Kontrak Pernikahan

Bintang masuk kedalam rumahnya, dilihatnya sang ibu sedang sibuk membuat kue.

"Sudah pulang, Sayang. Bagaimana apa kencanmu menyenangkan?" tanya Ratih kepada putrinya.

"Lumayan," jawab Bintang.

"Lho itu baju siapa Sayang?" tanya Ratih saat melihat baju yang di pakai putrinya

"Oh..tadi baju Bintang sobek, jadi Bintang minjem baju ini ke cowok aneh itu," jawab Bintang santai.

"Kalian nggak macem-macemkan?" selidik Ratih.

"Ibu ini apaan sih, masa iya Bintang macem macem sama cowok yang baru Bintang kenal," jawab Bintang lagi.

"Kirain," canda Ratih.

"Bu, Bintang ganti baju dulu ya. Setelah itu baru Bintang bantuin Ibu."

"Iya Sayang, terimakasih ya karena kamu sudah mau mengerti keadaan ibu."

Bintang memeluk ibunya sebentar.

"Bintang yang harusnya berterima kasih sama ibu karena ibu sudah bekerja keras buat besarin Bintang sama kakak, terimakasih ya ibuku," ucap Bintang kemudian dia berlari menuju kamarnya.

Ratih merasa sangat beruntung memiliki anak-anak yang selalu perhatian dan bisa menerima keadaan ekonominya.

Bintang yang selalu ceria dan selalu membuatnya tertawa dalam situasi apapun. Dan anak pertamanya, Mentari yang selalu membanggakannya.

Meski sekarang dia ikut suaminya ke luar negeri.

Sementara di tempat lain, Rangga segera ke rumah orang tuanya, saat mamanya menyuruhnya datang.

"Mama, ada apa nyuruh Rangga kesini?" tanya Rangga.

"Sini Sayang, mama mau bicara sama kamu!" jawab Mia sambil menepuk-nepuk sofa di sebelahnya.

"Ada apa sih Ma?" tanya Rangga lagi.

"Menurutmu Bintang bagaimana?" tanya Mia dengan antusias.

"Biasa saja," jawab Rangga yang mengerti arah pembicaraan mamanya.

Mia menggenggam tangan putranya.

"Rangga, mama mohon lupakan dia.Tata hidupmu kembali, bukalah hatimu untuk orang lain. Raihlah kebahagiaanmu, Nak" ucap Ratih.

"Rangga tidak ingin membicarakan itu lagi, Ma." Rangga melepaskan genggaman tangan mamanya.

"Kalau tidak ada hal yang ingin mama bicarakan lagi, Rangga pergi."

Rangga berdiri dari tempatnya duduk dan berjalan meninggalkan mamanya.

Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara isakan tangis. Ya suara itu suara tangis sang mama.

"Ma, mama jangan menangis lagi, Ma. Sejak kepergian Papa mama selalu saja menangis. Rangga paling tidak suka melihat mama menangis," Rangga menghampiri mamanya lagi dan menghapus air mata mamanya.

"Rangga, mama hanya ingin melihatmu kembali seperti dulu. Sejak kejadian itu, mama tidak pernah melihat senyum kebahagiaan di matamu. Kamu seperti bukan Mama. Mama yakin almarhum papamu juga akan sedih melihatmu seperti ini." Tangis Mia semakin pecah.

Rangga memeluk mamanya untuk menenangkannya.

"Berjanjilah Nak, bahwa kamu akan melupakan kejadian itu. Kamu akan menata hidupmu kembali dan meraih kebahagiaanmu," pinta Mia pada putranya.

"Rangga akan berusaha ,Ma," jawab Rangga.

"Sayang, sepertinya Bintang adalah gadis yang tepat untukmu. Dia gadis yang selalu ceria dan bersemangat. Mama yakin dia bisa membantumu melupakan masa lalumu."

"Mama harap kamu mau menikah dengan Bintang, berjanjilah kalau kamu akan menikahinya!" pinta mamanya sungguh-sungguh.

Rangga menatap mata mamanya dari sana terlihat harapan mamanya yang begitu besar untuknya.

"Iya, Ma. Rangga janji." Dengan terpaksa Rangga mengucapkan janji yang di minta mamanya guna menenangkan hati sang mama.

Mendengar itu Mia sangat bahagia.

"Istirahatlah Nak! Pasti seharian kamu capek," suruh Mia pada putranya.

"Mama juga istirahatlah, jangan berpikiran macam-macam."

Mia mengangguk, dia sangat senang karena janji putranya itu.

Rangga masuk kekamarnya. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur king miliknya.

Dia menatap langi-langit kamarnya, kemudian dia berjalan mendekati meja yang ada di dalam kamarnya. Di ambilnya sebuah kunci dan di bukanya laci tersebut.

"Ini semua gara-gara dirimu, aku tidak tahu apa aku bisa membuka hatiku untuk orang lain. Karena kamu, aku tidak percaya yang namanya cinta," ucap Rangga sambil menatap foto yang berada di dalam laci tersebut.

Kemudian dia menutup laci itu kembali. Dan kembali merebahkan tubuhnya.