Nolan seorang sarjana fisioterapi yg memiliki mimpi menjadi seperti ayahnya seorang dokter hebat yg berhasil menyelamatkan banyak nyawa.
Tetapi dalam prosesnya banyak masalah muncul hingga akhirnya Nolan kehilangan kedua orang tuanya dan harus berjuang bertahan hidup bersama adiknya.
Disaat situasi yg putus asa, orang yg tidak pernah terpikirkan olehnya datang dan memberi secercah harapan.
Sebuah jalan baru yg memungkinkan Nolan untuk mengubah kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenjagaMalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Hal Ambigu dan Mantan
Kabar tentang kesembuhan seorang pengusaha ternama dari penyakit degeneratif yang selama ini tak kunjung pulih menyebar dengan cepat di kalangan masyarakat atas. Tak butuh waktu lama sebelum nama klinik kecil di gang sempit itu mulai diperbincangkan Klinik Mahaputra. Orang-orang penasaran, bagaimana mungkin seorang fisioterapis muda tanpa gelar dokter bisa menyembuhkan pasien yang telah dirujuk ke berbagai rumah sakit besar?
Karisa Prameswari, wanita muda berusia akhir dua puluhan dengan reputasi sebagai suplayer bahan baku herbal dan alat medis terbaik di Jakarta, tak hanya menyebarkan cerita itu, ia adalah bagian dari cerita tersebut. Ayahnya kini bisa berjalan tanpa tongkat setelah dua minggu terapi intensif bersama Nolan. Sebagai bentuk rasa terima kasih dan naluri bisnis, ia langsung mengajukan tawaran investasi pada klinik Nolan.
“Kau punya kemampuan, Nolan. Yang kau butuhkan sekarang hanya sistem dan struktur.”
Klinik yang dulunya hanya terdiri dari satu ruangan terapi, satu meja resepsionis sederhana, dan tempat tidur lipat, kini diperluas. Ruang belakang kontrakan direnovasi menjadi dua bilik terapi tambahan. Karisa menyuplai alat-alat fisioterapi terbaru dan seorang asisten administrasi direkrut untuk membantu pendaftaran pasien.
Namun perubahan besar ini tak selalu membawa kemudahan. Bertambahnya pasien membuat jadwal penuh. Nolan bekerja dari pagi hingga malam, hanya tidur sebentar sebelum malam tiba saat sistem Penjaga Malam aktif, Ia mulai kelelahan.
Suatu sore, seorang wanita paruh baya datang ditemani dua anaknya. Ia menderita nyeri tulang punggung kronis dan sudah menjalani terapi di beberapa tempat tanpa hasil. Saat menyentuh tubuhnya, Nolan menggunakan penglihatan energinya warna keabu-abuan menggumpal di sekitar punggung bawah.
Dengan konsentrasi penuh, Nolan menetralisir energi tersebut sebelum melakukan teknik manipulasi jaringan dan stimulasi saraf. Wanita itu bangkit dengan mata berkaca-kaca.
“Saya… bisa membungkuk lagi.”
Tangis haru pecah di ruang terapi, walaupun belum sembuh sepenuhnya tapi pasien merasakan perubahan nyata dan yakin jika dia pasti sembuh jika rutin melakukan terapi. Anak-anaknya memeluk ibunya dan satu lagi cerita viral siap menyebar. Namun dari balik jendela, sepasang mata mengamati klinik itu dengan ekspresi penuh dendam, Arya Prasetyo.
Dalam waktu dua minggu, tiga klinik pesaing di sekitar Jakarta mengalami penurunan pasien secara drastis. Salah satu di antaranya bahkan memutuskan untuk melaporkan Nolan atas dugaan praktik ilegal.
Namun ketika dinas kesehatan datang untuk inspeksi mendadak yang mereka temukan adalah prosedur terapi yang lengkap, pasien yang puas, serta dokumentasi rekam medis yang rapi berkat sistem administrasi baru hasil ide Karisa. Mereka pun hanya bisa memberikan catatan kecil perbaikan dan meninggalkan klinik dengan nada kagum.
Namun, laporan itu ternyata bukan semata berasal dari klinik pesaing biasa. Arya Prasetyo, dokter muda dari keluarga terpandang dan mantan tunangan Karisa merasa posisinya terancam. Ia memiliki latar belakang sebagai ahli rehabilitasi medis dan kini menjabat sebagai direktur cabang klinik fisioterapi besar. Melihat nama Karisa Prameswari dikaitkan dengan kesuksesan klinik kecil bernama Mahaputra, membuatnya merasa dipermalukan.
“Dia bahkan bukan dokter. Hanya lulusan fisioterapi,” gumam Arya sambil mengepalkan tangan.
Arya tidak hanya berniat menyerang secara legal, tapi juga pribadi. Ia menyebarkan rumor bahwa Nolan menggunakan cara-cara tidak etis, termasuk terapi dengan sentuhan mistik atau “ilmu hitam”, memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat awam. Beberapa video pendek dari pasien yang menangis usai terapi dimanipulasi untuk mendukung narasi itu.
Nolan mulai merasa tekanan yang berat, tak hanya secara fisik tapi juga mental. Pagi hingga malam ia sibuk menyembuhkan, mengajar, dan mencatat. Begitu malam tiba, tubuhnya dipindahkan ke dunia lain di mana ia kembali ke masa pelatihan di dimensi khusus yg dibuat oleh sistem.
Karisa mulai melihat perubahan pada Nolan. Lingkaran hitam di bawah mata, senyum yang semakin jarang, dan tangan yang mulai gemetar saat memijat.
“Istirahatlah, Nolan. Klinik ini bisa bertahan beberapa hari tanpamu.”
Tapi Nolan hanya menggeleng. “Setiap hari seseorang datang dengan harapan yang hampir padam. Aku tak bisa istirahat saat tahu aku bisa menyalakan nyala itu kembali.”
Arya akhirnya memutuskan untuk datang langsung. Bukan sebagai pasien, bukan pula sebagai teman, tapi sebagai penantang.
Ia datang membawa dua orang wartawan dan seorang aparat dari dinas, menyodorkan surat permintaan klarifikasi legal sambil menyeringai.
“Nolan Mahaputra, hari ini kau harus membuktikan bahwa kau bukan penipu.”
Ruangan sunyi. Pasien yang sedang duduk menunggu menatap penuh kecemasan. Karisa yang baru turun dari lantai dua bergegas mendekat, ekspresi wajahnya tegang. Namun sebelum ia bisa bicara, seorang pria tua melangkah maju. Ia mantan pasien Nolan—ayah Karisa.
“Kau tak tahu apa yang kau bicarakan, Nak. Anak ini menyelamatkan langkahku.”
Lalu disusul oleh ibu paruh baya yang kini bisa membungkuk. Seorang anak muda yang bisa kembali bermain basket dan satu per satu pasien berdiri, bersaksi.
Arya mulai kehilangan kendali. “Ini semua bisa direkayasa!”
Tapi Karisa melangkah maju, berdiri di sisi Nolan. “Tidak semua bisa dibeli, Arya. Termasuk kepercayaan.”
Meski tekanan belum berakhir, dukungan pasien dan hasil nyata mulai membentuk reputasi baru bagi Klinik Mahaputra. Karisa menawarkan langkah besar berikutnya: membuka Klinik baru yg lebih besar berkelas internasional di provinsi Bali dimana banyak wisatawan asing sering berkunjung.
Nolan yang tubuh dan jiwanya mulai terlatih menanggung beban dua dunia, perlahan menyadari bahwa ini bukan sekadar tentang menyembuhkan tubuh.
Ini tentang menyembuhkan harapan… di mana pun dunia itu berada tetapi semua butuh waktu, tidak perlu tergesa gesa. Pertumbuhan yg pesat tanpa pondasi yg kokoh akan mudah dijatuhkan oleh angin jadi Nolan mengusulkan untuk mendapatkan tempat yg cocok di Bali terlebih dahulu.
Matahari siang menyinari kaca jendela Klinik Mahaputra, aroma minyak terapi dan ramuan herbal samar memenuhi udara.
Nolan baru saja menyelesaikan sesi terakhirnya hari itu. Ia menyandarkan tubuh ke kursi, memejamkan mata sebentar, mencoba mengatur napas tapi pikirannya jauh dari tenang.
Sudah dua minggu sejak Arya Prasetyo datang menantangnya di depan para pasien. Dua minggu sejak pertanyaan-pertanyaan lama kembali membakar hatinya tentang hubungan Arya dengan kematian orang tuanya Dan yang paling menyakitkan: tentang perempuan yang pernah dia pikir akan menemaninya sampai akhir.
Karisa berjalan masuk sambil membawa dua gelas teh jahe. “Kau belum makan siang, kan?”
Nolan membuka mata dan tersenyum tipis. “Seperti biasa.”
Karisa duduk di seberangnya, menggeser berkas ke sisi meja. "Anak buah ku sudah mendapatkan lokasi yg cocok di Bali, butuh beberapa bulan untuk pembangunan tetapi yg paling penting adalah sistem klinik dan cara membuat agar semua fisioterapi bisa menyembuhkan pasien dengan efektif seperti yg kamu lakukan."
"Mudah saja, setiap penyakit muncul karena ada energi penyakit yg menggumpal pada tubuh apapun jenis penyakitnya jadi selama mereka bisa menetralisir energi ini terlebih dahulu maka proses terapi akan lebih mudah" jawab Nolan.
Karisa menatap Nolan lama. “Kapan terakhir kali kamu beribadah?"
Nolan berpikir sejenak sebelum dia mengulurkan tangannya lalu menunjukan jari tengah sambil menunjukan senyum licik.
Karisa jelas kesal dan mencoba menggigit jari tengah Nolan tetapi yg dia dapatkan hanya udara kosong karena Nolan berhasil menghindar sambil berkata. "Jari terlalu kecil untuk bibir manis mu, bagaimana dengan sesuatu yg lebih besar."
Karisa tidak terpancing dengan ejekan Nolan dan menantang balik. "Keluarkan jika kamu berani, percaya atau tidak aku pasti akan menggigitnya hingga putus."
Nolan terkejut dan tanpa sadar menutup selangkangannya dengan satu tangan dan mengangkat gelas teh jahenya dengan tangan lainnya.
Melihat ini Karisa juga tak mau memperpanjang lagi. "Serius dan katakan yg sebenarnya, apa kamu menggunakan teknik dukun atau hal yg serupa?"
"Sebagian besar dukun menggunakan bantuan jin atau mahluk metafisik untuk menyembuhkan pasien. Dukun membentuk kontrak dengan mahluk metafisik dengan imbalan energi kehidupan dari pasien saat menyembuhkan pasien sebagai gantinya dukun menerima uang dari pasien. Simbiosis mutualisme tetapi efek negatif akan jatuh pada pasien karena penyembuhan seperti ini hanya berefek sementara jikapun permanen, energi kehidupan yg di serap akan membuat pasien mengalami banyak penyakit komplikasi di masa depan."
"Serius? Apa kamu memiliki kemampuan melihat mahluk metafisik?" Karisa terlihat tidak yakin dengan penjelasan Nolan.
Nolan mengangguk. "Ada kucing putih ras anggora yg selalu mengikuti mu."
"Itu Mei Mei, kucing kesayangan ku saat masih kecil. Dia mati karena berusaha melindungi ku agar tidak di tabrak motor, bahkan sampai sekarang dia tetap ada untuk melindungi ku." Karisa terkejut sekaligus terharu mengetahui kucing kesayangannya masih ada untuknya tetapi Nolan berbeda.
"Kamu terlalu percaya tahayul nenek moyang. Pertama kucing mu mati karena dia mengejar suatu yg menarik perhatiannya, kedua jiwa kucing mu masih terus mengikuti mu karena kamu masih tidak rela melepaskannya. Keterikatan kuat yg kamu rasakan membuat jiwa mu menciptakan rantai belenggu pada kucing mu sehingga dia tidak bisa kembali ke alam kematian. Itu bukan hal yg baik karena jiwa mahluk yg sudah mati akan berubah manjadi mahluk spiritual jahat jika terlalu lama berada di alam ini."
Karisa terdiam sejenak sebelum berkata. "Jika memang seperti itu, apa yg harus aku lakukan?"
"Tutup mata mu dan relakan kepergian kucing mu, maafkan diri mu dan kucing mu karena tidak tidak bisa bersama lagi. Sisanya serahkan pada ku."
Karisa mengikuti perkataan Nolan, dia menutup matanya dan Nolan mulai memutuskan rantai belenggu yg mengikat leher jiwa Mei Mei.
Tiba tiba Karisa meneteskan air mata di ikuti senyum tulus sebelum perlahan dia membuka matanya dan langsung memeluk Nolan. "Terima kasih, Mei Mei mengusap paha ku sebelum dia pergi."
Nolan tersenyum canggung sambil mengusap pundak Karisa dengan lembut "Bukan Mei Mei, itu tangan ku yg mengusap paha mu untuk memastikan apakah paha mulus mu itu asli atau buatan."
Karisa terdiam, saat itu Nolan yakin jika Karisa pasti akan marah tetapi yg tidak di sangka sangka adalah sebuah bibir lembut rasa apel yg tiba tiba menyentuh bibir Nolan.
Tatapan mereka bertemu, waktu seakan berhenti tapi tidak dengan tangan Nolan yg perlahan turun dari punggung Karisa hingga.....
Pintu klinik terbuka.
Langkah berderap ringan masuk. Seorang wanita muda, anggun, dengan rambut panjang terurai, mata tajam penuh keyakinan. Mengenakan blazer krem dan dress selutut. Auranya langsung memenuhi ruangan.
Nolan terkejut dan dunia seakan berhenti.
“Dinda...?” ucapnya nyaris tak bersuara dan Nolan dengan panik mendorong Karisa menjauh.
Wanita itu tersenyum kecil. “Halo, Nolan.”
Karisa menoleh dengan ekspresi bingung. “Kamu kenal dia?”
Nolan terdiam. Terlalu banyak yang hendak dikatakan, tapi lidahnya kelu.
Dinda melangkah masuk dan duduk tanpa diminta. Ia meletakkan tas tangan di pangkuannya, matanya berganti-ganti menatap Nolan dan Karisa.
"Aku dengar klinik mu luar biasa sekarang" katanya datar.
Nolan menelan ludah. “Apa yang kamu lakukan di sini?”
Dinda tersenyum kecil. “Aku sedang mengurus kerja sama bahan baku herbal dan... seseorang bilang padaku kalau kau kembali. Jadi, kupikir... kenapa tidak mampir?”
Karisa menatap tajam. “Seseorang?”
Dinda mengangguk ringan. “Arya.”
Suasana langsung menegang.
Nolan berdiri. “Jadi... kau bersamanya sekarang?”
Dinda tidak menjawab. Tapi dari sorot matanya, jawabannya sudah jelas.
“Dia... bilang banyak hal,” lanjut Dinda. “Tentang klinik mu, tentang kemampuan aneh mu, tentang keluargamu.”
Nolan mengepalkan tangan.
“Dia bilang... kau membiarkan orang tuamu mati karena eksperimen bodoh ayahmu.”
Karisa berdiri sekarang. “Cukup.”
Dinda menatap Karisa. “Maaf dan kau siapa?”
Karisa mendekat setengah langkah. “Rekan bisnisnya dan orang yang berdiri di sini waktu semua orang justru memilih pergi.”
Dinda tak berkata-kata. Untuk sesaat, hanya suara AC dan detak jam di dinding yang terdengar.
Nolan menarik napas panjang. “Dinda, kenapa kau datang ke sini sebenarnya?”
Wanita itu menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca. “Aku ingin melihat... apakah yang dikatakan Arya benar. Bahwa kau berubah, bahwa kau bukan lagi lelaki yang kutinggalkan dulu.”
Nolan tersenyum getir. “Aku memang berubah. Tapi bukan karena Arya dan bukan untukmu.”
Setelah Dinda pergi, Karisa duduk kembali. Wajahnya sulit dibaca, tapi Nolan bisa merasakan amarah dan luka dalam diamnya.
“Aku tidak tahu... dia akan datang,” ucap Nolan pelan.
Karisa menoleh. “Tapi kamu tahu dia masih punya kekuatan untuk menyakitimu.”
Nolan diam.
“Arya tak hanya mencuri seseorang darimu, Nolan. Dia mencoba menghancurkan hidupmu… karena dia tahu dia tak akan pernah sebaik kamu.”
Nolan perlahan membuka file USB yang Karisa berikan sebelumnya dan di sanalah—semuanya jelas.
Arya terlibat langsung dalam proyek yang dilakukan pada orang tua Nolan. Ia memberi laporan yang menyesatkan, mendorong percobaan bahaya dan menyabotase hasil uji coba. Ia menggunakan posisinya untuk menggiring opini bahwa kedua orang tua Nolan menghilang karena ambisi mereka sendiri.
Tapi di balik semua itu... adalah rasa cemburu.
Rasa ingin merebut sesuatu atau seseorang yang tidak pernah benar-benar miliknya.
Malam itu, Nolan berdiri di atap klinik, menatap langit. Dunia yang tenang menyimpan ribuan luka yang tak terlihat.
Tapi sekarang, ia tahu satu hal: kebenaran harus dibuka.
Bukan demi balas dendam. Tapi demi keadilan. Demi keluarganya. Demi semua pasien yang mempercayainya.
Dan demi dirinya sendiri—yang akhirnya memilih untuk tidak lari lagi.
Sistem Penjaga Malam memunculkan notifikasi baru:
> [Sinkronisasi Emosi: 61%]
Skill Baru Tersedia: Spiritual Mindset
Efek: Tetap tenang dan berpikir jernih saat situasi apapun.
Nolan tersenyum tipis.
"Jadi ini salah satu kemampuan seorang penjaga malam, pantas saja pak Yana hidupnya terlihat enjoy tanpa masalah."