NovelToon NovelToon
Masa Lalu Tanpa Aku

Masa Lalu Tanpa Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Time Travel / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Verlit Ivana

Gita terjatuh saat merenovasi balkon bangunan yang menjadi tempatnya bersekolah saat SMA.
Saat terbangun, ia berada di UKS dan berada dalam tubuhnya yang masih berusia remaja, di 20 tahun yang lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Verlit Ivana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada Penguntit

Para guru mempersilahkan Karen, Ara, Nina dan Risa untuk langsung dibawa pulang orang tua mereka masing-masing. Sebagai sanksi atas perundungan, mereka mendapat hukuman skorsing dan akan dipindahkan ke kelas-kelas yang berbeda dengan Gita saat masa hukuman mereka masing-masing berakhir. Karen dan Ara mendapat skorsing selama dua pekan dan dilarang mengikuti lomba apa pun selama kelas dua, sedangkan Nina dan Risa selama sepekan.

Dengan tambahan, selama masa skorsing mereka terlibat sebagai relawan kegiatan sosial. Setelah masa hukuman berakhit pun mereka akan terus berada dalam pengawasan pihak sekolah, dan perbuatan mereka dimasukkan dalam catatan buku laporan siswa, di mana hal itu akan menjadi rekam jejak yang buruk bagi kehidupan mereka ke depannya.

Para guru bersikap tegas akan hal ini, dengan harapan tidak ada lagi kasus serupa di sekolah mereka. Sayangnya tak semua pembullyan terungkap ke permukaan.

Setidaknya para perundung yang masih bersembunyi masih memiliki kesempatan untuk bertaubat sebelum ketahuan.

"Lalu bagiamana dengan kasus yang menimpa Denting?" gumam Gita sambil memilih-milih komik serial misteri.

Sepulang sekolah itu Gita merayakan kesuksesan sidang dengan mangajak Yuli ke rental komik, sekaligus menunaikan janjinya tempo hari pada gadis pecinta manga tersebut. Begitu pula dengan Gio, ketua OSIS itu pun antusias untuk ikut, ketika Yuli mengabari hal itu padanya.

"Git, bisa Lo jelasin gak, sebernya apa yang Lo lihat di hari itu?" tanya Tomy sambil melihat-lihat deretan komik di hadapan mereka.

Tak lama setelah Gita, Yuli dan Gio tiba di rental tersebut. Gita meminta Yuli menghubungi Tomy agar menyusul mereka ke rental komik ini, yang terletak cukup jauh dari area sekolah.

"Ngobrol di sana aja," ajak Gita menunjuk ruangan lain.

Kemudian, sementara Yuli dan Gio asik sendiri dengan komik kegemaran mereka masing-masing, Gita mengajak Tomy menuju ruang baca lesehan bergaya Jepang dengan meja pendek yang saat itu sedang sepi, hanya ada sekitar tiga orang lainnya di sana.

"Maaf ya Tom, manggil orang sibuk kayak Lo ke tempat ini. Soalnya kalau di sekolah gue ngerasa gak aman ngobrol sama Lo." tanya Gita tiba-tiba.

Tomy menaikkan alisnya. "Iya gak apa-apa, eh emang gue kenapa? Gue nanya apaan ... malah balik nanya."

Gita menyeringai, lalu membuang napas kasar. Akses ingatan pada ancaman berbahaya yang telah terbuka, telah masih membuatnya bergidik ngeri dan hampir menyurutkan tekadnya. Kalau ada yang tau gue menyasikan kejadian nahas Denting, kemungkina besar, dia juga tahu kalau Tomy ada di sana.

Apalagi Tomy pernah bawa polisi ke sekolah dan menggajak gue buat bersaksi. Pasti Tomy juga diawasi.

Kalau orang itu melihat gue dan Tomy berinteraksi lagi, kemungkinan ... bakal dicurigai.

Ia lalu melirik Tomy yang masih menunggu jawaban sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja di antara mereka. Dalam ingatannya hanya ia yang pernah mengalami hal buruk, sedangkan Tomy tidak.  Atau gue yang enggak tau?

"Tom, sejak mungut hape Denting, Lo pernah dapet ngerasa diancem gitu gak?" tanya Gita memastikan.

Tomy berpikir sejenak, ia merasa pernah dikuntit oleh seseorang selama beberapa waktu, tapi ia tak mendapatkan serangan apapun.

"Enggak. Kalau diikutin pernah sih," jawab Tomy.

Ia menjelaskan pada Gita, bahwa dirinya perah diikuti, salah satunya pernah pula dikuntit sampai rumah oleh sosok bersepeda motor. Beruntung sosok itu terekam oleh CCTV yang dipasang di area gerbang depan, dan satpam rumah melapor padanya, tentang sosok berpakaian gelap. Sayangnya sosok itu mengenakan topi dan masker, hingga sulit dikenali.

Gita mendengus. Pasti pas sampe rumah Tomy dia sadar kalau cowok ini bukan orang sembarangan. Untung banget ya jadi anak orang pengusaha terkenal. Berarti sebelum ini, si penguntit gak tau identitas Tomy, dikira anak biasa kali ya.

"Lo gimana? Hidup lu gak aman emang?" tanya Tomy penasaran.

Gita bergidik akan kecelakaan yang hampir saja menewaskan nyawanya. Lalu menunjukkan sebuah bekas luka di lengan, juga kakinya yang masih jelas terlihat. Gue pernah disenggol orang di tangga ... untung gak sampe patah tulang, hampir ketabrak juga pernah.

Gadis itu pun kini ingat, di mejanya, selain coretan dari Risa yang berisi makian tidak bermutu, terdapat pula coretan yang mengindikasikan agar dirinya tutup mulut. Pernah pula ia temukan kotak bangkai tikus di laci mejanya, beserta sebuah surat yang menyuruhnya untuk diam, seolah jika Gita berani bicara ... nasibnya akan seperti tikus tersebut.

Saat itu mendapati kotak bangkai itu, sekolah sudah usai, dan Gita yang baru kembali meletakkan alat pel karena giliran piket, sudah tak mendapati seorang pun di kelas.

Gita mengusap wajahnya. Haaah ternyata banyak yang bikin gue depresi, ancaman dengan cat merah itu cuma salah satunya. Tapi ingatan remaja gue kemaren-kemaren cuma membuka lapis paling aman diantara ancaman lain, yaitu kelakuan Karen dan kawanannya.

Gadis itu kemudian memilih salah satu kejadian dan menceritakannya pada Tomy.

"Waktu awal-awal masuk sekolah di kelas dua, gue pernah mencoba cerita soal kejadian Denting ke wali kelas gue. Tapi baru aja gue ngejar dia buat bilang kalau mau ada yang gue ceritain ... eh sepulang sekolah gue hampir ketabrak angkot. Lo tau kan beberapa angkot dibawa dengan ugal-ugalan? Hari itu angkot yang gue tumpangin mogok, dan gue harus ganti angkot di tengah jalan dan saat itu masih di jalan raya."

Tomy mengangguk, wajahnya menunjukkan sedikit ketegangan. Namun ia merasa beruntung difasilitasi kendaraan pribadi yang lebih aman dan tentunya nyaman dari berbagai sisi.

"Gue kira, gue gak sengaja jatoh karena terdesak orang-orang di pinggir jalan. Tapi kalau gue inget-inget lagi, kayaknya gue ngerasain didorong dengan sengaja ... sampe gue terjatuh pas banget angkot ugal-ugalan melintas. Tapi alhamdulillahnya, driver ngerem mendadak." Gita memejamkan mata, dan mengusap kelopak matanya dengan telunjuk. Gue ngerasain telapak tangan di punggung gue.

Ya. Bener! Telapak tangan besar di punggung gue, mendorong dengan sekuat tenaga. Karena seinget gue di awal kelas dua gue pake sling bag. Jadi kerasa kan tuh ada yang dorong.

Lalu besoknya gue gak mau sekolah, minta tas baru. Tas ransel. Sampe bikin ayah dan ibu kebingungan.

Ah ... jangan-jangan perasaan nyaman ketika pake ransel karena hal itu? Takut merasakan dorongan itu?

"Hello ... earth is calling. Malah bengong. Lanjutin cerita Lo," pinta Tomy.

Gita mengerjapkan matanya, lalu mengatupkan telapak tangan sebagai tanda minta maaf.

"Eum gue rasa saat itu gue diikutin juga Tom, coba deh Lo pikir, gue ganti angkot lho, masa iya orang random mau bikin gue celaka?" ungkap Gita.

"Dia ... mungkin niat dia nyelakain gue pas di jalan masuk rumah kali ya? Gang menuju rumah gue kadang sepi, meski sebelum masuk gang ada jalur ke terminal. Eh tapi pas angkot mogok, oknum ini  dapet kesempatan emas di jalan raya itu," lanjut Gita lagi.

"Bisa jadi. Kalau gitu, berarti ada yang ngeliat kita dong di siang itu?" Mata Tomy membulat, baru menyadari adanya saksi lain di sana. Siapa yang lihat gue dan Gita pada saat Denting diserang? 

Kalau dia bikin Gita celaka ... bisa jadi ada di pihak si pelaku. Atau mungkin malah si pelaku itu sendiri?

"Git, gue balik ke pertanyaan awal. Karena ini penting. Pelase, coba inget dengan jelas, Denting gimana diserangnya? Karena setelah nemu hape itu, gue gak lihat siapa-siapa di sekitar sana," pinta Tomy serius

Gita mengigit bibirnya. Lalu mengirup napas dan membuangnya perlahan. Telapak tangannya terasa berkeringat. Meski ia ingat ... seperti halnya dirinya yang belia, ia sungguh ingin melupakannya. Melupakan momen itu.

"Denting ... dia. Dia ... dicekik sampe gelegepan, mukanya ... muka sampe merah di depan mata gue," lirih Gita.

Tomy mengepalkan tangannya, urat-urat di wajahnya menegang. Dadanya bergemuruh. Siapa yang kasar gitu sama orang yang gue suka?!

"Tapi gak sampai situ, yang bikin gue sampe kabur itu ... orang itu membanting Denting sekuat tenaga sampe gue denger suara keras dan itu bikin gue kaget campur ngeri." Gita menutup wajahnya.

"Kurang ajar!" geram Tomy, wajah tampannya berubah gelap dan terlihat mengerikan.

"Dan gue menyesal langsung kabur, karena gue gak lihat muka tuh orang, dan sampe gak bisa memastikan apakah Denting masih bergerak atau—" Gita tak melanjutkan kata-katanya.

Tomy menggebrak meja dengan kencang sampai orang-orang di sekitar mereka terkejut dan menoleh sejenak.

"Mungkinkah ... mungkinkah Denting disembunyikan oleh orang yang melukai dia?" lirih Tomy, ia tak mau membayangkan Denting sudah kehilangan nyawa akibat penyerangan itu.

Gita menatap Tomy dengan sedih, firasatnya mengatakan Denting tidak selamat, meski entah masih bernafas atau terluka parah. Lokasi kejadian itu ... ah apa gue pernah kembali mengecek, mungkin gue pernah nemu noda darah atau lainnya?

Sebentar ... coba gue inget-inget.

Gadis itu berusaha mengingat lebih jauh, namun belum ada lagi tanda-tanda ingatan lainnya. Gue butuh pemicu, tapi apa? Mungkin besok gue coba cek TKP. 

Tapi apakah aman-aman aja? Kalau gue balik ke sana, emang sih dekat laboratorium, tapi aktifitas gue gak sampe titik penyerangan.

Meski belakangan ini gue merasa aman-aman aja sih, itu pun karena gue baru inget lagi soal 'peringatan  tutup mulut itu'.

Tapi gimana kalau ternyata gue masih dikuntit sama penjahat itu dan dia kembali mencelakakan gue?

***

1
gaby
Yah, kirain Gio naksir Gita, ga taunya naksir Denting. Bakalan tetep jd jomblo dong walau mengulang wkt. Mudah2an Gita ga naksir Gio, jgn naksir cwok yg mengagumi wanita lain
Verlit Ivana: /Grin//Grin//Grin/
gaby: Yg jelas cm kaka othor yg tau jodohnya gita/Facepalm//Facepalm/
total 3 replies
gaby
Gita ngajak Tomi ngobrol 4mata menjauh dr Yuli & Gio. Tp pas dah berdua sm Tomi knp pembicaraannya pake di dlm hati. Emang mreka melakukan telepati. Jgn kbanyakan ngomong dlm hati, kapan mau kelar masalahnya. Kalo cm mau ngomong sendirian dlm hati, mending ga usah ktemuan. Rebahan aja di kamar masing2. Dah nungguin upnya dr pagi, giliran up isinya cm pembicaraan batin/Facepalm//Facepalm/
MeiRa
Syudah mampir thor. Semangat
Verlit Ivana: terima kasih Kakak, semoga suka membacanya. /Smile/
total 1 replies
gaby
Trus hasil sidangnya apaan thor?? Apa sanksi buat para perundung. Padahal bisa aja kalo ayah Gita melaporkan masalah ini k jalur hukum.
Verlit Ivana: diskors dia Kak
total 1 replies
Abu Yub
melenggang
Abu Yub
lanjut thor/Ok//Pray//Coffee//Beer/
Abu Yub: oke dek.yang tetap semangat/Pray/
Verlit Ivana: selamat lanjut membaca. maaf slowres saya jagain anak-anak saya nyambi nulisnya, Kak. 🙏🏼
total 4 replies
Abu Yub
membuang nafas
Abu Yub
menepuk keningnya
Abu Yub
senyum
Abu Yub
sip pokonya
Abu Yub: masama dek/Pray/
Verlit Ivana: terima kasih Kak/Smile/
total 2 replies
LidaAlhasyim
𝙨𝙪𝙠𝙖 𝙗𝙜𝙩 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙣𝙮😊
Verlit Ivana: masyaAllah Kakak, makasih banyak ya Kak. 🥰 semoga lancar rejekinya. aamiin.
total 1 replies
˜”*°•.˜”*°•KOMARU CHAN•°*”˜
Semangat thorrr
Verlit Ivana: terima kasih Kak/Smile/
total 1 replies
gaby
Kayanya Hantu di sekolah yg di ceritain tukang jamu waktu itu jgn2 Arwah Denting. Apa Denting dah meninggal?? Makanya kluarga di kampung nyariin ga ktemu.
Verlit Ivana: hehe ayo kakak selamat menebak /Smile//Hey/
total 1 replies
gaby
Tiap bab slalu gantung & misteri bertambah, dr awal ga ada titik terang. Dah gitu upnya 1× sehari. Mungkin ini yg mbikin para reader nabung bab. Karena kalo cm baca 1bab cm bikin penasaran yg ga berkesudahan.
Verlit Ivana: makasi sudah tetap baca dan bersabar Kaka Gaby /Smile/. insyaAllah diungkap perlahan sedikit lagi.
/Smile/
total 1 replies
Abu Yub
Aku mampir lagi thor/Rose//Wilt//Ok//Pray//Good/
Verlit Ivana: Terima kasih Kak/Smile/
total 1 replies
Abu Yub
masalahnya
Abu Yub
cerminn
Abu Yub
lanjut
Abu Yub
anak sekolah
Azthar_ noor
semangat ya🥰
Verlit Ivana: terima kasih Kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!