Empat tahun berlalu, Jagat Hartadi masih larut dalam perasaan cinta tak berbalas. Dia memilih menjalani hidup sendiri, hingga suatu malam dirinya membantu seorang wanita yang pingsan di pinggir jalan.
Jenna, itulah nama wanita tersebut. Siapa sangka, dia memiliki kisah kelam menyedihkan, yang membuat Jagat iba.
Dari sana, timbul niat Jagat untuk menikahi Jenna, meskipun belum mengenal baik wanita itu. Pernikahan tanpa dilandasi cinta akhirnya terjadi.
Akankah pernikahan yang berawal dari rasa kasihan, bisa menjadi surga dunia bagi Jenna dan Jagat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 : Sebuah Pilihan
“Inikah Sakha?” Nayeli langsung mengambil bayi laki-laki dari gendongan Jagat. Walaupun sudah mengetahui bahwa Sakha bukanlah darah daging sang kakak, tetapi Nayeli tidak memperlihatkan sikap buruk terhadap bayi itu.
“Tampan sekali, Kak,” ucap Nayeli lagi, seraya menciumi pipi Sakha. Dia bahkan setengah memaksa, berhubung sang bayi menolak dan justru berontak.
“Dia belum mengenalmu, Darling. Beri waktu hingga beberapa hari,” ucap Duncan, suami Nayeli yang merupakan salah satu pemilik peternakan besar di Birmingham.
“Lihatlah. Dia sangat menggemaskan.” Nayeli tak juga memberikan Sakha kepada Jagat sehingga akhirnya bayi itu menangis.
“Kau ini.” Duncan menggeleng tak mengerti, kemudian mengalihkan perhatian kepada Jagat. “Dia selalu mengharapkan bisa memiliki anak laki-laki. Namun, kau tahu sendiri kehamilan pertama Nayeli cukup berisiko,” jelasnya.
Jagat tersenyum kalem. “Kau sudah tahu seperti apa adikku.”
“Ya, begitulah.” Duncan tersenyum menggoda kepada Nayeli, sebelum kembali mengarahkan perhatian kepada Jagat. “Bagaimana perjalanan kalian?”
“Baik. Sakha sangat tenang dan bisa diajak bekerja sama selama dalam pesawat. Dia tahu aku belum piawai dalam merawat bayi.”
“Kakak akan terbiasa,” ujar Nayeli. “Aku sudah menyiapkan kamar untuk kalian. Kakak dan Sakha tidur di kamar terpisah.”
“Kenapa begitu?” Jagat menatap tak mengerti.
“Agar aku bisa leluasa bila Sakha terbangun dan menangis di malam hari,” sahut Nayeli enteng. “Natasha dan Carmen pasti senang melihat Sakha ada di sini. Mereka sering mengajakku ke Indonesia. Namun, Kakak tahu sendiri. Duncan sangat sibuk dan ….” Nayeli melirik sang suami.
“Sudahlah, Darling. Aku tahu kau kesal. Namun, jangan lampiaskan sekarang. Jangan sampai Jagat memarahiku karena telah membuatmu merajuk,” canda Duncan, menanggapi tenang ucapan Nayeli.
Jagat hanya tersenyum menyaksikan keharmonisan Nayeli dan Duncan. Itu merupakan pemandangan yang sangat indah, di balik kisah hidupnya yang berbanding terbalik dengan sang adik.
Embusan napas berat meluncur dari bibir Jagat, setelah berada di kamar. Sekian lama, dia tidak menginjakkan kaki di Inggris. Rasanya seperti mimpi karena kini berada di negeri Ratu Elizabeth tersebut.
Pagi akan segera menjelang. Suasana di rumah peternakan milik Duncan terasa begitu menenangkan. Tempat itu memang sangat cocok untuk menyegarkan pikiran.
Jagat memejamkan mata. Ingatannya seketika tertuju kepada Jenna. Wanita itu benar-benar cantik dan memesona. Dia juga sangat seksi, ketika berada di ranjang. Ya. Pergumulan panas merupakan salah satu kenangan terakhir yang Jagat dan Jenna lakukan. Penyatuan atas nama cinta, tetapi tak berlanjut bahagia.
Jagat segera membuka mata. “Apakah aku sudah bersikap tidak adil padamu, Jenna?” gumamnya, diakhiri embusan napas berat dan dalam.
Ada sepercik rasa bersalah karena Jagat merasa telah membuang Jenna begitu saja. Namun, di satu sisi dia menganggap itu sebagai balasan setimpal, atas semua kebohongan yang Jenna lakukan.
“Apakah ini sepadan?” gumam Jagat lagi. Bimbang menyelimuti hatinya, membuat pria yang kini menjadi ayah tunggal tersebut kembali dilanda kegalauan.
“Kak ….”
Suara lembut Nayeli membuat Jagat tersadar dan langsung menoleh.
“Boleh masuk?” Nayeli yang sedikit menyembulkan kepala dari balik pintu, meminta izin terlebih dulu.
“Masuk saja.” Jagat berbalik, lalu berjalan menghampiri sang adik yang masuk ke kamar, tapi hanya berdiri dekat pintu. “Kamu tidak tidur lagi?” tanyanya.
“Aku terbiasa bangun pagi sekali karena harus menyiapkan bekal untuk Nath dan Carmen. Ya, meskipun kali ini terlalu pagi.” Nayeli tersenyum cukup lebar. Namun, makin lama senyumnya memudar dan berganti tatapan sendu. “Bagaimana keadaanmu, Kak?”
“Kamu sudah melihat seperti apa keadaanku, Nay,” sahut Jagat.
“Ya, maksudku ….” Nayeli seperti sengaja menjeda kalimatnya. “Bagaimana rumahmu sekarang?”
“Aku berencana menjualnya, meskipun tidak yakin akan ada yang tertarik untuk membeli. Namun, daripada dibiarkan terbengkalai.”
“Kakak tidak berniat menempatinya lagi?”
Jagat segera menggeleng menanggapi pertanyaan Nayeli. “Tidak perlu kujelaskan alasannya.”
“Ya. Aku bisa memahaminya dengan sangat baik,” ucap Nayeli, diiringi embusan napas pelan. “Lalu, apa rencana Kakak selanjutnya? Maksudku … dengan adanya Sakha … Kakak ….”
“Aku belum memikirkannya. Masalah Sakha, dia sudah jadi anak angkatku. Jadi, aku berkewajiban untuk merawat dengan baik. Lagi pula, Sakha tidak tahu apa-apa. Dia tak perlu mengetahui semua ini. Sampai kapan pun. Tidak perlu,” ucap Jagat pelan, tetapi cukup tegas.
Nayeli mengangguk, memahami maksud ucapan Jagat. Sebagai seseorang yang pernah melakukan tindakan kriminal hingga berujung pada kurungan penjara, dia sangat memahami seperti apa beban yang dihadapi. Itulah kenapa, Nayeli memutuskan untuk menetap di Inggris dan tak lagi kembali ke Indonesia.
“Aku juga tidak peduli siapa orang tua kandung Sakha. Aku menyukai bayi itu. Dia sangat tampan dan menggemaskan. Pasti menyenangkan bila bisa merawatnya setiap hari,” ucap Nayeli, seakan memberikan kode kepada sang kakak.
“Maksudmu?” Jagat menautkan alis, mencoba mencerna ucapan Nayeli.
“Um ….” Nayeli terlihat agak ragu. Namun, sesaat kemudian ibu dua anak itu kembali bicara. “Aku akan sangat bahagia, bila Kakak bisa tinggal lebih lama di Inggris. Apartemenku di London tidak ada yang menempati. Jika Kakak menyukai suasana peternakan yang menenangkan ... kami memiliki banyak kamar kosong dan ….” Nayeli menatap penuh arti. “Duncan bisa membantu Kakak mengurus izin tinggal jangka panjang di sini,” ucapnya kemudian.
“Kenapa?”
“Di sini, tidak ada siapa pun yang mengetahui asal-usul Sakha, atau semua yang Jenna lakukan. Bagaimana?”
"Menetap di Inggris?"