Menceritakan tentang seorang dokter tampan,mapan dan baik hati yang belum menikah di umurnya yang menginjak 37 th,yang bernama Lucky.
Alasan dia belum menikah,bukan karena dia adalah lelaki yang pemilih atau trauma menjalin hubungan atau pun karena ingin fokus pada karier. Tapi alasan kenapa ia belum menikah itu semua karena dokter Lucky tidak tertarik dengan lawan jenis alias dirinya penyuka sesama jenis.
Namun hidupnya berubah 360° saat ia terpaksa menikahi Ayu karena sebuah insiden. Insiden yang membuat mama Lucky salah paham dan memutuskan untuk menikahkan dirinya dengan Ayu.
Akan kah pernikahan dokter Lucky dengan Ayu bisa bertahan lama?
Kira-kira bagaimana reaksi Ayu kalau tau laki-laki yang ia nikahi sebenarnya penyuka sesama jenis? Apakah Ayu akan tetap bertahan dan bisa mengembalikan dokter Lucky ke jalan yang benar? Atau Ayu memilih menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Tak lama papa Lutfi pun datang dengan membawa semua peralatan yang di butuhkan untuk melakukan pertolongan pertama serta memeriksa keadaan mama Tyas.
Setelah memasang oksigen, tak lama mama Tyas pun sadar dari pingsannya.
"Mah.." panggil Ayu lirih saat melihat mama mertuanya sadarkan diri, ia merasa menyesal sudah mengatakan hal itu pada mama Tyas, tapi disisi lain hatinya juga lega.
"Ini mah, minum obat nya dulu." Ucap papa Lutfi sambil menyodorkan obat dan air minum untuk istrinya itu.
Ayu pun membantu mama Tyas untuk duduk agar bisa minum obat.
"Mama pindah di kamar yah, istirahat di kamar aja." Ucap papa Lutfi setelah istrinya itu meminum obatnya.
Mama Tyas menganggukkan kepalanya.
Papa Lutfi dan Ayu pun membantu mama Tyas untuk berdiri dan berjalan menuju kamar, Ayu memapah mama Tyas sedangkan papa Lutfi menggeret tabung oksigen.
Setelah membaringkan mama mertuanya dan memastikan mama mertuanya dalam posisi nyaman, Ayu pun keluar dari dalam kamar mama mertuanya itu dan kembali ke ruang tamu.
Sedangkan papa Lutfi, ia masih di dalam kamar menunggu sampai istrinya itu tertidur, karena obat yang papa Lutfi berikan memang mengandung obat tidur.
Melihat istrinya tertidur, baru lah papa Lutfi keluar dari kamar. Di luar kamar, baru lah ia melakukan panggilan ke nomor Lucky.
Tuuut...tuuut...tuuut
"Halo pah." jawab Lucky di seberang telpon.
"Kamu dimana?" Tanya papa Lutfi dengan suara baritonnya.
"Di...di...rumah sakit pah." Jawab Lucky bohong. Karena saat ini dia sedang berada di jalan menuju apartemen.
"Cepat datang ke rumah, jantung mama mu kambuh lagi." Perintah papa Lutfi.
Mata Lucky membelalak.
"Ba-baik pah."
Papa Lutfi pun mengakhiri panggilannya.
"Papa kamu Luck?" Tanya Billy.
Lucky mengangguk.
"Ada apa? Apa ada masalah?" Tanya Billy lagi.
"Jantung mama kambuh lagi." Jawab Lucky sambil berusaha berkonsentrasi mengendarai mobilnya.
"Oh..." Billy menanggapi biasa saja kabar sakitnya mama kekasihnya itu.
"Mudah-mudahan si penyakitan itu cepat di jemput ajal, biar tidak ada lagi yang menghalangi hubungan ku dengan Luck." Gumam Billy dalam hati.
"Bill, aku hanya antar sampai lobi yah, aku mau langsung ke tempat mama." Ucap Lucky dengan wajah memohon minta pengertian dari Billy.
"Kamu tega ngeliat aku jalan sendiri dari lobi ke unit ku?" Tanya Billy menolak mengerti.
"Kan tangan kamu yang luka bukan kaki kamu."
"Pokoknya aku mau kamu antar aku sampai unit ku."
Lucky menghela nafasnya.
"Baik lah, aku akan mengantar mu." Ucap Lucky mengalah. Lagi pula ia juga ingin menjemput Ayu agar sama-sama ke rumah orang tuanya. Lucky belum tahu kalau Ayu sudah berada di rumah orangtuanya dan juga belum tahu kalau tadi Billy menjawab panggilan telpon dari Ayu.
Mobil yang Lucky kendarai pun tiba di area gedung apartemen. Cepat-cepat Lucky keluar dari dalam mobil dan membuka pintu mobil dimana Billy duduk.
Ia pun memapah Billy mulai dari keluar mobil sampai tepat di depan pintu unit apartemennya.
"Aku pergi yah." Pamit Lucky.
Namun baru saja Lucky hendak memutar tubuhnya, Billy langsung menarik tangan Lucky.
"Luck, kamu belum mencium ku."
"Bill.." Lucky menekan suaranya menahan emosi.
"Aku mohon." Mohon Billy dengan wajah memelas.
Lucky menghela nafasnya. Entah Lucky memang orang yang sangat sabar atau memang dia tidak mau memperpanjang masalah karena tau tabiat Billy seperti apa, Lucky pun memilih untuk mengalah.
Ia melihat kanan-kirinya untuk melihat situasi, kemudian...
Cup. Lucky mengecup pipi Billy saat dirasa situasi lorong apartemen Billy aman.
"Aku pergi." Pamit Lucky, cepat-cepat Lucky melangkahkan kakinya menuju lift.
Billy yang hendak protes karena Lucky hanya mengecup pipinya, menahan kekesalannya karena Lucky sudah pergi duluan.
Dengan perasaan kesal, Billy masuk ke dalam unitnya dan menutup pintu unitnya dengan kasar.
Sedangkan Lucky, ia singgah ke unitnya untuk menjemput Ayu.
"Yu...Ayu.." panggil Lucky sambil berjalan menuju kamarnya.
Setelah membuka kamarnya, ia mendapati kamar tidurnya dengan Ayu kosong.
Lucky merogoh sakunya untuk melakukan panggilan telpon ke nomor Ayu.
Tuuut...tuuut...tuuut.
"Ha-halo m-mas." Dengan suara bergetar Ayu menjawab panggilan telpon Lucky.
"Kamu dimana Yu?"
"A-aku di-rumah ma-ma mas." Jawab Ayu.
"Baik lah, aku kesana sekarang." Lucky pun mengakhiri panggilan telponnya dengan Ayu.
Dengan setengah berlari Lucky keluar dari unit apartemennya menuju lift yang akan membawanya ke lantai bawah.
Kini Lucky sudah berada dalam mobilnya, dengan kecepatan penuh ia mengendarai mobilnya keluar dari area gedung apartemen.
"Apa Ayu udah cerita sama mama, makanya jantung mama kambuh lagi?" Lucky bertanya-tanya sendiri dalam hatinya.
"Aaarghhh..." teriak Lucky frustasi sambil memukul-mukul setirnya.
✨✨✨
Kini mobil yang Lucky kendarai sudah sampai di halaman rumah orangtuanya.
Begitu mobil terparkir mulus, cepat-cepat Lucky turun dari dalam mobil.
"Pah..mama mana?" Tanya Lucky panik saat kakinya sudah sampai di ruang tamu.
Ternyata papa Lutfi, abang Lingga, abang Leo dan Ayu sudah berkumpul di ruang tamu menunggu kedatangan Lucky.
"Mama mu sedang istirahat di kamar, kondisinya sudah sedikit membaik." Jawab papa Lutfi.
"Lucky mau lihat mama dulu."
"Gak usah. Kita urus dulu masalah mu disini." Larang papa Lutfi.
Lucky menatap wajah Ayu yang sedang tertunduk, nampaknya Ayu masih enggan menatap wajah suaminya. Mata Lucky pun beralih pada kedua abangnya yang terlihat biasa saja. Melihat wajah kedua abangnya biasa saja, Lucky yakin kalau kedua abangnya belum tahu permasalahannya dengan Ayu.
"Kok malah bengong disitu? Cepat duduk!!" Perintah papa Lutfi tegas.
Lucky pun berjalan menuju sofa yang berhadapan dengan Ayu.
Kini posisi mereka, Ayu duduk sendiri di sofa panjang berhadapan dengan Lucky, sedangkan papa Lutfi duduk di single sofa berhadapan dengan abang Lingga dan abang Leo.
"Ada masalah apa sih sebenarnya ini? Papa manggil aku sama Leo sebenarnya karena mama sakit atau mau kita jadi saksi Lucky yang papa sidang?" Tanya Lingga penasaran.
"Kedua-duanya, karena jantung mama kalian kambuh lagi karena ulah adik kalian ini." Jawab papa Lutfi. Sepertinya sudah saatnya Lingga dan Leo tau tentang penyimpangan adik bungsu mereka.
"Memangnya apa yang udah di buat Lucky pah?" Kini Leo yang membuka suaranya.
"Tidak ada yang mau kamu sampaikan Ky?" Tanya papa Lutfi dengan nada mengintimidasi.
Lucky menundukkan kepalanya, ia bingung entah dari mana ia harus memulai ceritanya.
"Papa sudah kasih kesempatan supaya kamu merubah diri mu, tapi kenapa malah kamu makin menjadi-jadi Ky?" Ucap papa Lutfi dengan nada meninggi.
Mendengar perkataan papa mertuanya, Ayu yang sedari tadi menunduk sejak Lucky datang langsung mendongakkan wajahnya dan menoleh ke arah papa Lutfi.
"Ja-jadi papa selama ini tau kalau mas Lucky itu..." tanya Ayu dengan raut wajah tak percaya.
Gantian papa Lutfi yang diam seribu bahasa.
BERSAMBUNG...