Rebecca Alveansa adalah seorang model cantik yang lagi naik daun. Karir yang bagus harus terhenti sejenak karena kejadian yang tak terduga.
Ia terjebak cinta satu malam bersama seorang pria yang tak dikenalnya, sehingga membuatnya hamil dan melahirkan dua bayi kembar yang terpaksa ia rahasiakan keberadaannya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Siapakah pria itu? Apakah sang bayi dapat bertemu dengan sang Ayah? Baca kisahnya hanya di sini ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neoreul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BRSM 30
"Cepatlah bicara, aku tidak bisa menunggu lama di sini," ucap Rebecca sedikit ketus.
"Baiklah. Pertama, aku ingin meminta maaf padamu tentang kejadian masa lalu. Waktu itu, aku dalam pengaruh obat. Jadi aku tidak tahu siapa kamu, karena setelah aku sadar. Kamu sudah menghilang tanpa meninggalkan petunjuk apapun."
"Sejak saat itu, aku selalu mencarimu. Dimana pun, akan tetapi tak membuahan hasil meski ada bukti cctv tak cukup jelas untuk mencarimu. Rebecca, menikahlah denganku. Aku akan berusaha untuk menebus semua kesalahanku di masa lalu. Izinkan aku untuk membahagiakan Excel dan Evelyn."
Reigner menggenggam kedua tangan Rebecca. Namun, Rebecca kembali menarik tangannya. "Aku tidak bisa melakukan itu. Kamu pikir setelah berhasil mendapatkan perhatian Evelyn, hatiku akan mudah luluh? Tentu tidak segampang itu. Kita tidak saling mengenal, aku belum tahu kepribadian mu seperti apa? Tentu saja penilaian sangatlah penting bagiku. Jadi maaf, aku belum bisa menerima mu dalam hatiku. Maaf aku harus pergi dari sini. Permisi."
"Baiklah aku akan membuktikan padamu kalau aku sangat bersungguh-sungguh. Aku akan berusaha untuk meraih hatimu Rebecca," seru Reigner dengan yakin.
Rebecca terus berjalan meninggalkan Reigner di taman. Jantungnya berdegup kencang. "Ada apa denganku? Apakah aku setrauma itu? Berdekatan dengannya, sama seperti saat si Brengsek itu melecehkan aku. Kenapa aku selemah ini? Aku terlalu takut untuk memulainya. Aku takut terluka lagi."
Kini Rebecca telah sampai di dalam ruang rawat Excel. Dia berjalan dengan tatapan kosong. Otaknya tidak bisa berpikir secara baik.
"Mommy are you okay?" tanya Evelyn yang duduk bersama Teresa.
"Ouh, Mommy tidak apa-apa, Sayang!"
Excel melihat Ibunya dengan tatapan menyelidik. Dia penasaran obrolan apa yang dibahas dengan sang Ayah.
"Mom, Mommy kenapa?" tanya Excel dengan tampang bingung.
"Mommy tidak apa-apa, Nak! Jangan khawatir ya," jawab Rebecca dengan senyum yang dipaksakan.
Tak lama kemudian, masuklah Reigner dengan wajah lesu. Dia berjalan, tanpa melihat siapapun. "Daddy, are you okay?"tanya Evelyn.
"Daddy tidak apa-apa, Baby, " jawab Reigner pada putrinya.
Excel menatap Reigner dengan rasa penasaran. Dia paling tidak suka, jika ada orang yang membuat sang Ibu bersedih.
Evelyn juga Ikut bingung, melihat Ibu dan Ayahnya saling berdiam diri. Dia berpikir sebuah cara untuk menyatukan keduanya, kemudian Evelyn membisikkan sesuatu kepada sang Nenek. Selesai bicara mereka berdua saling tersenyum satu sama lain. Entah apa yang sedang direncanakannya.
Akhirnya, Reigner memutuskan untuk pergi ke kantor. Dia meminta izin kepada semuanya. "Karena hari sudah siang, aku harus pergi ke kantor. Ada sebuah pertemuan sore nanti."
"Apakah harus terburu-buru seperti itu, Rei?" tanya Teresa.
"Iya Mom, pertemuan sore nanti aku harus hadir," jawab Reigner menuju ke arah Excel. Dia ingin mencium ujung kepala putranya. Namun, Excel menghindar bahkan mengikis jarak dengan sang Ayah.
Reigner sedikit terkejut dan tersenyum getir, melihat Excel yang masih belum bisa menerima kehadirannya. Melihat itu membuat Evelyn merasa kasihan terhadap sang Ayah.
"Daddy hati-hati ya. Selesai bekerja langsung pulang. Oke!" seru Evelyn menyemangati sang Ayah.
"Iya Honey. Nanti, Daddy akan cepat pulang. Excel, Daddy ke kantor dulu ya. Siang nanti, Daddy akan menyuruh orang untuk mengirim makanan buat kalian," ucap Reigner bersiap pergi.
"Mom, aku pergi dulu."
"Iya hati-hati," jawab Teresa pada Reigner.
Excel tidak berucap sepatah kata pun. Dia belum terbiasa dengan kehadiran Reigner dalam kehidupannya. Excel ingin melihat dulu seberapa baik sang Ayah terhadap Ibunya.
Evelyn bermain mata dengan sang Nenek. Dia mengisyaratkan sesuatu, agar Neneknya segera bertindak. Teresa pun mengangguk dan segera menghampiri Rebecca yang sedang duduk melamun.
"Rebecca, bolehkah Mom duduk di sini?" ucap Teresa meminta izin.
Rebecca tersenyum dan mengangguk pelan. Dia sedikit canggung berada di samping Ibu Reigner.
"Rebecca, perkenalkan. Namaku Teresa Ibu dari Reigner. Kamu boleh memanggil ku dengan sebutan Mom, karena aku sangat menginginkan itu. Mungkin, kehadiran Mom disini membuatmu tidak nyaman. Akan tetapi, bagaimana pun Mom berhak di sini karena kedua anakmu adalah cucu kandungku."
"Mom, meminta maaf padamu mewakili Reigner. Akibat kesalahannya di masa lalu, bisa menghancurkan masa depanmu bahkan karir yang mulai menanjak. Mom baru tahu kemarin, ketika Reigner membawa Evelyn pulang. Sejak kejadiannya bersama mu, Reigner bersikap dingin. Dia selalu menolak setiap ada wanita yang mendekat. Mom sempat bingung, kenapa itu terjadi? Sampai Mom memaksa dia untuk menikah, tapi dia menolak tanpa memberikan alasan. Ternyata Reigner masih berusaha untuk mencari bahkan menunggumu, Sayang. Kamu adalah wanita pertama baginya. Mom selalu mengajarkannya untuk tidak menyakiti atau bermain wanita. Jadi, Mom memohon sama kamu berikan kesempatan untuk Reigner. Biar dia menebus kesalahannya padamu. Juga, Mom ingin kamu menjadi bagian keluarga Anverton. Pikirkan baik-baik ya! Mom menunggu keputusanmu."
Teresa menjelaskan semua pada Rebecca, hingga membuatnya tak bisa berkata apa-apa. Rebecca mulai mencerna setiap perkataan yang Teresa ucapkan.
Setelah Teresa berkata, kini giliran Evelyn yang ikut membujuk sang Ibu. Dia mulai memainkan perannya. "Mommy, terimalah Daddy dan juga Grandma. Mereka sangat baik Mom. Evelyn sayang sama Daddy dan juga Grandma. Aku ingin setiap hari bercanda dan juga menikmati waktu bersama. Aku ingin sebuah keluarga lengkap, Mommy! Ada Daddy, Mommy, Kakak, dan juga Grandma. Pasti sangat menyenangkan sekali."
Ucapan Evelyn mampu menggerakkan hati Rebecca. Dia memutar otaknya kembali untuk berpikir. Dia juga melihat Excel yang selalu memperhatikannya setiap waktu. Akhirnya Rebecca memutuskan untuk memberi jawaban kepada putrinya.
"Baiklah, Mommy akan mencoba untuk menerima Daddy dan juga Grandma. Tapi Mommy masih akan tetap menilai seberapa baik dan gigihnya Daddy mu untuk merebut hati Mommy. Silahkan berbahagia Sayang. Mulai sekarang Mommy akan selalu mendukungmu," ucap Rebecca pada putrinya.
"Terima kasih Mommy. I Love You Mom!"
"Love you too, Honey!"
Evelyn merasa senang ketika Ibunya memberikan sebuah keputusan. Skenario yang dibuat dengan sang Nenek pun berhasil secara sempurna. Teresa pun ikut senang ketika Rebecca memikirkan kembali semua ceritanya.
"Terima kasih, Sayang. Mom senang mendengarnya. Mom harap kamu segera membuka hati untuk Reigner. Mom jamin Reigner tidak akan menyakiti atau mengecewakanmu, karena dia tipe pria yang sangat sayang pada keluarganya."
"Iya, Mom. Aku akan mencoba untuk membuka hati untuk Reigner. Semua ini aku lakukan untuk kedua malaikat kecilku ini. Excel dan Evelyn adalah nyawaku Mom. Jadi apapun itu, akan aku wujudkan demi kebahagiaan mereka," jawab Rebecca sangat dalam.
Akhirnya mereka berempat berpelukan bersama. Excel sedikit mencair ketika melihat Ibunya tersenyum. Tantangan y
Reigner sebenarnya adalah Excel, karena putranya itu mempunyai sifat yang sangat keras sekali.