ISTRI SEMPURNA SANG CEO

Disepanjang perjalan Dianka tak henti-hentinya menangis, ia sekuat tenaga menahan agar air matanya agar tidak jatuh, tetapi rasa sakit dihatinya membuat Dianka tidak bisa menahan tangis tersebut.

Jujur Dianka sangat kecewa atas perlakuan Darwin, ia kira selama ini lelaki itu sudah berpaling pada Adelia, tapi nyatanya tidak sama sekali!

Dengan lantang Darwin membentak Dianka dan menyalahkan semua yang telah terjadi.

Salahkah ia?

Lagipula Adelia langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, membuat Dianka juga terkejut dan merasa aneh.

Bahkan Darwin tak mengejar dirinya saat ia pergi, lelaki itu juga tak menelpon atau mengirim pesan pada Dianka. Darwin seolah tak peduli dengan apa yang Dianka rasakan saat ini.

Sekarang ia bingung harus kemana, ia tak mau bertemu Darwin dulu saat di rumah, ia ingin menenangkan diri sebelum bertemu kembali dengan suaminya.

Di tengah-tengah dirinya yang sedang kebingungan sekelebat bayang-bayang Darwin yang membentak Dianka membuat wanita ini mengeluarkan air matanya lagi.

Merasa tak tahan Dianka menepikan mobilnya dan menangis tersedu-sedu mengeluarkan semua rasa sakit yang terpendam.

"Hiks..... Kenapa kau seperti mas..... Hiks.... Kenapa.... "

Dianka memukul stir mobil beberapa kali mencoba untuk melampiaskan kekesalan hati.

"Apa salahku mas...... Dimana kurangnya aku.... Hiks..... "

***

Di kantor

Darwin yang masih terdiam di sana berusaha menenangkan dirinya, matanya masih tak beralih pada sebuah tempat makan milik Adelia.

Darwin tahu jika Adelia pasti merasa terkejut saat melihat kemesraan nya dengan Dianka, wanita itu pasti merasa sakit hati.

"Argghh...... Kenapa jadi begini... " Teriak Darwin sambil mengusap kasar wajah lelahnya.

Lelaki itu lantas keluar dari ruangan presdir dan berjalan menuju ruangan Adelia, ia ingin meminta maaf atas kejadian tadi.

Sesampainya di depan pintu ruangan manager Darwin langsung membuka pintu tersebut.

Sedangkan Adelia yang baru saja keluar dari toilet yang berada disana dibuat kaget atas kedatangan Darwin.

"Darwin?"

Darwin melihat mata Adelia yang sembab, sudah dipastikan jika Adelia baru saja menangis.

Darwin mendekat dan berdiri tepat di depan Adelia.

"Maaf, maakan aku. Kau jadi melihat sesuatu yang seharusnya tidak kau lihat" Lirih Darwin dengan perasaan yang dipenuhi rasa bersalah.

Adelia kembali menangis, tanpa bicara apapun gadis tersebut memeluk Darwin dengan erat.

"Hiks.... Rasanya sakit..... Sangat sakit saat melihatmu dengannya..... Hiks..... "

Darwin diam, ia tau betul apa yang dirasakan Adelia saat ini. Karna Darwin yakin jika sampai sekarang Adelia masih menaruh hati padanya.

"Aku cemburu Darwin.... Aku cemburu.... Hiks... "

Darwin membiarkan Adelia mengeluarkan semua yang dia rasakan, sampai Darwin merasa Adelia sudah mulai tenang ia pun melepaskan pelukan Adelia membuat tubuh mereka berjarak.

Dengan perlahan tangan Darwin terangkat untuk menghapus air mata wanita didepannya.

"Jangan menangis, kau tidak boleh menangisi pria seperti ku"

Adelia menggeleng, ia kembali mengeluarkan air matanya dengan deras.

"Darwin, aku tahu kau masih mencintaiku walau rasa cinta itu hanya tersisa sedikit saja. Tapi bisakah kita dekat seperti dulu lagi?" Pintanya penuh harap.

Darwin seperti terhipnotis dengan mata memohon itu, dulu ia akan pernah bisa menolak keinginan Adelia. Haruskah ia menerima tawarannya?

Namun, setitik bayangan Dianka muncul di otak Darwin, pria tersebut lantas mundur beberapa langkah.

"Maaf Adelia, aku tidak bisa. Kita sudah memiliki pasangan masing-masing"

"Tapi aku tau kau masih mencintai Darwin" Ujar Adelia sembari berjalan maju.

"Meskipun rasa cinta itu masih ada aku tetap tidak bisa adelia, aku sudah memiliki istri"

Adelia merasa geram mendengar Darwin yang menyebutkan tentang istrinya, wanita itu menjadi penghalang mereka bersatu kembali.

"Lalu untuk apa kau meminta maaf padaku Darwin?!"

Darwin diam sejenak, entah kenapa ia merasa berdosa pada Adelia, hatinya sakit melihat wanita itu menangis. Walaupun sebenarnya apa yang ia lakukan dengan Dianka bukanlah sebuah kesalahan.

"Aku merasa bersalah padamu Adelia, aku sudah melukai hatimu"

"Maaf Adelia, aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk hubungan kita. Tapi setidaknya kita masih bisa menjadi teman baik" ujar Darwin.

Adelia menatap kecewa pada Darwin, tapi ia berpikir dengan begitu dirinya bisa lebih dekat dengan Darwin.

"Tapi kau harus berjanji untuk tidak menghidariku lagi" kata Adelia.

Darwin menyunggingkan sedikit senyumnya dan mengangguk pasti.

"Tentu"

"Kalau begitu aku akan kembali ke ruangan ku, jangan terlalu banyak pikiran" ucap dari sambil mengelus pucuk rambut Adelia.

"Baik" Adelia tersenyum kala melihat sifat hangat Darwin.

"Aku permisi dulu"

Setelah berkata demikian Darwin pun pergi dari ruangan Adelia meninggalkan seorang wanita yang mematung ditempat.

"Kali ini aku tidak akan menyia-nyiakan mu Darwin"