Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Tiga
Saly yang tiba-tiba saja di tatap Bob, menggelengkan kepalanya, lalu dia menaruh satu tangannya di bahu Arsa dan berkata dengan bangga.
“Bob…. Aku mengajaknya bercinta, dan dia mengatakan padaku, bahwa aku gila.. bagaimana menurutmu?”
Mendengar itu, mata Bob langsung melebar. “Kau,apa?” Tanyanya, benar-benar tak percaya.
“Ya, dia mengatakan itu. Setelah itu dia berlutut dan mengajakku menikah.. bagaimana menurutmu?” Tambah Arsa, yang membuat kepala Bob terasa terpukul benda keras saat itu juga.
Sesaat dia menyadari bahwa meski pakaian pemuda ini terlihat sederhana, namun secara keseluruhan Arsa memang sangat tampan.
Tapi, mendengar sendiri pengakuan keduanya. Bob hanya bisa menggelengkan kepala. “Aku rasa, kalian berdua ini sama gilanya.” Ucap Bob akhirnya.
“Aku benar bukan? Ya.. aku rasa juga begitu, sekarang berikan kami itu. Aku ingin membuatnya mabuk, dan menyeretnya ke kamarku!” Ucap Saly, sambil mempertontonkan deretan gigi-giginya.
Tidak ada lagi yang bisa dikatakan Bob untuk menanggapi kedua orang di depannya ini. Pria tua itu langsung meracik minuman yang sering di pedan Saly, saat gadis itu berada di klub miliknya.
Tak lama, dua gelas minuman sudah ada di depan keduanya. “Baiklah, karena kalian sama gilanya. Aku ingin sedikit berbagi kegilaan ini. Jadi yang ini gratis!”
“Oh, benarkah? Aku sangat menghargainya. Jika aku berhasil malam ini, kau akan menjadi pahlawanku.” Ujar Saly, menanggapi dengan senang.
“Terimakasih, Tuan Bob.” Balas Arsa, sambil menarik gelas yang ada di depannya.
“Tidak perlu. Aku bahkan ingin mentraktirmu malam ini, karena kau adalah orang pertama yang bisa mematahkan hati gadis ini.” Balas Bob setengah bercanda.
Keduanya saling bertatapan, sebelum akhirnya tersenyum bersamaan. Saly dan Arsa baru saja ingin mengadu gelas hendak bersulang, namun tiba-tiba saja seseorang datang mendekat menyela keduanya.
“Hei, apa aku mendengar kau akan mentraktir mereka berdua, Bobi?”
Ketiganya langsung menoleh pada pemuda yang tiba-tiba saja bertanya, dengan memasang wajah meremehkan itu.
Bob yang sudah mengetahui siapa pemuda itu, menautkan alis dan menjawabnya dengan datar. “Ya, begitulah. Apa ada masalah Him?”
Bohim langsung menggelengkan kepalanya. “Tidak, tentu saja tidak. Tapi biarkan aku yang membayar tagihan wanita ini. Karena aku pikir, pemuda yang datang bersama dengannya ini, tidak akan mampu membayarnya.”
Apa yang dikatakan Bohim itu membuat senyum Saly langsung menghilang di wajahnya.
“Kau..! Siapa kau?” Tanya Saly dengan nada tidak suka.
“Oh, maaf. Perkenalkan! Aku Bohim Kusuma, putra kedua, Gading Kusuman.” Balas Bohim. Memperkenalkan diri sambil membawa nama ayahnya dan keluarganya, seolah jika dia menyebutkan hal itu, Saly akan langsung mengenalinya.
“Oh, kau anak orang itu?”
Mendengar siapa yang berkata, cepat Bohim berbalik dan menatap Arsa sambil tersenyum, ada raut keangkuhan tergurat dari wajahnya saat ini.
“Wow, aku tidak tahu keluargaku begitu terkenal hingga hingga orang sepertimu bisa tahu siapa ayahku.” Ucap Bohim bangga. Dadanya membusung melebihi besarnya belahan dadan seorang perempuan.
Arsa menggelengkan kepalanya. “Sebenarnya, aku sama sekali tidak mengenal ayahmu hingga beberapa jam yang lalu. Tapi, aku rasa kalian akan benar-benar sangat terkenal, esok hari.” Balas Arsa, yang sontak membuat kening Bohim berkerut sangat banyak.
“Apa maksudmu, brengsek?!” Tanya Bohim, karena melihat tatapan iba dari wajah Arsa saat mengatakan itu.
Arsa menggelengkan kepala, sambil mengangkat kedua bahunya. Pemuda itu mengangkat gelasnya. Lalu menyesal habis isinya.
“Tap!”
Begitu gelas itu sedikit membentur meja bar sast dia menaruhnya, Arsa langsung berkata. “Seperti kataku, kalian akan sangat terkenal besok. Karena perusahaan keluarga yang kau banggakan itu, akan hancur, tepat saat sesi pertama jendela perdagangan saham di buka.” Jawab Arsa sambil menatap tajam, sama tidak sukanya pada pemuda tersebut.
Arsa mengenali Hawk, tapi tidak dengan pria angkuh yang berada di depannya itu. Untuk Hawk, dia masih bisa mengalah karena banyak alasan. Tapi, tidak untuk Bohim.
“Brengsek! Kau pikir, siapa dirimu, hah?” Umpak Bohim tersulut kesal.
Sebelumnya, niatnya menyela untuk mempermalukan Arsa dan mengambil hati wanita yang bersamanya, sesaat dia mendengar ucapan dari Bob yang berkata gratis.
Akan tetapi, tidak seperti apa yang dia diinginkan, reaksi orang-orang ini diluar yang dia duga. Terutama pemuda yang baru saja mengatakan bahwa perusahaan ayahnya akan bangkrut esok hari, seolah dia bisa memprediksi hal tersebut dengan mudahnya.
Bob yang juga mendengar arsa mengatakan hal itu, langsung mengerutkan keningnya. Saat dia menoleh pada Saly, saat itu matanya langsung melebar seolah hendak keluar dari rongganya.
Jelas gadis yang datang bersama pemuda yang sekarang sedikit keterlaluan pada kegilaannya itu, sedang terkejut. Dari apa yang dilihat Bob, sepertinya Saly mempercayai apa yang baru saja dikatakan oleh Arsa.
“Aku bukan siapa-siapa, dan tidak perlu menjadi siapapun, hanya untuk mengetahui hal tersebut.” Jawab Arsa acuh.
Saat itu, Bohim benar-benar dibuat kesal. Namun saat dia kembali ingin mengatakan sesuatu, cepat Bob memotongnya.
“Tuan Kusuma, aku tidak tahu apa masalahmu. Tapi, mereka berdua adalah tamuku.” Ucap pria itu tiba-tiba, tatapannya mengisyaratkan kekejaman jika Bohim masih berani mengganggu keduanya.
Dari nada bicaranya saja jelas Bob memberika nada peringatan. Dan benar saja, Bohim langsung berbalik menoleh pada Bob, sebelum akhirnya mengangkat kedua tangan dan berkata.
“Ooo, Tuan Bob, kau sungguh menakutkan. Aku hanya mencoba mentraktir wanita ini, apa itu salah?”ucapnya, dengan wajah dan nada bicara yang berpura-pura takut, atas peringatan yang di katakan Bob padanya.
Namun sepertinya Bob sama sekali tidak perduli. Pria itu mengangkat dagunya, dan kembali berkata. “Sebaiknya, kembalilah pada teman-temanmu Tuan Kusuma.”
Sambil mengatakan itu, dan dengan dagunya pula. Bob menunjuk salah satu pintu yang akan membawa siapa saja yang memasukinya, ke lantai atas, dimana ruang privat berada.
Merasa bahwa Bob mengusirnya, membuat Bohim tidak senang. Apalagi, ada wanita cantik yang memperhatikannya disana.
Bohim menurunkan tanganya dan menaruh ke pinggir bar. Bertumpu dengan itu, pemuda tersebut sedikit memajukan wajahnya, lalu kembali berkata dengan suara rendah.
“Hei Bob, dengar. Jika bukan karena ayahku mengenalmu, aku akan membuat kau di pecat dari tempat ini. Bagaimanapun, aku mengenal manager klub ini.” Ucap Bohim, mengancam.
Mendengar ancaman itu, Bob melipat kedua tangannya di depan dada, sambil mengangkat sedikit kedua bahu dan mencebik menanggapinya. Pria itu tersenyum miring, dan kembali berkata.
“Mungkin, sebaiknya kau bertanya lagi pada ayahmu, kenapa dia bisa mengenaliku, bocah.” Ucap Bob, yang membuat Bohim merapatkan giginya.
“Hei, Bohim! Apa yang kau lakukan disana! Yang lain sudah menunggumu.”
Saat itu, Bohim sudah terlihat ingin mengatakan sesuatu untuk menanggapinya, namun suara dari salah satu temannya yang sudah berdiri di pintu dimana Bob tadi menunjuk, menghentikannya.
Pemuda itu menganggukkan kepalanya beberapa kali, sambil menatap Bob, laku Arsa. “Baiklah. Aku pikir, saat ini keberuntungan memihak kalian. Tapi, jangan berpikir semua ini sudah berakhir.”
Setelah mengatakan ancamannya, Bohim berbalik dan pergi begitu saja. Dia bahkan tidak melirik pada Saly, yang jelas telah gagal dia buat terpikat
“Sial! Disaat aku masih muda, pemuda seperti itu sudah berakhir di tempat sampah!” Umpat Bob, lalu menoleh kearah Arsa. “Tapi aku lebih menyukai caramu, dengan mengatakan perusahaan ayahnya akan bangkrut, benar-benar membuat bocah itu kehilangan wajah. Apa kah seorang aktor? Aku rasa aktingmu sangat menyakinkan.” Lanjut pria itu memuji.
Arsa kembali berbalik dan menggelengkan kepalanya. “Aku mengatakan yang sebenarnya. Beberapa investor, akan mengalami kerugian yang sangat besar. Salah satunya perusahaan ayahnya.” Jawab Arsa, seolah yang baru saja dia katakan, bukanlah hal besar.
Saat itu Bob akan mengatakan sesuatu, karena dia merasa Arsa mulai terdengar sedikit membual, hanya karena dia memujinya. Akan tetapi, Saly yang sejak beberapa waktu yang lalu memilih untuk diam, kini bersuara mendahuluinya.
“Arsa, ada apa dengan perusahaan Kusuma?”
Saly adalah segelintir orang yang mengetahui siapa Arsa. Jadi, jika seseorang yang memiliki tingkat analisa yang sangat tinggi dan level sensitivitas pasar seperti pemuda ini yang mengatakannya, tidak ada alasan bagi gadis itu untuk tidak mempercayainya.
Mendengarnya, Arsa menoleh pada Saly dan tersenyum. “Tidak ada apa-apa. Hanya saja, saat ini mereka bertemu dengan lawan yang cukup berat.”
Saly harus mengernyitkan keningnya, karena tidak mengerti. “Lawan?! Apa maksudmu dengan lawan?” Tanya gadis itu penasaran.
Bahkan Bob yang mendengar perubahan topik pembahasan keduanya pun. Juga tertarik dengan apa yang ingin du ucapkan Arsa setelahnya.
Pria tua itu, mendorong satu gelas lagi pada Arsa yang baru saja diraciknya, seolah itu akan membuat penjelasan yang akan dikatakan pemuda itu, akan bisa bertambah jelas.
“Hmmm…” arsa nampak berpikir sejanak, seolah mempertimbangkan sesuatu. Dia menarik gelas yang baru saja di sodorkan Bob, dan berkata. “Aku tidak tahu siapa Gading Kusuma. Tapi, jelas dia bergerak dengan bandar saham di belakangnya.”
👍👍👍