Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ajakkan nikah dari Evan.
“Makan dulu sayang, kamu pasti capek setelah pergulatan kita semalam.”
Evan meletakkan susu dan sandwich untuk dewi, dia menyadari jika ulahnya semalam membuat dewi menjadi tidak dapat masuk sekolah hari ini.
“Terima kasih kak, trus sarapan kakak mana..? Kog cuma buat aku aja.”
Dewi melihat sanwich dan juga susu yang hanya untuk satu orang saja, Evan tersenyum manis menatap dewi. Dia tahu jika dewi akan mengkawatirkan dirinya, dengan perlahan Evan mendekat dan menarik tangan dewi yang sedang memegang sandwich.
Evan sedikit memakan sanwich yang di pegang dewi, dia melirik menatap dewi sekilas. Evan ingin memastikan apakah dewi akan marah atau tidak, tapi dapat Evan lihat jika dewi tersenyum manis menatap Evan.
“Kita makan bersama kalau gitu kak.”
Dewi memakan tepat di bekas gigitan Evan, mereka menikmati sarapan dengan sepotong sandwich dan susu yang Evan bawa.
Beberapa jam berlalu, tepat pukul satu siang dini dan Deri berpamitan akan keluar ke kota BBB. Mereka tengah bersiap dengan memakai pakaian yang terlihat rapi, membuat penampilan Deri dan dini bagai akan menghadiri pertemuan dengan para pejabat.
“Ma… mau kondangan aja pakaiannya rapi banget, apa acaranya memang formal banget ya…”
“Tentu saja sayang, pernikahan anak relasi bisnis papa ini juga akan di hadiri beberapa pejabat. Jadi mama dan papa juga harus berpakaian seformal ini, sebenarnya mama mau ajak kamu. Mau mama kenalin sama teman papa kamu, anaknya ganteng dan sukses walau dia masih muda. Tapi kata papa jangan sekarang, karena waktunya tidak pas. Dan bisa jadi anak teman papa tidak ikut ke acara, mungkin lain kali kita bisa undang mereka makan malam bareng di ruah kita.”
Dini berceloteh di samping dewi yang berjalan bersamanya, tapi tanpa mereka sadari Evan dapat mendengar percakapan dini dan juga dewi. Evan tanpa sadar menggepalkan tangannya erat, dia merasa kesal karena dewi seperti akan di jodohkan.
“Boleh ma, kapan kapan kita undang mereka.”
Ucap dewi yang tidak enak hati jika menolak keinginan mamanya, Deri yang mendengar obrolan kedua wanita beda usia tersebut hanya terdiam.
“Van, apa kamu ada niatan akan pulang ke rumah papa dan mama kamu. Sepertinya om lihat kamu tidak pernah mengunjungi mereka..?”
“Iya om, rencana bulan depan aku akan pulang. Kebetulan bulan depan juga sudah liburan, jadi aku ingin pulang. Kebetulan papa juga menyuruhku pulang mengurusi usaha di kota K, jadi sekalian liburan sekalian ngurusi usahanya milik papa.”
Deri menepuk pundak Evan pelan, dia bangga dengan Evan yang selalu siap membantu kedua orang tuanya. Walau sedikit nakal, tapi Evan terlihat sangat menyayangi kedua orang tuanya.
“Bagus, om bangga sama kamu. Oh iya gimana hubungan kamu dengan caca, apa kalian ada rencana akan menikah.”
Evan menggelengkan kepalanya, Deri yang melihatnya menautkan kedua alisanya.
“Apa ada yang terjadi…?”
“Ceritanya panjang om, yang penting aku tersadar sebelum aku terjebak.”
“Maksud kamu…?”
Belum juga Evan menjawab rasa penasaran Deri, tiba tiba suara cempreng dini menghentikan obrolan dua pria tampan tersebut.
“Pa… ayo, keburu sore. Ngobrolnya di lanjut nanti aja sepulang dari kota BBB.”
Deri melihat dini yang sudah bersiap akan masuk mobil, Deri pun mengayunkan tangannya memberi tanda jika dia akan segera menghampiri istrinya.
“Baiklah kita sambung nanti sesudah om pulang dari kota BBB, om titip dewi ya. Mungkin om dan tante akan pulang sedikit malam, kamu baik baik di rumah dengan dewi ya.”
Deri segera berlalu dari depan Evan, dia segera menghampiri dini di kursi penumpang, hari ini Deri sengaja mengajak supir pribadinya karena rasa lelah kemarin sehabis bepergian masih terasa.
Dewi dan Evan melambaikan tangan mengantarkan kepergian dini juga Deri, setelah mobil kedua orang tua dewi tidak tampak. Dengan segera Evan memeluk pinggang dewi, sedangkan dewi yang terkejut karena ulah Evan berusaha melepaskan tangan kekasih sekaligus kakaknya tersebut.
“Kak… lepas, nanti bibik lihat.”
Evan semakin mempererat pegangan tangannya, rasa kesal karena perkataan dewi saat mengobrol dengan dini masih Evan ingat.
“Biar bibik lihat sekalian dan aku berharap bibik bilang sama kedua orang tua kamu mengenai kita, aku juga akan mencium kamu di depan bibik kalau perlu.”
Dewi memelototkan kedua matanya menatap Evan yang akan berulah, dia kesal dengan penuturan Evan yang tidak ada filternya.
“Jangan gila deh kak.”
Dewi dengan kasar melepaskan tangan Evan, merasa tangan Evan terlepas dan dewi sudah bisa terbebas dari Evan. Dia segera berlari menuju ke kamarnya, dia tidak ingin Evan melakukan hal yang tidak di inginkan.
Evan yang melihat dewi berlari berusaha mengejarnya, saat dewi kan menutup pintu kamarnya dengan sigap Evan menahan pintu kamar dewi.
“Kak Evan…!!”
“Hmm…”
Dewi yang merasa tenaganya tidak sebesar tenaga Evan akhirnya menyerah, dia membiarkan Evan masuk ke dalam kamarnya.
Setelah menutup pintu, Evan mendekati dewi yang memunggunginya, dia memeluk dewi dari belakang.
“Apa kamu masih belum puas dengan aku, Hmm…”
Bisik Evan di telinga dewi, mendengar ucapan Evan dewi mengeryit heran. Dia tidak paham apa yang Evan ucapkan.
“Maksud kakak…?”
“Kalau kamu masih belum puas dengan ku, aku bisa membuat kamu merasa puas dan tidak akan berpaling melihat cowok lain.”
Dewi yang kesal membalikkan tubuhnya menghadap Evan, dia menatap Evan dengan alisanya yang bertaut.
“Apa maksud omongan kakak, pasti kakak ingin minta jatah lagi kan…? Apa tidak puas semalam, sampai kita melakukannya sampai hampir pagi. Aku capek kak…”
Evan melihat wajah kesal dewi, dia segera mencium singkat bibir dewi yang terlihat menggoda di depan matanya.
“Maksud aku, apa kamu tidak puas hanya denganku. Sampai kamu menerima ajakan tante dini untuk di perkenalkan dengan anak dari teman om Deri.”
Setelah mendengar penjelasan Evan seketika dewi tertawa, dia merasa sikap cemburu Evan seperti anak anak. Padahal umur Evan sudah tidak kecil lagi.
“Hahaha… bukan begitu kak, aku hanya tidak enak dengan mama jika aku tiba tiba menolak permintaan mama. Kakak tahu sendirikan aku ini anaknya penurut banget sama orang tua, jadi kakak ceritanya cemburu nih.”
Dewi memegang kedua pipi Evan sedikit kesusahan, tinggi badan Evan yang berkisar 183 cm membuat dewi mendongak menatap evan. Dewi yang hanya mempunyai tinggi badan 163 cm, selalu kesusahan jika ingin mencium ataupun mengusili Evan.
“Kita nikah aja yuk, aku takut kamu akan menjadi milik orang lain jika tidak secepatnya aku menikahi kamu.”
Dewi langsung melepaskan kedua tangannya dari pipi Evan, dia kesal dengan Evan yang berulang kali mengajaknya menikah.
“Jika aku hamil aku akan siap menikah dengan kakak.”
Evan yang mendengar ucapan dewi tersenyum penuh arti, dia mengingat jika saat mereka bersatu Evan tidak pernah memakai pengaman sama sekali.
“Oke… kita lihat dua bulan lagi, aku akan melamar kamu ke om dan tante. Dan bersiaplah kita akan segera menikah.”