My Love My Dokter

Malam yang sangat gelap diterangi kilatan petir saling bersahutan, Rintih hujan seolah tak mau kalah dengan menurunkan pasukannya walaupun sedikit demi sedikit.

Di sebuah rumah mewah bergaya Eropa klasik nampak ramai dipenuhi manusia berbaju hitam, mereka datang melayat setelah mendapat kabar mantan CEO perusahaan ternama itu meninggal dunia.

Sebagian dari mereka sudah tak kaget, mereka bahkan dengan mata kepala nya sendiri melihat bagaimana pertarungan dua tuan muda itu, namun mereka tak menyangka akan berakibat sangat fatal hingga nyawa sang sosialita melayang.

Di tengah-tengah ruangan yang begitu luas disitu jenazah Puput di letakkan, disitu juga banyak pelayat berkumpul untuk memberikan doa untuk sang mendiang.

Tepat di samping jenazah terlihat dua orang menangis tiada henti, mereka adalah Vanesa Putria dari mendiang Puput dan yang satu Richard sang kekasih yang paling menyayangi.

Tangisan itu begitu terdengar Jelas bersamaan dengan suara indah lantunan ayat suci, membuat hati para pelayat ikut tersayat dengan kesedihan keluarga.

Tak beberapa lama jenazah telah selesai di sholat kan, dan tibalah saat profesi terakhir paling menyedihkan, di tengah hujan gerimis dan cahaya kilat yang bersahutan, kini Puput diantar ke peristirahatan terakhirnya.

Isak tangis Richard dan Vanes tak henti - hentinya mengiringi hingga makam tertutup dengan sempurna, para pelayat dan keluarga mulai pergi meninggalkan pemakaman.

Begitu juga dengan sosok pria yang duduk di kursi roda, dia memutuskan untuk segera mengajak sang kekasih pulang, entahlah niat hati ingin mengucapkan belasungkawa malah membuat dirinya sakit hati.

Di sepanjang perjalanan pria itu hanya diam dan melamun, tak jarang juga dia meneteskan air mata walaupun tak begitu deras, sang kekasih dengan lembut membelai punggung kokoh yang mulai bergetar itu, dia mengira sang pria ikut bersedih dengan kepergian almarhum.

Tak begitu lama mobil mereka telah sampai di sebuah rumah minimalis, salah satu pengawal membukakan pintu dan menyiapkan payung, agar sang wanita tercinta bos mereka tak kehujanan.

"Apa kamu tidak mampir dulu?"Tanya sang kekasih segera di balas gelengan kepala sang pria, wanita itu memahami dengan suasana hati kekasihnya dan memutuskan untuk segera berpamitan.

"Terimakasih untuk beberapa hari kamu menemani ku, maaf kan aku jika hari ini aku akan jarang mengabari aku perlu waktu untuk semuanya, salam untuk Divan yaaa"Ucap Nino dengan senyum manis nya.

"Tidak papa, kamu langsung pulang dan cepat tidur, besok pagi aku akan kembali menjenguk mu setelah selesai mengantar Divan sekolah"Ucap Risa dengan senyum cantiknya sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah.

Mobil dengan cepat melaju meninggalkan jalanan desa menuju perkotaan, perjalanan mereka begitu lancar melewati jalan tol yang mempercepat perjalanan.

Tak butuh waktu lama, kini rombongan Nino telah sampai di depan gerbang kediaman utama kelurga Wijaya, dia harus berhenti sejenak ketika tiga mobil mewah nampak keluar, diikuti dengan beberapa mobil Jeep di belakang nya, Nino yakin mobil itu milik Rama and the geng.

Setelah sampai pengawal dengan cepat membantu Nino duduk ke kursi roda, dan mendorong nya masuk kedalam mansion, kehadiran Nino membuat langkah Maria yang hendak pergi berhenti, wanita itu dengan cepat melangkah ke arah sang keponakan.

Raut wajah Nino yang nampak begitu menyimpan kesedihan, membuat Maria dengan cepat mengambil alih kursi roda dan membawanya ke kamar milik Nino.

Tibalah kini mereka di sebuah kamar yang di desain mewah berwarna abu-abu itu, dengan hati-hati Maria membantu Nino naik ke atas kasur hingga tubuh itu berbaring dengan nyaman.

"Keponakan Tante kenapa hemm?"Tanya Maria duduk di sebelah Nino dengan tangan membelai lembut puncak kepala sang keponakan.

"Dia menangis sepanjang hari, dia begitu kehilangan sosok selingkuhan yang haram dia sentuh, sedangkan sang mama jangan kan menangis, dia saja memilih liburan bersama Puput dan Vanes dibandingkan mengantarkan mamah untuk yang terakhir kalinya"Ucap Nino dengan tatapan kosong, air matanya mulai mengalir yang dengan cepat di hapus Maria seolah tak mau air mata itu membasahi sang keponakan.

"Terkadang melupakan itu sangat menyakitkan, tetapi itu harus dilakukan agar kita menjalani kehidupan selanjutnya, lupakan masa lalu Richard yang Tante sendiri sangat murka jika mengingat nya, kamu anak yang baik jauh berbeda dengan Rama yang lebih mengutamakan kekerasan, daripada berdialog untuk menyelesaikan masalah, lupakan masa lalu dan raih lah masa dengan yang telah menunggu untuk kamu jalani" ucap Maria memeluk sang keponakan dengan erat bak memberikan kekuatan.

.

.

.

.

.

Villa pribadi milik Rama.

Di ruang tengah kini semua orang telah berkumpul, Xelo dan Axel nampak asik bermain play station, sedangkan Rama pria itu nampak asik menyuapi sang bayi yang terbangun di tengah malam.

"Wih anak papa lapar yaa, maaf yaa suster lagi tidur jadi papa aja yang suapin" ucap Rama kepada sang bayi dengan membersihkan sisa makan yang belepotan.

Bayi itu pun nampak riang dengan menggerakkan kedua tangan dan kakinya, jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari membuat Xelo dan Exel bosan dan memutuskan berhenti bermain, mereka menyusul Rama ke kamar atas.

"Loh Natan belom bobok?"Tanya Exel menidurkan dirinya di samping Natan, membuat bayi itu terapit Rama dan Exel di samping kanan dan kirinya, sedangkan Xelo lebih memilih tidur di belakang Rama.

"Tau nih mau begadang kali yaa"Jawab Rama di sambut riang oleh sang bayi.

"Alamat ronda sampai subuh kita" Ucap xelo dengan tertawa membayangkan mereka menjaga Natan hingga bayi itu tertidur.

"Pasti tuh, bagaimana kalau kita sambil nonton seru nih, nonton pengabdi setan kayaknya seru" ide Exel segera disambut baik oleh Xelo.

Pria dengan cepat menyalakan TV besar dan menumbuhkan nya ke Netflix, Rama pun dengan cepat turun ke bawah mengambil camilan dan juga asi, untuk berjaga-jaga jika baby Natan rewel dan mengganggu acara nonton bareng mereka.

"Nih gue bawa personel tambahan, biar kagak takut sendirian kita" Ucap Rama dengan diikuti citak di belakangnya.

"Bagus seru nih gasken kuy"balas Exel dengan semangat.

Xelo pun mulai memutar film, membuat Rama , Exel segera menarik selimut diikuti Xelo yang tak mau ketinggalan, sedangkan citak pria bule berbadan kekar itu berubah menjadi baby sitter Natan, yang dengan nyaman berbaring di atas dadanya.

Sepanjang film Exel, Xelo dan Rama tak henti-hentinya berteriak ketika hantu dalam film itu muncul, membuat Natan yang akan tertidur terbangun untuk ke beberapa kali, citak yang tiduran di karpet bulu meletakkan sejenak Natan dan mengambil bedcover dan penutup kuping, agar bayi tampan itu bisa tertidur.

Dan bener saja, tak begitu lama Natan tertidur dengan pulas nya, tanpa peduli suara teriakan dari sang papa dan dua uncle nya itu, citak pun akhirnya juga ikut terlelap dengan memeluk tubuh mungil Natan yang terlebih dahulu tertidur, namun sayang tidur nya harus terganggu dengan suara histeris yang membuat nya terbangun dan terjaga.

"Anj*Ng gue liat Puput di depan pintu, Ram Lo tadi juga liat kan?"

bersambung.......

Jangan lupa like coment and favorit yaa,