Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil berhenti di depan rumah Mbak Anjar dan tak lama setelah itu keluarlah sang pengemudi yaitu Faiz, Afra dan Mbak Anjar yang berada di dalam rumah pun daoat melihatnya dari jendela dan mereka kedua terpesona dengan ketampanan Faiz yang sangat sulit untuk ditolak itu.
"Suami lo emang ganteng banget Afra, kalau gue jadi lo udah sujud syukur sih bisa dapatin modelan kayak Gus Faiz," ucap Mbak Anjar.
"Mbak jangan dilihatin gitu," ucap Afra.
"Astaghfirullah, maaf Afra. Mbak lagi kesambet tadi, kalau Mas Putra tau bisa-bisa Mbak dikurung di kamar ini, hehehe," ucap Mbak Anjar dan membuat Afra tersenyum mendengarnya.
"Assalamualaikum," salam Faiz lalu kedua perempuan itupun keluar.
"Waalaikumsalam," jawab keduanya.
Afra segera menghampiri Faiz dan mencium tangan Faiz, sedangkan Mbak Anjar yang melihat apa yang dilakukan Afra justru tersenyum dan tentunya senyum itu adalah senyum bahagia.
"Mas, kenalkan ini Mbak Anjar temannya Afra sama Hilya," ucap Afra memperkenalkan Mbak Anjar pada Faiz.
Faiz hanya menganggukkan kepalanya dan melihat Mbak Anjar sebentar lalu tatapannya beralih pada Afra, "Udah selesai? mau pulang sekarang?" tanya Faiz.
"Gus Faiz tidak ingat dengan saya?" tanta Mbak Anjar, lalu Faiz pun menatap sebentar pada Mbak Anjar.
"Apa kuta pernah bertemu sebelumnya?" tanya Faiz.
"Saya Anjar, Gus," jawab Mbak Anjar.
"Lalu? nama Anjar bukan hanya milik kamu bukan," ucap Faiz.
Ucapan Faiz tentunya membuat Mbak Anjar tersenyum, ia sudah menduga jika Faiz tidak akan mengingat dirinya. "Saya pernah bersekolah di pondok pesantren Fathurrahman," ucap Mbak Anjar.
"Terlalu banyak santri dan santriwati di pondok pesantren dan saya tidak mungkin mengingatnya satu persatu," ucap Faiz.
"Iya juga sih," ucap Mbak Anjar.
"Sudah kan, ayo pulang," ajak Faiz dan diangguki Afra.
"Mbak aku pulang ya," pamit Afra dan memeluk Mbak Anjar.
"Kalau lo ke kita sering-sering kesini ya, gue bakal kesepian soalnya gak ada lo sama Hilya habis ini," ucap Mbak Anjar.
"Iya, Mbak. Aku akan usahakan kalau ke kita pasti kesini," ucap Afra.
"Gue doain lo sama Gus Faiz langgeng, gue percaya kalau Gus Faiz bisa bimbing lo, lo gak lihat tadi gimana Gus Faiz," bisik Mbak Anjar dan membuat Afra tersenyum mengingat Faiz yang tidak mengenali Mbak Anjar.
Setelah melepaskan pelukannya, Afra mencium Tania yang berada di box bayi. "Sayang, aunty pergi ya, kapan-kapan lagi aunty kesini bakal nemuin kamu, ish lucu banget kamu," ucap Afra.
"Makanya cepat punya sendiri," ucap Mbak Anjar.
"Sabar Mbak, baru juga nikah," ucap Afra.
"Jangan lama-lama, gue udah gak sabar kayak gimana anak ya Gus Faiz," bisik Mbak Anjar.
"Kok malah penasarannya itu?" tanya Afra.
"Iya lah, lo gak lihat suami lo cakepnya kebangetan gitu, pasti anaknya nanti cantik atau ganteng sih," bisik Mbak Anjar.
"Tapi, istrinya aku," bisik Afra.
"Gapapa, gen bapak lebih kuat," ucap Mbak Anjar.
"Aku jelek ya Mbak?" tanya Afra.
"Gak lah, gue gak bilang lo jelek ya," bisik Mbak Anjar.
"Kalau dibandingkan aku sama Ning Zahra lebih cantikan mana?" tanya Afra.
"Lo jangan marah ya, lebih cantikan Zahra sih. Tapi, tenang aja Gus Faiz sukanya sama lo kok, udah jangan mikir aneh-aneh, udah sana pulang sebelum Gus Faiz nunggu lama," bisik Mbak Anjar.
Setelah itu, Afra pun menghampiri Faiz. "Ayo Mas," ajak Afra dan diangguki Faiz.
Faiz membiarkan Afra berjalan terlebih dahulu, namun ketika Faiz hendak melangkah Mbak Anjar berbisik padanya. "Gus, sepertinya Afra penasaran tentang hubungan Gus sama Ning Zahra," bisik Mbak Anjar lalu menjauh dari Faiz.
Faiz pun membalikkan tubuhnya, "Terimakasih sudah mengatakannya," ucap Faiz dan melangkah menghampiri Afra.
Faiz dan Afra pun menaiki mobil dan meninggalkan kediaman Mbak Anjar, "Ini mobilnya siapa Mas?" tanya Afra.
"Ini mobilnya Gus Mirza, Mas pinjam," ucap Faiz.
"Gus Mirza, anaknya Kyai Firdaus?" tanya Afra.
"Iya," jawab Faiz.
"Oh iya, rumahnya Kyai Firdaus kan dekat dengan hotel," ucap Afra baru mengingat hal tersebut.
"Mas, besok aku mau pulang ke rumah boleh? maksudnya aku mau mampir gitu," tanya Afra.
"Boleh, besok sama aku ya. Sekalian kita ke pengadilan buat ngurus berkas-berkasnya," ucap Faiz dan diangguki Afra.
Beberapa saat kemudian, mereka pun sampai di hotel. Sesampainya di hotel, Afra segera pergi ke kamar dan membersihkan tubuhnya begitupun dengan Faiz, lalu setelah itu mereka berkumpul di lobby karena mereka akan jalan-jalan menikmati kota A pada malam hari.
"Bagus ya ternyata," ucap Ilyas.
"Jangan norak deh kamu Yas," ucap Tian.
"Maklum Yan, aku kan belum pernah ke kota," ucap Ilyas.
"Ning Afra dari kota ini kan ya? berarti Ning Afra sudah tau dong tempat-tempat disini?" tanya Ustadz Gio.
"Ya bisa dibilang begitu," ucap Afra.
"Kalau gitu makan malamnya kita serahkan ke Ning Afra saja, pasti Ning Afra tau dong dimana makanan yang enak sekitar sini," ucap Ustadzah Putri.
"Boleh, kalian mau makan apa memang?" tanya Afra.
"Kami ikut Ning Afra saja," ucap Ustadz Gio.
"Soto mau?" tanya Afra.
"Boleh Ning," ucap mereka.
"Disini sotonya murah meriah dan yang pasti enak, ayo ikut saya," ucap Afra.
Mereka pun mengikuti Afra hingga tak lama mereka berjalan, mereka sampai di tempat yang di maksud Afra. Warung tenda sederhana, namun cukup ramai, itulah kesan yang mereka dapatkan ketika melihat tempat tersebut.
"Mau makan lesehan atau makam di meja?" tanya Afra.
"Lesehan saja Ning," ucap Ustadz Gio.
Afra pun memilih tempat lesehan dan diikuti yang lainnya lalu Afra berdiri mengambil menu dan kertas untuk memesan, "Ini kalian bisa pilih mau yang apa, disini kuahnya sama semua kok cuma isiannya aja yang beda," ucap Afra dan mereka pun memilih sesuai keinginan mereka.
"Kamu biasanya pesan yang apa?" tanya Faiz.
"Aku biasanya yang soto ayam yang 7 ribu," ucap Afra.
"Sekarang kamu mau pesan yang 7 ribu juga?" tanya Faiz.
"Iya," jawab Afra.
"Jangan, beli yang 17 ribu aja paket komplit," ucap Faiz.
"Tapi, banyak banget loh Mas itu, yang 7 ribu aja udah banyak," ucap Afra.
"Kita makan berdua," ucap Faiz.
Akhirnya sesuai dengan keinginan Faiz, mereka pun memesan paket komplit untuk berdua dan tak lama pesanan mereka pun sampai di meja. "Ning, ini kita pesan yang 10 ribu, tapi banyak banget sampai tumpah-tumpah, untung aja ada piring di bawahnya," ucap Sofia.
"Disini emang porsinya banyak, makanya banyak yang datang," ucap Afra.
"Bukan hanya murah, tapi rasanya juga enak banget," ucap Ilyas setelah mencicipi kuah soto tersebut.
Faiz mendekatkan tubuhnya pada Afra lalu melepaskan jaketnya dan memakaikan untuk Afra, "Banyak nyamuk terus dingin juga, aku udah pakai baju tebal kok," ucap Faiz.
.
.
.
Bersambung.....
padahal ceritanya lagi seru seru nya
semangat/Grin//Smirk/