Suatu hari hidup seorang pangeran bernama Afnan Azkiya yang mendapatkan julukan pangeran tertampan di dunia dan dia bertunangan dengan putri kerajaan paling cantik di benua manusia.
namun konflik antara kerajaan mereka terjadi karena ada Kerajaan yang telah menipu kerajaan tunangannya dengan surat palsu agar mereka berperang yang membuat kerajaan sang pangeran hancur lebur dan dia dijadikan selir pertama laki-laki di dunia dengan penuh hinaan dan ejekan namun suatu hari ternyata kebenaran terungkap yang membuat sang pangeran mencari kerajaan mana yang bersengkongkol untuk membuat kedua kerajaan berperang.
Inilah kisah seorang pangeran yang mencari kerajaan yang membuat kedua kerajaan berperang namun siapa sangka ternyata sang pangeran memiliki takdir yang lebih sulit daripada itu yang membuat dia harus melawan seluruh dunia,takdir apakah itu? ikuti kisah sang pangeran yang menantang seluruh dunia demi membalas dendam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEZA KUSUMA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Cinta Dan Ancaman
Pagi pun tiba
Cahaya mentari pagi menembus jendela, menyentuh lembut wajah Afnan Azkiya yang perlahan membuka matanya. Kesadarannya kembali, dan seketika ia mencoba bangkit dari ranjang. Namun baru beberapa langkah ia melangkah, tubuhnya lemas dan terjatuh keras ke lantai.
Suara jatuh itu mengejutkan Putri Delisa yang baru saja masuk membawa ramuan herbal. Dengan cepat, ia berlari mendekat dan membantu Afnan Azkiya bangkit. Ia membimbingnya kembali ke tempat tidur, memastikan tubuhnya kembali bersandar nyaman di balik selimut.
“Bahir, tubuhmu belum sepenuhnya pulih... kenapa kau memaksakan diri?” kata Putri Delisa lembut, matanya memancarkan kekhawatiran tulus.
Afnan Azkiya bertanya dengan serius"Siapa... tabib yang menyembuhkan kutukan dan jiwaku? Siapa orang jenius itu?”
Putri Delisa menggelengkan kepalanya menjawab dengan lembut "aku tidak tahu pasti.namun menurut para prajurit yang membawanya kesini namanya Bella Shafira dia wanita berumur tiga puluh tahun dan dia memiliki pupil mata yang berbeda dari manusia biasa dia memiliki pupil mata berwarna hijau terang."
Afnan Azkiya terdiam. Nama itu menggema di benaknya, membawa ingatan samar yang bercampur rasa penasaran dan kenangan masalalu. Namun tubuhnya terlalu lemah untuk berpikir lebih dalam. Bekas kutukan dan pertarungan jiwa masih menyisakan nyeri di sekujur tubuhnya—bahkan untuk bernapas pun ia merasa sesak.
Melihat raut kesakitannya, Putri Delisa tersenyum lembut. “Istirahatlah dulu. Aku harus mengurus beberapa hal penting di istana. Siang nanti, aku akan kembali. Untuk sementara, aku meninggalkan dua pelayan wanita dan penjaga di depan kamarmu. Bila butuh sesuatu, panggil mereka saja.”
Afnan Azkiya mengangguk lemah ,berkata dengan lembut. “Terima kasih, Putri... telah membantuku selama ini.”
Putri Delisa tersenyum, menggeleng pelan. “Kau kekasihku, Bahir. Tentu saja aku akan selalu ada untukmu.”
Ia lalu duduk di samping ranjang, menyuapi Afnan Azkiya dengan ramuan herbal hangat. Wajahnya penuh perhatian, gerakannya lembut. Setelah itu, ia menarik selimut hingga menutupi dada Afnan Azkiya, menepuk pelan bahunya agar beristirahat dengan tenang.
Sebelum pergi, Putri Delisa memberikan senyuman manis—hangat dan penuh kasih. Lalu meninggalkan kamar tanpa suara, membiarkan Afnan Azkiya terlelap kembali dalam damai.
1 jam berlalu.
Suasana kamar masih sunyi, hanya suara napas Afnan Azkiya yang lemah mengisi keheningan. Namun, pintu kamar tiba-tiba terbuka perlahan. Seorang wanita berusia sekitar dua puluh delapan tahun melangkah masuk dengan anggun namun penuh wibawa. Wajahnya menampakkan garis ketegasan yang halus, dan sorot matanya menyiratkan rasa ingin tahu yang dalam.
Dialah Tiara Indah—kakak kedua dari Putri Delisa. Kedatangannya dilandasi oleh satu rasa: penasaran. Penasaran pada pria yang berhasil membuat adiknya jatuh hati.
Tatapannya langsung tertuju pada Afnan Azkiya yang terbaring lemah. Ia melangkah mendekat, berdiri di samping tempat tidur dan berbicara dengan nada lembut namun tegas, “Siapa namamu? Apa tujuanmu datang ke kerajaan kami? Dan... apa latar belakangmu?”
Afnan Azkiya menoleh perlahan, menatap wanita itu dengan mata yang masih menyimpan sisa-sisa kelelahan. Suaranya lembut, namun jelas terasa getir.
“Namaku Bahir Azkiya,” ucapnya lirih. “Tujuanku... hanya satu. Aku ingin menjadi kuat, cukup kuat untuk membalas dendam kepada mereka yang telah menghancurkan keluargaku.”
Ia menarik napas panjang, menahan nyeri yang mengalir di dadanya. “Latar belakangku sederhana. Aku berasal dari keluarga miskin. Hidupku penuh luka. Dan untuk melindungi adikku... aku pernah menjual tubuhku. Menjadi pelacur pria.”
Tiara Indah menatapnya lebih tajam. Sorot matanya berubah sedikit gelap. Ada sesuatu dalam wajah Bahir—tahi lalat kecil di pipinya—yang mengingatkannya pada seseorang. Ia terlihat sangat mirip dengan Afnan Azkiya yang Tiara kenal... namun tidak sempurna. Seolah hanya bayang-bayang dari sosok yang lebih utuh.
Tiara Indah membawakan sebuah surat penting kepada Afnan Azkiya berkata dengan lembut "Bahir aku ingin kamu datang ke kamar ku nanti malam tanpa di ketahui adikku Delisa kamu paham!."
Afnan Azkiya mengaguk bertanya dengan ragu"untuk apa aku kekamar mu? meskipun aku tahu kamu belum menikah bila aku ketahuan maka aku pasti di hukum lagi dan sekarang aku juga menjadi tahanan kamar kerajaan."
Tiara Indah berkata dengan santai "tidak apa kamu belum tahu statusku selain putri kerajaan statusku bisa lebih tinggi dari pada Hakim ingat itu."
Tiara Indah pergi meninggalkan Afnan Azkiya dan melihat surat yang diberikan Tiara Indah bertuliskan.
'Bahir Azkiya kamu harus datang ke kamarku nanti malam bila kamu tidak datang hukuman mu pasti akan bertambah berat."
Mentari kini berada tepat di atas kepala, menyinari istana Glimmer Wood dengan cahaya terangnya. Di dalam kamar, Afnan Azkiya hanya bisa berbaring. Tubuhnya masih lemas, nyaris lumpuh, dan setiap detik yang berlalu terasa begitu lambat. Ia hanya bisa menunggu—menunggu kedatangan Putri Delisa.
Suara pintu yang terbuka lembut menjadi awal dari ketenangan yang sedikit ia harapkan. Putri Delisa masuk dengan senyum manis yang menyejukkan hati, mendekati tempat tidurnya dan bertanya dengan suara lembut penuh perhatian,
“Bahir, bagaimana keadaanmu sekarang?”
Afnan Azkiya menoleh perlahan, senyumnya tipis dan lelah.
“Aku sudah bisa menggerakkan tubuhku, tapi untuk berjalan... masih sulit. Rasanya seperti lumpuh.” Ia menunduk sedikit, suaranya mulai berat, “Dan... maaf telah merepotkan mu.”
Putri Delisa menggelengkan kepalanya berkata dengan lembut "tidak merepotkan apa kamu ingat pakaian yang aku berikan?."
Afnan Azkiya menatap serius bertanya"pakaian selir apa maksudmu?."
Putri Delisa tertawa centil "pakaian itu buang saja kamu akan menjadi kekasihku selamanya aku tidak akan membuatmu menjadi selir."
Melanjutkan dengan lembut"aku kenapa lama aku mengurus pasukan yang baru direkrut dan apa kamu tahu orang yang telah kamu potong tangannya nya benar-benar benci kepadamu bahkan bila orang menyebut nama kamu dia akan memarahi mereka karena dia sekarang prajurit tingkat rendah dengan pangkat tingkat 1 bahkan orang-orang kagum denganya."
Afnan Azkiya berkata dengan acuh tak acuh"aku tidak peduli dia benci aku atau tidak karena dia belum pernah mengalami nasib. Seburuk diriku yang bertemu dengan orang-orang pintar dan licik."
Putri Delisa mengangguk berkata dengan lembut"benar biarkan saja aku hanya memberitahumu sekali hari ini kamu harus berhati-hati dan fokus pada pemilihan mu."
Tiba-tiba datang ratu Glimmer Wood bernama Saskia Rindra yang berwibawa layaknya ratu seperti biasanya.
Saskia Rindra berkata dengan lembut kepada Delisa " Delisa kamu keluar dulu ada yang ingin ibu urus dengan kekasihmu ini."
Delisa mengaguk dan pergi menunggu di luar kamar Afnan Azkiya.
Saskia Rindra bertanya dengan tegas " Bahir aku ingin kamu lepaskan semua pakaianmu sekarang aku ingin lihat luka-lukamu."
Afnan Azkiya berkata dengan lembut namun ada nada kesal "yang mulia ratu aku tidak bisa melihat luka tubuhku bahkan dia hal sensitif ku juga banyak luka karena waktu masa kelamku."
Saskia Rindra berkata dengan acuh tak acuh
" aku tidak peduli aku hanya ingin melihat luka tubuhmu saja."
Afnan Azkiya dengan terpaksa melepaskan pakaiannya dan membiarkan diri telanjang bulat namun masih ditutupi selimut tebal.
Saskia Rindra memeriksa tubuh Afnan Azkiya dan terkejutnya dia luka Afnan Azkiya benar-benar banyak mungkin pikir Saskia Rindra pasti perbuatan tuanya dulu nyatanya luka tubuh di Afnan Azkiya perbuatan ibunya sendiri karena ujian yang diberikan ibunya meskipun begitu Afnan Azkiya tidak pernah benci pada ibunya sedikitpun karena Afnan Azkiya tahu pikirkan-pikiran orang jahat yang dia membaca buku yang diberikan ibunya saat berusia 4 tahun.
Saskia Rindra bertanya dengan sedih "apa kamu saat dicambuk waktu hukuman merasa sakit?."
Afnan Azkiya menjawab dengan lembut"meskipun aku pernah mengalaminya lebih buruk tubuhku sudah beradaptasi tapi trauma di dalam jiwaku semakin kuat."
Saskia Rindra bertanya dengan lembut"pantas saja anakku suka padamu melanjutkan dengan tegas "bila kamu melukai hatinya aku akan menghukummu sendiri dengan tangan ku ingat itu."
Afnan Azkiya mengangguk perlahan.Saskia Rindra pergi dari kamar Afnan Azkiya dan di sana Putri Delisa khawatir terhadap Afnan Azkiya bertanya kepada ibunya dengan lembut"ibu apa yang kamu lakukan kepada kekasih ku?."
Saskia Rindra menjawab dengan lembut"ibu hanya melihat tubuhnya juga tapi saat ibu melihat matanya sepertinya dia benar-benar dendam kepada tuannya dulu tatapan kosong yang penuh kebencian yang tidak bisa disembunyikan."
Putri Delisa mengaguk berkata dengan sedih"benar ibu aku juga tahu dia pasti trauma kepada tuannya dulu yang memperlakukan semena-mena menyentuh tubuhnya mencambuknya dan yang paling parah ancaman nya bila dia tidak mematuhi mereka adiknya akan di bunuh di depan matanya."
Saskia Rindra menghela nafas berat berkata dengan lembut"takdir dia benar benar sulit tapi tujuan dia ke kerajaan kita untuk bertambah kuat bukan untuk bercinta karena dia ingin membalas dendam seorang diri jadi bila kamu gagal mendapatkan nya kamu harus sabar dan tidak perlu ubah dia menjadi selir maupun memaksa dia karena ibu lihat dari matanya dia sudah melihat semua manusia jahat, licik,kejam ataupun cabul."
Putri Delisa mengangguk dengan tenang"baik ibu aku akan mendengarkan mu."
Putri Delisa masuk ke kamar Afnan Azkiya dan disana putri Delisa tidak sengaja melihat tubuh Afnan Azkiya yang telanjang meskipun dia pernah melihatnya saat mandi bersama namun di tempat ini terasa berbeda seperti dia memang mesum.
Afnan Azkiya menghela nafas berkata dengan lembut "masuk saja tubuhku juga masih di tutupi selimut."
Putri Delisa mendekati Afnan Azkiya berkata dengan sedih"Bahir aku ingin bertanya apa kamu tidak pernah mengenal cinta?."
Afnan Azkiya tertawa sedih berkata dengan dingin"cinta-cinta apa yang kamu maksud bagiku cinta adalah kelemahan" melanjutkan dengan tenang "meskipun aku tahu kamu cinta kepada ku aku tidak ingin merepotkan mu dan juga musuhku lebih kuat dari apa yang kamu bayangkan meskipun dia jalang di memiliki kekuatan seperti peri rubah atau mungkin di atasnya aku tidak ingin kamu terluka karena diriku."
Putri Delisa berkata dengan lembut"baik Bahir aku mengerti aku akan pergi ke kamarku dulu untuk merenung."
Afnan Azkiya mengaguk Putri Delisa memberi senyuman manis namun menyimpan kesedihan mungkin saja cinta ini bertepuk sebelah tangan.
Afnan Azkiya berbisik dengan dingin "sepertinya untuk rencana menghancurkan kerajaan Glimmer Wood tidak jadi.dan aku hanya ingin setia kepada istri pertama ku saja Bella Caily tidak ada lagi hati wanita yang bisa membuat ku jatuh cinta lagi."
Afnan Azkiya memakan obat yang diberikan putri Delisa dan langsung tertidur lelap.
Malam pun tiba Afnan Azkiya datang ke kamar Tiara Indah dan langsung masuk ke kamarnya dan terkejut nya dia Tiara Indah memakai pakaian yang terbuka.
Afnan Azkiya menutup matanya berkata dengan menyesal "maafkan aku,aku tidak sengaja melihat tubuhmu."
Tiara Indah hanya menatap Afnan Azkiya berkata dengan acuh tak acuh "lupakan saja aku memang ingin bertemu dengan mu disini dengan pakaian ini."
Afnan Azkiya bertanya dengan lembut"untuk apa kamu memanggil ku?."
Tiara Indah tidak menjawab hanya berkata dengan acuh tak acuh "lepaskan pakaian atasmu sekarang aku ingin lihat luka-luka pada tubuhmu."
Afnan Azkiya hanya bisa mengertakan gigi dan melepaskan pakaian atas nya secara terpaksa.
Tiara Indah mendekati Afnan Azkiya namun melihat tatapan nya yang benar-benar cabul namun saat ingin keluar tiba-tiba sihir angin membanting dia ke tembok membuat dia terluka dan tidak bisa bergerak.
Tiara Indah mengunci pintu kamarnya dan mematikan semua pencahayaan kecuali satu lilin yang sangat wangi dan harum seperti aroma musim semi.
Afnan Azkiya mencoba berteriak namun tubuhnya yang masih lemas dan telah dibanting membuat suaranya tidak keluar.
Tiara Indah mendekati Afnan Azkiya berkata dengan menggoda "Bahir apa kamu ingin bermain denganku."
Afnan Azkiya berkata dengan lemas "tidak aku sudah memiliki adik mu sebagai cinta di kerajaan ini."
Tiara Indah tidak menjawab dan langsung membawa Afnan Azkiya yang lemas ke ranjang aroma lilin musim semi membuat suasana menjadi mencekam bagi Afnan Azkiya.
Tiara Indah menyentuh tubuh atas Afnan Azkiya dengan Genit berkata dengan mengoda "Bahir tubuhmu sangat bagus sayang sekali memiliki tahi lalat di pipimu yang membuat memiliki sedikit cacat dan tidak sempurna seperti Afnan Azkiya."
Afnan Azkiya berbisik dengan mengejek"wanita jalang lagi yang aku temukan aku harus menendang dia dan mencari bantuan ke putri Delisa."
Tiara Indah naik ke tubuh Afnan Azkiya namun Afnan Azkiya berhasil menendangnya dan membuat dia kesakitan.
Afnan Azkiya mencoba kabur namun tubuhnya yang lemas tetap tidak bisa berjalan Afnan Azkiya berteriak dengan keras "tolong selamatkan aku."
Tiara Indah memberikan angin yang kuat dan membanting Afnan Azkiya sekali lagi namun Afnan Azkiya terus berusaha lepas tapi tiba-tiba rantai listrik muncul dan merantai Afnan Azkiya.