KARMA
Sebelum membaca karya ini alangkah baiknya jika membaca karya pertamaku yang berjudul Aku Bukan Pelakor, agar bisa mengikuti jalan ceritanya.
Karya KARMA ini menceritakan tentang pembalasan pengkhianatan yang di lakukan julio kepada istri dan anak-anaknya.
Julio bukan hanya mengkhianati istrinya namun ia membohongi ana dengan mengaku lajang untuk mendapatkan hati dan tubuh ana, selain itu ia juga di duga menggelapkan dana perusahaan tempatnya bekerja serta perusahaan milik istrinya.
Lalu apa sajakah KARMA yang akan di terima oleh julio?
Semuanya akan di ceritakan di Novel ini.
Terima kasih, selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Setelah beberapa hari retno banyak mengurung diri di kamarnya, perlahan ia mulai bangkit dan kenyataan jika dirinya adalah ODHA (orang dengan HIV/AIDS).
Retno membuka tabungan pendidikan rangga dan rama, kemudian ia mulai menghitung dan menyusun anggaran dana pendidikan anak-anaknya agar suatu saat jika dirinya tak mampu bertahan dengan penyakit yang di deritanya, anak-anaknya tetap mendapatkan pendidikan yang layak.
"Aku harus mampu melewati ini semua demi anak-anak." Gumamnya, ia terus memberikan afirmasi positif untuk dirinya sendiri agar pikiran-pikiran negatif pergi.
Ia ingin anak-anaknya sukses meski pun kecil kemungkinan bagi retno untuk menyaksikan dan mendampingi kesuksesan anak-anaknya.
Retno menghela nafasnya sesaat kemudian ia mengenakan masker sebelum ia keluar dari kamarnya.
"Pagi sayang, hari ini umi ntar ke sekolahnya ya." Sapa retno kepada putra sulungnya, sambil retno menuangkan susu ke dalam gelas rangga.
"Yee... umi sudah sehat." Rangga sangat senang melihat uminya terlihat lebih sehat.
"Ayo di habiskan sarapannya, umi ke adek dulunya." Retno mengelus kepala rangga kemudian ia menghampiri rama.
"Biar aku saja bik." Retno mengambil alih memandikan rama.
"Jika tiba dimana hari aku tiada, aku harap anak-anak sudah mandiri." Gumam retno, matanya kembali berkaca-kaca, namun ia mencoba tersenyum sambil mengajak rama bernyanyi bersamanya.
Tak lama kemudian rangga menghampiri umi dan adeknya.
"Umi berangkat yuk sudah siang." Ajak rangga.
"Ya sebentar." Retno merapihkan pakaian rama.
"Mau cium adek?" Retno mendekatkan rama pada rangga, rangga bukan hanya mencium rama, ia juga mengelus rama dengan lembut.
"Sayang adek ya, kalo umi nanti tidak ada mas jagain adeknya."
"Memangnya umi mau kemana?"
"Mmm... maksud umi jika umi kerja atau umi sedang tidak ada di rumah, mas jagain adek di rumah."
"Ooh, itu sih pasti umi."
"Ya sudah yuk kita berangkat." Retno memberikan rama kepada asistennya kemudian ia mengantar rangga ke sekolah.
Setelah mengantar rangga ke sekolah retno menuju ke rumah sakit, ia memilih rumah sakit yang lokasinya jauh dari rumahnya, ia tak ingin ada orang yang mengetahuinya terlebih cakra.
Perasaannya sangat cemas ketika ia menunggu antrian, retno menundukan kepalanya agar tidak ada orang yang mengenali dirinya, selain itu ia juga menyiapkan mental untuk mendengarkan kemungkinan terburuk yang akan dokter katakan padanya.
Begitu namanya di panggil oleh perawat, retno menoleh ke kanan dan kekiri memastikan tidak ada orang yang ia kenali, barulah ia melangkah masuk ke ruangan pemeriksaan.
Didalam ruangan dokter menjelaskan jika HIV merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
Kemudian dokter menjelaskan tentang mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, jika AIDS tidak dapat menular lewat kontak sosial seperti alat makan / minum , berjabat tangan, berpelukan, bersentuhan pakaian, menggunakan WC umum bersama dan juga melalui gigitan nyamuk.
Retno sedikit lega dengan penjelasan dokter, artinya ia tetap bisa berinteraksi seperti biasanya dengan keluarga dan anak-anaknya.
Setelah menjabarkan dengan detail mengenai HIV menyarankan tes laboratorium untuk retno yang meliputi tes CD4, viral load, dan kekebalan obat.Untuk menentukan tingkat keparahan infeksi HIV, dan memutuskan jenis obat yang akan dikonsumsi.
Selain itu dokter juga menyarankan retno untuk menjalani pemeriksaan kesehatan lain. Pemeriksaan tersebut mencakup tes infeksi menular seksual, tes fungsi hati dan ginjal, tes rontgen dada, atau penyakit lain, seperti tes hepatitis.
Dan terakhir dokter menyarankan retno untuk mendapatkan pendapingan psikolog, terlebih retno sedang menjalani proses perceraian dan harus survive untuk anak-anaknya, retno butuh dukungan dari orang yang tepat.
Retno menganggukan kepalanya, ia bersedia menjalani semua rangkaian tes kesehatan fisik dan mentalnya demi agar ia bisa mendampingi anak-anaknya lebih lama.
Karena keterbatasan waktu, retno tidak bisa menjalani seluruh tes tersebut dalam satu hari, ia menunda sebagian tesnya di keesokan harinya.
"Semoga nanti hasilnya tidak seburuk apa yang aku fikirkan." Gumamnya dalam hati, ia bergegas berjaan menuju parkiran.
Di parkiran tanpa sengaja ia berpapasan dengan cakra, retno langsung membalikan tubuhnya menghindari cakra namun sayangnya cakra telah terlebih dahulu melihatnya.
"Retno..." Cakra berlari menghapiri retno, mau tidak mau retno menoleh ke arah cakra.
"Ia mas." Retno nampak gugup melihat cakra.
"Kamu sedang apa di sini??" Tanya cakra penasaran.
"Kamu sakit? kenapa tidak menelephoneku saja." Tanya cakra kembali.
"Ti-tidak, aku baik-baik saja. Aku kemari ingin menjenguk temanku yang di rawat di rumah sakit ini. Mas sendiri?"
"Aku ada keperluan, pulang bareng yuk." Ajak cakra.
"Tidak perlu repot-repot mas, aku bawa motor." Tolak retno.
"Mana kunci motormu?"
"Untuk apa mas?"
"Mana?" Pinta cakra, dengan ragu-ragu retno memberikannya.
"Kamu ikut pulang denganku, nanti security rumah sakit ini yang akan mengantarkan motormu."
"Tapi mas."
"Wajahmu itu terlihat lelah sekali, aku tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi, ayo masuklah ke mobilku."
Karena kunci motornya sudah di tangan cakra mau tidak mau retno ikut dengan cakra.
Sepanjang perjalanan menuju kediaman retno, keduanya mengobrol ringan, cakra menanyakan kondisi retno.
"Oh ia mas, aku lupa ganti biaya kerusakan mobil mas cakra."
"Kamu tidak perlu memikirkan mobilku, mobilku baik-baik saja, aku justru mengkhawatirkan kondisimu." Cakra menatap ke arah retno, membuat retno salah tingkah.
"Sudah sampai mas, aku turun dulu ya. Terima kasih, assalamualaikum." Retno menundukan kepalanya kemudian keluar dari mobil cakra.
Empat bulan kemudian, setelah retno melewati masa iddah, cakra mengajak mengajak retno makan malam bersamanya.
Awalnya retno menolak ajakan cakra, namun tak hentinya cakra terus membujuk retno bahkan ibunda retno pun ikut membujuk retno untuk keluar dengan cakra.
"Sesekali kamu me time, keluarlah biar rangga dan rama bersama ibu."
"Tapi bu..."
"Sudah sana, cakra sudah menunggumu dari tadi"
Dengan desakan dari ibundanya, retno pun menuruti untuk keluar makan malam bersama cakra.
Cakra mengajak retno makan malam romantis di wilayah Kotagede, Jogja. Retno cukup terkejut ketika datang ke restoran bernuansa klasik dan cukup legendaris tersebut pasalnya ia hanya mengenakan pakaian yang sangat sederhana.
Usai menikmati makan malamnya, cakra mengungkapkan perasaannya yang selama ini ia pendam kepada retno.
"Retno maukah kamu menikah denganku?" Tanya cakra sambil menatap mata retno.
sungguh menguras air mata, tapi sangat puas n byk pelajaran yg bisa diambil dlm cerita ini
sungguh sangat terharu dgn novel ini