kisah nyata seorang anak baik hati yang dipaksa menjalani hidup diluar keinginannya, hingga merubah nya menjadi anak yang introvert dengan beribu luka hati bahkan dendam yang hanya bisa dia simpan dan rasakan sendirian...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widhi Labonee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bolehkah Aku Mengenalmu Lebih Jauh
Hari-hari selanjutnya Umi semakin rajin meminjam buku catatannya. Dengan alasan jika kelas Tiwi selalu lebih dulu mendapatkan materi daripada kelasnya. Tiwi yang tidak pernah ambil pusing itu membolehkan saja bukunya dipinjam asalkan jangan pas dia ada jadwal mata pelajaran tersebut.
“Emangnya kamu masih juga mengejar perhatian cowok tengil itu Mi?” Tanya Tiwi yang ingin tau.
Umi tersenyum samar,
“Hehehehe…kayaknya aku harus mundur teratur deh Wi,” jawabnya dengan nada putus asa.
“Loh kenapa? Apakah kamu ditolak sama dia?”
“Oh, boro-boro berani bilang suka, aku nyasar diri jika aku bukan seleranya Wi. Sepertinya dia sudah punya pacar …”
Ooh … hanya itu komentar Tiwi, selebihnya di diam dan asyik membaca buku cerita lagi. Malam ini malam Minggu, tapi Tiwi tidak pulang ke rumahnya, Umi juga. Mereka sepakat besok hari Minggu dimanfaatkan untuk mencuci baju kotornya juga membersihkan kamar mereka ini.
“Wi, kamu itu nggak senang sama cowok ya?”
Eh, bujubuneng! Ngapain tiba-tiba si gemoy ini punya pikiran yang aneh kayak gitu coba.
“Apa maksudmu bertanya seperti itu Mi?”
“Ya selama ini ku lihat semua anak yang aku kenal pad ribut membicarakan cowok yang mereka taksir. Tapi kamu kok nggak? Malah sikapmu cenderung dingin dan jutek pada kaum pria. Kenapa? Kamu G*y ya?”
Heh! Kampr*t betul si Umi ini, minta ku lakban mulutnya…
“Mi, kalau selama ini aku cuek, dan cenderung dingin bersikap pada cowok bukan berarti aku ini lesb*ing. Tapi karena aku lagi malas saja sama mereka. Semua terkesan main-main saja Mi. Ngapain kita habiskan waktu buat bersedih, merindu, memikirkan orang yang pada dasarnya menjadikan kita hanya sebagai target yang harus dicapainya, setelahnya dibiarkan begitu saja. Malas Mi aku…”
Umi manggut-manggut paham.
“Ya maaf kan aku jika berpikir kamu belok Wi. Karena selain kamu yang cuek dan dingin, kamu juga tomboy habis…aku loh sampai takut kalau lama-lama aku akan jatuh cinta padamu Wi ..”
Pyasss !!! Wajah Tiwi berubah pucat. Waduh, ni anak kok tambah ngawur begini sih. Jangan sampai yang dia ucapkan nanti kejadian sungguhan. Bisa bahaya tah….
Hiiuyyyy… Tiwi bergidik ngeri.
—----------
Sejak saat itu Tiwi mulai menjaga jarak dengan Umi, dia tidak mau nantinya si gemoy itu beneran suka pada dirinya. Dan dia mulai mencari tempat kost lain yang lebih aman buatnya.
“Kamu beneran lagi nyari tempat kost baru Wi?” Tanya Reni Chandra teman sebangkunya yang juga satu desa dengannya ini..
“Iya Mbak Ren, aku pingin pindah dari tempat kost ku yang sekarang,” jawab Tiwi dengan nada memelas.
Reni mengernyitkan dahinya.
“Kenapa? Ibu kostnya jahat? Teman sekamar mu nggak enak? Atau barangmu ada yang hilang?” Tanya Reni menebak .
Dan sialnya, semua tebakan itu benar. Ibu kostnya mulai rewel dan suka mengatur ini itu dengan seenaknya sendiri, membuat Tiwi menjadi tertekan. Seperti, ambil air hanya satu kaleng tidak boleh lebih. Jadi kalau mau nyuci ya harus satu kaleng itu dicukupkan. Bayangkanlah! Sudah dua Minggu ini Tiwi selalu membawa bajunya pulang kerumahnya untuk dicuci disana. Belum lagi kelakuan Umi yang semakin aneh, yang suka memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan berusaha meniru semua sikap dan juga baju yang Tiwi kenakan. Sungguh aneh.. Dan terakhir, kemarin dia kehilangan satu buah celana jins yang dijemur dibelakang. Dan tadi pagi dia melihat jika celana itu dipakai oleh anaknya ibu kostnya. Kan parah ..
Reni mendengarkan cerita Tiwi dengan seksama. Setelah itu dia bilang untuk menunggu sebentar, di keluar dari kelas dan menuju deretan kelas tiga. Entah menemui siapa disana. Sekembalinya Reni langsung tersenyum lebar pada Tiwi.
“Kamu bisa pindah ke asrama ku Wi, lusa kak Fitri yang sekamar denganku akan pulang. Dia kan tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja. Jadi kamu bisa siap-siap mengangkut barangmu sedikit demi sedikit ke tempatku, nanti jika kak Fitri pulang, kamu tinggal langsung masuk saja, gimana?”
Tiwi begitu terkejut. Masalahnya asrama yang dimaksud adalah asrama khusus untuk anak-anak pintar dari SMPN 1 desanya, dan tidak sembarangan anak bisa masuk kesana. Sekarang malah dia ditawarkan untuk masuk ke sana bergabung dengan deretan anak pintar itu, woow .. serasa mimpi!
“Beneran kah mbak Ren? Nggak gurau kan? Aku mau Mbak..mau banget… trus harus bilang ke siapa? Bayarnya bagaimana?” tanya Tiwi antusias.
“Pulang sekolah kamu ikut aku ke asrama ya, nanti kita menghadap Bu Asramaku. Kalau ditanya Kamu siapa bilang saja kita sepupu an. Biar tidak banyak nanya dia. Dan mengenai pembayaran nya nanti akan dijelaskan sendiri oleh ibu asramaku, gimana?”
“Iya Mbak Ren, aku mau ..”
Dan betapa bahagianya Tiwi, ketika ibu asrama langsung mengiyakan untuk dia masuk bergabung m jadi penghuni asrama itu selanjutnya. Mengenai pembayaran, Sabtu depan ketika dirinya pindahan, dia akan meminta sang Ibu untuk menyelesaikannya, karena kost di asrama ini sekalian Dengan makannya, jadi beda pengaturannya.
Dengan penuh semangat, Tiwi pun telepon ke rumahnya, mengabarkan hal tersebut pada kedua orang tuanya. Yang langsung menyambut baik keinginannya ini.
—---------
Sudah dua Minggu ini Tiwi pindah ke asrama, yang letaknya bersebelahan dengan sekolahnya ini. Dia tinggal melangkah sebentar sudah sampai. Serta asramanya terkenal sebagai tempat anak-anak yang berkualitas baik dengan nilai terbaik di sekolahnya. Jadi jika diketahui Dia pun anggota dari asrama ini, maka tentunya namanya akan semakin baik dimata guru dan teman-temannya..
Umi yang di tinggal oleh Tiwi, menjadi berubah menjauh dan tidak lagi mau menyapanya jika bertemu. Tiwi yang memang orang cuek, tidak ambil pusing dengan kelakuan mantan sahabat sekamarnya itu.
—-----------
“Hei… kamu sudah tidak pernah pulang ke kostmu yang disana itu ya? Yang sama Umi?” tiba-tiba Bayu sudah berjalan di sisinya saat pulang sekolah sore ini..
Tiwi hanya menoleh sesaat lalu kembali melanjutkan langkah kakinya keluar halaman sekolah.
“Kok diam saja sih? Setahuku kamu nggak bisu kan?” Tanya Bayu dengan nada usil.
Tiwi menoleh, lalu melengos karena melihat Bayu memberinya sebuah senyuman manis..
Dih, apa sih maksud dari cowok tengil satu ini. Mana pakai senyum-senyum lagi…
“Oooh.. sekarang tinggal disini toh, wah, enak juga ya, jadi dekat sekali nggak takut telat masuk.” Komentar Bayu saat melihat Tiwi masuk ke halaman asramanya.
Asrama ini memang terbuka bebas saat siang sampai sore jam lima. Selebihnya jika ingin masuk atau keluar harus ijin pada Ibu yang memegang kunci pintu pagar asrama itu.
Dan Tiwi membiarkan saja Bayu ikut masuk, sampai di ruang depan. Yang merupakan ruang tamu sekalian ruang belajar bersama itu. Karena berisi tiga buah meja panjang dan bangku-bangku panjang juga di kanan kirinya. Dengan cuek Tiwi masuk ke kamarnya, berganti baju, ke kamar mandi, lantas merebahkan diri di tempat tidurnya yang nyaman.
Sampai tiba-tiba didengarnya sayup-sayup ibu asrama memanggilnya dari luar sembari mengetuk pintu kamar.
Tiwi turun dari kasur dan membuka pintu kamarnya sedikit.
“Iya Bu? Ada apa?” Tanyanya sopan.
“Loh, kamu itu bagaimana sih Wi? Itu ada pacarmu kok kamu tinggal sendirian di luar? Kamu temui dulu sana! Kalau memang nggak ada yang penting kamu suruh saja di pulang ! Jangan malah kamu biarkan nganggur begitu. Kasian anak orang Wi!” ujar ibu asrama panjang kali lebar.
Tiwi yang merasa tidak punya pacar itu pun kaget, siapkah yang dimaksud oleh ibu asramaku ini?
Dengan langkah gontai Tiwi keluar ke ruang tamu. Dan ternyata ada Bayu yang sedang duduk menunggu nya dengan wajah songongnya itu. Tiwi mendekati cowok itu dan bertanya dengan gusar,
“Apa maksudnya kamu bilang kalau kamu pacarku hah?”
Bayu kembali tersenyum manis pada gadis remaja yang sangat manis dengan lesung pipinya itu.
“Bolehkah Aku mengenalmu lebih jauh lagi Wi? Aku rasa aku telah jatuh hati padamu…” ucapnya lembut.
Hal yang membuat Tiwi menjadi meradang,
“Kamu !!!”
Dengan menahan amarahnya Tiwi menyeret lengan Bayu dan membawanya keluar dari halaman asramanya itu.
“Pulang! Jangan bermimpi di siang bolong begini Bang!”
Bayu segera meraih tangan Tiwi yang sudah membalikkan badannya bermaksud masuk kedalam kembali.
“Tunggu! Dengarkan aku sejenak Wi, aku serius dengan apa yang aku sampaikan tadi. Aku sudah menyukaimu sejak awal pertama aku melihatmu datang ke kelasku dulu. Aku mendekati Umi dan menyuruh nya meminjam bukumu hanya untuk mencari perhatianmu. Tapi sayangnya surat-surat yang kukirim lewat bukumu sepertinya tidak tersampaikan padamu, karena melihat sikapmu yang seperti baru kali ini tau isi hatiku padamu…”
Tiwi melepas tangan Bayu dan bertanya dengan penasaran.
“Surat? Surat apa? Buku ku selalu kembali dengan bersih, tidak ada lembaran apalagi surat didalamnya. Jangan ngarang kamu!”
“Aku sudah menduga hal ini terjadi. Karena nya aku pun menanyakan pada Umi, dan ternyata dia mengakui jika semua suratku dia yang membalasnya, bukan kamu…sudah aku tegaskan jika aku menyukai Tiwi Rastuti, bukan dia. Sampai sini kamu masih belum paham juga Wi?”
Tiwi hanya bisa melongo ….
********