Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Konferensi Pers
Saka menceritakan rencana dibalik konferensi pers yang akan dilakukan esok hari kepada kedua orang tuanya. Bahwa dia ingin memanfaatkan moment ini untuk mencari kedua orang tua Rayya.
"Aku akan mengadakan konferensi pers besok untuk mencari informasi tentang orang tua Rayya, selain meluruskan apa yang sudah beredar." kata Saka pelan, tapi mantap.
Mama Lina, mengerutkan keningnya. "Kau yakin itu langkah yang tepat, Nak?"
"Aku takkan repot-repot melakukannya kalau ini tidak penting," jawab Saka. "Seseorang sudah mulai menyebarkan informasi tentang masa lalu Rayya. Informasi yang setengah benar. Aku ingin memanfaatkannya untuk satu tujuan mencari tahu siapa orang tua Rayya."
Papa Bara, bertukar pandang dengan istrinya sebelum bertanya, "Kau berharap keluarga kandungnya akan melihat atau mendengar konferensi kalian?"
"Iya," sahut Saka sambil mengangguk. "Rayya mengalami kecelakaan dengan kedua orang tuanya dua puluh tahun lalu. Dia terpisah dari orang tuanya dan akhirnya diangkat oleh keluarga yang mengasuhnya sekarang. Kami tidak tahu siapa orang tuanya yang sebenarnya. Tapi jika mereka masih hidup atau bahkan jika hanya ada kerabat, mungkin mereka akan mengenali kisahnya."
Suasana hening sejenak. Hanya detik jam yang terdengar.
"Lalu bagaimana jika ada yang pura-pura menjadi orang tuanya?" tanya mama Lina, nadanya penuh kekhawatiran. "Rayya tidak mengenal mereka. Orang yang tidak bertanggung jawab bisa saja memanfaatkan situasi ini."
Saka tersenyum tipis. "Aku sudah memperhitungkan itu. Aku tidak akan begitu saja percaya. Jika ada yang datang mengaku sebagai orang tua atau keluarga Rayya, langkah pertama yang akan aku lakukan adalah tes DNA."
Papa Bara mengangguk pelan. "Baiklah. Jika itu yang kalian inginkan, kami akan mendukung. Tapi tetap hati-hati. Masa lalu kadang penuh luka yang tidak mudah disembuhkan."
*****
Malam itu, kamar tidur mereka diselimuti kesunyian yang nyaman. Rayya duduk di tepi ranjang, menatap cermin. Matanya memantulkan ketegangan yang sulit disembunyikan. Saka duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan erat.
"Kau gugup?" tanya Saka lembut.
Rayya mengangguk. "Tentu. Siapa yang tidak gugup saat masa lalu mulai menyeruak, saat kita harus berdiri di depan orang-orang dan membuka luka lama?"
Saka memeluknya dari samping. "Kita tidak membuka luka, kita mencari jawaban. Kita mencari bagian hidupmu yang hilang."
Rayya menarik napas panjang. "Apa menurutmu... mereka akan mendengarnya? Orang tuaku?"
"Aku percaya mereka akan mendengar. Jika tidak langsung, mungkin melalui orang lain. Dunia ini kecil, Rayya. Dan jika takdir mengizinkan, kau akan bertemu mereka."
Rayya memejamkan mata. "Sejak kecil aku tidak pernah tau siapa kedua orang tua kandungku. Bagiku kedua orang tuaku hanya mereka. Tapi lambat laun aku menyadari kalau mereka bukanlah orang tua kandungku, karena sikap mereka yang begitu berbeda kepadaku."
Saka mencium keningnya. "Besok akan jadi awal baru. Apa pun yang terjadi, aku akan bersamamu."
Rayya mengangguk, tersenyum lembut kepada suaminya yang penuh pengertian kepadanya. Sungguh dia sangat beruntung memiliki suami dan keluarga yang sangat menyayanginya dan mendukungnya.
*******
Pagi menjelang. Aula konferensi sudah dipenuhi wartawan, kamera, dan mikrofon yang terarah ke satu podium utama. Saka duduk di sana, dengan Rayya di sampingnya bersama dengan beberapa orang pengacara yang dia pilih untuk menemaninya jika diperlukan langkah hukum yang akan mereka tempuh. Dia berbicara lantang, jelas, tanpa keraguan.
"Saya Saka. Saya suami dari Rayya. Hari ini kami ingin menyampaikan sesuatu yang bukan hanya untuk menjawab informasi yang beredar, tapi juga untuk mencari sesuatu yang telah lama hilang."
Dia melirik Rayya yang menatap lurus ke depan. "Semua berita yang beredar itu memang benar. Istri saya sempat melakukan pertunangan dengan pria bernama Putra. Namun di tengah pertunangan mereka, Putra malah meninggalkan Rayya dan lebih memilih bertunangan dengan adik istri saya yang bernama Livia. "
"Bagaiamana anda tau semua kisah itu, Pak Saka? " Tanya seorang wartawan penasaran.
"Karena aku ada di sana. Aku melihat seorang wanita yang rapuh setelah dipermalukan sedemikian rupa oleh kekasih dan keluarganya dan menahan rasa malu di depan banyak orang. Lalu aku menawarkan pernikahan kepada Rayya. Dan sekarang kalian bisa lihat, Rayya adalah istriku kami bahagia dengan pernikahan kami. Walau kami sebelumnya adalah orang asing dan tidak saling mengenal. Tapi kami bisa menerima satu sama lain. " ujar Saka memberikan senyum lembut kepada istrinya.
"Pernikahan tidak melulu tentang cinta, tapi tentang rasa percaya dan menerima satu sama lain." ujar Saka lagi, "Dan saya ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian sebelum kami mengakhiri konferensi hari ini. Saya harap kalian bisa membantu saya dan istri saya untuk menemukan keluarga kandung istri saya, "
"Istri saya mengalami kecelakaan dua puluh tahun lalu saat sia berusia dua tahun, dan sejak saat itu, ia terpisah dari keluarganya. Ia tidak tahu siapa mereka. Kami berharap, jika keluarga kandungnya masih hidup atau memiliki informasi tentang kejadian itu, mereka mau menghubungi kami."
Wartawan mulai bertanya. Kamera berdesing. Tapi Saka tetap tenang.
"Jadi, selama ini mbak Rayya tinggal dengan orang tua angkat? "
"Ya, dan mereka memperlakukan istri saya dengan sangat buruk. " jawab Saka
"Apa yang akan Anda lakukan jika ada yang mengaku sebagai orang tua mbak Rayya?
"Kami menghargai kejujuran dan tidak ingin menyakiti siapa pun, tapi kami akan melakukan sesuatu agar tidak terjadi kesalahan. "
Masih banyak pertanyaan yang diajukan wartawan kepada Saka. Namun Saka membatasi semua pertanyaan dan hanya mengambil poin pentingnya saja untuk dia jawab. Dan segera menutup konferensi pers hari itu karena di rasa cukup.
"Dan satu hal lagi kami akan mengambil langkah hukum jika ada yang menyebarkan berita tidak benar lagi yang ditujukan kepada istri saya."
*****
Malam hari Di rumah keluarga Saka, mereka duduk bersama menatap layar TV yang menayangkan ulang konferensi pers tadi siang. Rayya tampak lebih tenang, meskipun hatinya tetap penuh tanda tanya.
"Sudah ada beberapa email masuk," kata Saka sambil menatap layar laptop. "Tapi kebanyakan hanya simpati. Belum ada yang benar-benar mengaku mengenalmu."
Rayya tersenyum kecil. "Mungkin butuh waktu."
"Iya, tapi kita akan terus menunggu. Dan jika saatnya tiba, kita akan siap."
Mama Lina menuangkan teh ke cangkir Rayya. "Kami berdoa yang terbaik, Nak. Tapi ingat, keluarga bukan hanya soal darah. Tapi soal siapa yang mencintai dan menjaga kita."
Rayya memeluk ibu mertuanya, matanya berkaca-kaca. "Terima kasih sudah menerimaku seperti anak sendiri."
"Kau sudah jadi anak kami sejak menikah dengan Saka, Rayya," sahut Papa Bara dengan senyum hangat.
Malam semakin larut. Saka dan Rayya duduk di balkon, memandangi langit berbintang.
"Aku masih tak percaya kita melangkah sejauh ini," bisik Rayya.
"Karena kamu kuat," jawab Saka. "Dan karena kamu tidak menyerah."
Rayya bersandar di bahunya. "Apa menurutmu mereka masih hidup?"
"Aku percaya selalu ada kemungkinan. Dunia ini penuh kejutan. Tidak ada yang tidak mungkin, selama kita berusaha."
Rayya menatap langit dan membisikkan doa dalam hati untuk harapan semoga bisa bertemu dengan kedua orang tuanya.
masih aja nuntut balas budi