " lirihnya sambil mengusap gambar di dalam televisi itu.

"Bener to Bu, sami kaliyan mbak Niken. " tanya pelayan itu tadi dan mendapatkan anggukan kepala dari eyang Sri yang masih fokus pada televisi yang menampilkan wajah wanita yang sangat mirip dengan anaknya.

"Lapo arek iku, kok ngadakno konferensi pers, barang? " (ngapain anak itu melakukan konferensi pers segala? tanya eyang Sri

"Nganu bu, lare niku madosi tiyang sepahe sing pun pisah kalih doso tahun amargo kecelakaan. " (Itu bu, wanita itu mencari orang tuanya yang sudah berpisah selama dua puluh tahun.) jawab pelayan itu.

Salah satu dari mereka menceritakan pada eyang Sri. Tentang maksud konferensi dan kecelakaan yang terjadi pada Rayya dan semua masa kecilnya yang pahit. Eyang Sri sempat meneteskan air matanya saat mendengar apa yang di ceritakan oleh pelayannya.

"Eyang, nggak coba menghubungi saja pihak mereka, pasti dengan senang hati mereka akan bertemu dengan eyang, apalagi jika eyang membawa foto mbak Niken, inshaAllah mereka akan percaya. " ujar pelayan muda yang bukan berasal dari jawa, dia mengerti apa yang rekannya Katakan tali tidak bisa menjawab dengan bahasa yang sama.

"Ya wes, nanti aku tak bilang sama kakung dan Bima dulu. Apa Bima juga melihat berita ini ya? kan pasti viral di sosial media. " ujar Eyang Sri yang bertanya pada dirinya sendiri dan mereka.

Malam hari setelah mereka makan malam, Eyang Sri mengatakan kejadian tadi siang yang dia lihat bersamaa dengan para pelayannya. Dan bertanya pada Bima menantunya, yang hingga kini tinggal bersama mereka dan mengurus kedua orang tua istrinya yang sudah meninggal bahkan mengurus perusahaan dari mertuanya itu.

"Le, opo kamu sudah melihat berita sing viral tentang keluarga Aksara yang punya menantu. Wajah mantune Mirip banget karo Niken." ujar Sri mencari tahu.

"Tidak, bu. Aku belum melihat berita hari ini. Coba aku cek dulu. "

Bima langsung mengotak atik ponselnya dan mencari berita tentang keluarga Aksara salah satu klien yang bekerja sama dengannya. saat melihat berita diponselnya dia melihat ada beberapa berita yang beredar.

Yang pertama tentang serah terima perusahaan, Bima sebenarnya di undang, namun dia tidak bisa hadir dalam acara tersebut karena bersamaan dengan pekerjaan di luar kota. Deri berita itu saja Bima bisa melihat sosok wanita yang berdiri di samping Saka yang di perkenalkan sebagai menantu keluarga Aksara, istri Saka.

"Niken, " lirihnya.

Bima langsung melakukan Zoom di ponselnya agar wajah wanita yang mirip dengan istrinya itu bisa di lihat dengan jelas.

"Bu, ini Niken, bu. "

"Bener to, coba buka berita tadi pagi." kata eyang Sri yang tidak sabar melihat reaksi anaknya saat melihat tujuan konferensi pers siang tadi.

Dengan cepat Bima melakukan apa yang diminta ibu mertuanya itu. Matanya membulat sempurna saat mendengar keterangan Saka, Kalau mereka sedang mencari keluarga istrinya yang terpisah sejak dua puluh tahun lalu dalam kecelakaan.

"Jangan-jangan Dia, Dinda bu? anakku? " ucap Bima dengan suara bergetar.

"Iyo le, coba kamu segera konfirmasi ke keluarga Aksara. Ibu pengen ketemu sama Dinda, kalau dia benar-benar Dinda. " kata Eyang Sri dengan air mata yang sudah mulai menetes.

"Kamu segera ambil tindakan Bim, jika dia memang Dinda. Dia adalah satu-satunya keturunan keluarga kita." ujar Eyang Edi yang sejak tadi menyimak pembicaraan istri dan anak menantunya.

"Enggih, Pak. Besok saya akan pergi ke perusahaan Aksara. "