Sifa tidak pernah menyangka dengan nasib nya, ia harus menjadi Pengantin Pengganti, Kakak kandung nya sendiri yang tiba-tiba kabur di hari pernikahan nya sendiri.
Bagaimana Kisah nya.. hanya di Novel Pengantin Pengganti
Follow Me :
Ig : author.ayuni
Tiktok : author.ayuni
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Revan sudah sampai rumah, ia memarkirkan mobil di garasi seperti biasanya. Ia lalu turun dan berjalan menuju pintu samping rumah, saat Revan akan membukanya ternyata pintu tidak dapat dibuka karena di kunci dari dalam.
" Kok tumben pintunya dikunci dari dalam " gumam Revan.
Ia lalu mengambil ponsel berniat menghubungi Sifa.
Tuut
Tuut
Sifa : " Halo Mas "
Revan : " Kamu dimana ? "
Sifa : " Di rumah Mas "
Revan : " Tolong bukakan pintu samping "
Sifa : " Oh oke "
Klik
Sambungan telepon terputus.
Tidak lama terdengar Sifa membuka kunci pintu, pintu terbuka.
" Kok tumben di kunci dari dalam ? " tanya Revan masuk kedalam rumah.
" Tadi aku shalat asar ke kamar, khawatir ada yang masuk jadi aku kunci slot dari dalam " jawab Sifa sambil berjalan mengekori Revan.
" Hmm.. " Revan hanya mengangguk, lalu ia mengedarkan pandangan mengendus-endus aroma masakan yang cukup menyengat.
" Kamu masak ? " tanya Revan lagi.
" Euh.... Hehe " Sifa hanya mengangguk lalu tertawa kecil sedikit dipaksakan, ia berharap sebelum Revan pulang masakan yang ia buat sudah siap, namun keadaan berkata lain, ia masih proses memasak Revan sudah lebih dulu pulang.
Revan berjalan ke dapur, melihat sekilas wajan yang berisi masakan yang Sifa buat.
" Kayanya enak nih.. Aku bersih-bersih dulu ya.. Nanti kalo udah siap kabarin " ucap Revan.
" Iya Mas.. " susul Sifa.
Revan berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya, sedangkan Sifa kembali dengan aktifitasnya di dapur.
Setelah masakannya sudah siap, Sifa langsung memindahkan masakannya ke piring saji lalu menyimpannya di meja makan. Ia berniat untuk memanggil Revan, karena pesannya tadi jika sudah siap Revan meminta untuk dikabari, namun saat Sifa melihat dapur, terlihat dapur sedikit berantakan.
Ia pun merasa bertanggung jawab untuk merapikan kembali dapur nya. Ia berjalan untuk merapikan dapur menyimpan beberapa peralatan kotor ke wastafel karena ia akan mencucinya sekalian jika ia dan Revan sudah makan.
Disaat yang bersamaan, Revan sudah berada di belakang Sifa, ia menghampirinya dengan tiba-tiba tangan Revan merangkul pinggang Sifa.
" Udah selesai ? " ucap Revan.
" Astagfirullah.. " Sifa terhenyak kaget.
Sifa menoleh ke arah Revan, dengan spontan melepaskan rangkulan suaminya, ia melihat Revan sudah mandi dengan menggunakan pakaian rumahan dan rambut yang sedikit masih basah.
" Kenapa ? Liat hantu kamu ? " tanya Revan.
" Mas kenapa ngagetin aku " ucap Sifa.
" Kamu ngelamun ya, gak sadar aku daritadi dibelakang kamu "
Sebetulnya bukan kaget karena kedatang Revan, namun Sifa kaget karena tiba-tiba Revan merangkul pinggangnya, Sifa sudah terbiasa dengan ucapan-ucapan Revan yang membuat jantungnya serasa bersorak gembira, namun tidak dengan sentuhan yang membuat nya masih merasa risih.
Revan memperhatikan Sifa yang sedikit salah tingkah, Sifa pun tersadar jika ia diperhatikan oleh suaminya.
" Kenapa masih diem disitu Mas ? " tanya Sifa berusaha menetralkan suasana hatinya.
" Aku nunggu kamu " jawab Revan.
" Mau makan sekarang ? " tanya Sifa lagi.
" Kalau kamu ? "
" Ya udah ayo " Sifa lalu mengambil dua piring ia bawa ke meja makan.
Revan sudah duduk di kursinya, Sifa pun sama, ia lalu mengambil nasi dan lauk di piringnya, Revan masih menunggu, Sifa menoleh sekilas lalu ia berikan piring yang berisi nasi dan lauk kepada Revan, ia berinisiatif.
Benar saja Revan menyambutnya dengan tersenyum.
" Terima kasih " ucap Revan.
" Sama-sama Mas " balas Sifa.
Lalu ia lanjut mengambil nasi dan lauk untuk dirinya sendiri. Mereka mulai makan bersama, hening.. Hanya terdengar suara sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring.
" Ehem ..." Revan memecah keheningan.
Sifa menoleh ke arah suaminya.
" Oya tadi Mama hubungin aku " ucap Revan memulai pembicaraan.
" Hmm.. Gimana Mas ? "
" Minggu depan, sodara sepupuku nikah, anaknya Tante Reni, kita diminta hadir " ucap Revan sambil kembali menyuapkan nasi ke mulutnya.
" Tante Reni ? " Sifa merasa tidak asing dengan nama itu.
" Iya, adiknya Mama, waktu kita nikah juga mereka hadir, cuma mungkin kamu belum ngeuh sama mereka " susul Revan.
" Oh ya " Sifa manggut-manggut.
" Minggu depan kamu gak ada kuliah yang mendesak kan ? " tanya Revan.
" Memangnya hari apa ya Mas ? Nikah nya bukan disini ? " Sifa tanya balik.
" Hari sabtu kalo di undangannya, bukan disini, tapi di luar kota jadi kemungkinan satu atau dua hari sebelum hari H kita sudah pergi kesana " jawab Revan.
" Kalo di jadwal gak ada sih Mas, kuliah biasa aja "
" Kalau gitu, kamu izin aja dari sekarang, aku juga mau ambil cuti " susul Revan.
" Hmm " Sifa mengangguk.
Tidak lama terdengar dering telepon dari ponsel Revan, ia pun segera menyelesaikan makannya, lalu meraih ponselnya.
" Halo "
Revan sedikit menjauh, Sifa sudah terbiasa, karena walaupun Revan berada di rumah ia perhatikan selama 24 jam ia tidak pernah lepas dari ponselnya. Yang ia tahu itu pasti telepon dari rumah sakit.
Tidak lama Revan kembali ke meja makan, disana Sifa masih harus menghabiskan makannya yang tinggal beberapa suap.
" Dari siapa Mas ? " tanya Sifa sedikit penasaran.
" Dari rumah sakit " jawab Revan.
Benar dugaan Sifa.
" Kerjaan aku ya begini, walaupun selesai praktek, tapi ponselku tidak akan pernah berhenti untuk berdering, kamu harus tahu, biasanya yang menghubungiku itu dokter-dokter muda yang mau konsul atau perawat yang mengkonsulkan pasien-pasien yang sedang dirawat, ya seputar itu " Revan menjelaskan.
" Hmm " Sifa mengangguk.
" Jadi kalau seandainya kamu lihat aku terus pegang ponsel, aku fokus nya ke ponselku bukan berarti aku iseng chating, iseng ngobrol, aku cuek ke kamu, tapi memang aku membalas konsulan-konsulan terkait pasien " Revan kembali menjelaskan.
Sifa kembali mengangguk.
" Kamu udah tahu kan sekarang, jadi aku harap kejadian tempo hari yang waktu kamu minta anter ke pasar, tiba-tiba kamu bete, marah, pergi sendiri, gak terulang lagi.. " ucap Revan tiba-tiba.
Sifa pun sebenarnya sudah hampir lupa kejadian itu, tapi ia tidak menyangka jika Revan masih mengingatnya.
" Hmm.. " Sifa memutar bola matanya.
Revan hanya tersenyum sekilas.
" Aku ke kamar dulu ya, kamu lanjutkan makannya " Revan beranjak dari duduknya, berjalan melewati Sifa.
Baru saja beberapa langkah, Revan kembali membalikkan badannya, ia menghampiri Sifa yang masih betah di posisinya.
" Oya satu lagi.. Masakan kamu kali ini enak banget.. Terima kasih ya.. " ucap Revan membuat jantung Sifa meronta-ronta.
Wajahnya ia pastikan sedikit memerah karena ucapan Revan.
Revan tersenyum kecil, ia mengacak lembut pucuk kepala Sifa, lalu kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamar.
Sifa memperhatikan Revan hingga tidak terlihat dari pandangannya.
Aaa.... Mas Revan... jangan bikin aku jatuh cinta sama kamu Mas...
🌺🌺🌺
Jangan lupa untuk dukung author dengan vote, like dan komennya ya..
mungkin blm mau di publisk🤔🤔