Menikah Di Usia Remaja.

"Thank you Al for driving me home." ucap Elika ketika baru saja turun dari motor Al Rasyad.

"Your welcome" sahut Al tersenyum manis, sehingga terlihat gigi gingsulnya yang semakin menambah nilai plus ketampanan seorang Al Rasyad.

"Nggak mampir dulu Al??" lanjut Elika.

"Lain kali saja Lika, soalnya gue harus segera menyelesaikan tugas dari pak Rahmat." hanya Al yang memanggil Elika dengan panggilan Lika.

"Ya udah Lo hati hati ya, jangan ngebut!!" ucap Elika saat Al hendak melajukan motornya.

Ketika motor yang di kendarai Al sudah tidak terlihat, Elika pun masuk ke dalam rumah.

"Maaf sayang tadi pak Diman tidak sempat menjemput kamu di sekolah, soalnya pak Diman lagi nganterin papa ke Bandung." ucap bundanya ketika melihat Elika sudah kembali dari sekolah.

"Nggak papa Bun, tadi Elika di antar sama teman." jawab Elika sembari membuka sepatu serta kaos kakinya.

"Kenapa temannya nggak di ajak mampir sih nak??" ucap bundanya yang kini tengah sibuk merangkai bunga kesukaannya.

"Al lagi buru buru Bun, jadi nggak sempat mampir." jawab Elika sembari menapaki anak tangga menuju kamarnya.

"Habis ganti baju langsung makan nak!!" seru bundanya.

"Iya Bun" jawab Elika yang kini hendak membuka handle pintu kamarnya.

Seperti kebiasaannya saat di luar negeri, sepulang sekolah Elika selalu mandi. usai mandi baru ia turun untuk makan siang.

"Gimana dengan sekolah barunya sayang??? pasti betah kan, apalagi di sana ada Al Rasyad." ucap bundanya saat Elika tengah menyantap makan siangnya. bundanya tahu betul jika putri kesayangannya tersebut sangat akrab dengan Al Rasyad, yang tak lain adalah keponakan dari atasan sekaligus sahabat suaminya. sampai sampai bunda serta ayahnya berpikir jika di antara putrinya dengan Al Rasyad, keduanya memendam rasa suka satu sama lain, padahal pada kenyataannya keduanya hanya berteman tidak ada perasaan lebih dari itu.

"Alhamdulillah betah Bun, selain si Regina itu semuanya baik sama Elika." jawab Elika usai meneguk segelas air usai menghabiskan makan siangnya.

****

Malam harinya di kediaman tuan Reza Admaja,

Kheano sudah siap mengantarkan bundanya ke sebuah Supermarket.

"Ayo Khe!!" ajak mamanya yang terlihat sudah siap berangkat.

"Bentar Mah, kita nunggu Alisya bentar, soalnya Alisya juga mau ikut bareng Khe sama mama" ucap Khe yang gengsi jika mengatakan pada mamanya, jika sebenarnya ialah yang menyuruh gadis itu untuk ikut dengannya.

"Tapi Khe...bukannya Alisya lagi ngerjain tugas sekolah ya??" selidik mamanya.

"Tugas sekolah gampang mah, sekarang mama tunggu di mobil ya, biar Kheano ke atas bentar ngecek Alisya." ucap Kheano sebelum menaiki anak tangga menuju kamar yang dihuninya bersama sang istri.

"ceklek" Kheano membuka handle pintu yang tidak terkunci.

"Buruan...lama banget sih, kita cuma mau belanja keperluan bulanan, bukan mau kondangan." cetus Kheano dongkol kelamaan menunggu.

"Iya Kak....ini juga sudah hampir selesai, sabar dikit napa sih!!" jawab Alisya sembari menarik sebuah tas selempang sebelum mengikuti Langkah suaminya.

Sebenarnya Kheano bukannya tidak mau bersabar menunggu Alisya bersiap, namun Kheano khawatir Bobi keburu datang sebelum mereka berangkat ke supermarket.

"Cantik banget sih mantu mama" pujian mama mertuanya tersebut bukanlah isapan jempol belaka, sebab Alisya memang terlihat sangat cantik, walau hanya mengenakan celana panjang jens serta kaos oblong serta rambutnya yang di Cepol ke atas memperlihatkan leher jenjang Alisya, hal itu semakin menambah kesan seksi walaupun tidak berpakaian terbuka.

"Mamah bisa aja muji Alisya sampai segitunya" ucap Alisya malu malu.

"Benar sayang, kamu memang cantik banget. kalau nggak percaya coba deh tanya Kheano!! Gimana menurut kamu Khe, Alisya cantik banget kan??" mendengar ucapan mamanya membuat Kheano bingung harus menjawab apa, di satu sisi iya tidak ingin memuji Alisya karena tidak ingin gadis itu besar kepala mendengar pujiannya, namun di sisi lain iya juga mengakui jika malam ini istrinya memang terlihat sangat cantik.

"Heeemt" dan pada akhirnya, hanya itu yang keluar dari mulut Kheano, sebelum melajukan mobilnya dengan kecepatan kontras menuju sebuah super market.

Dari rumah menuju super market tidak terlalu jauh, sehingga dalam waktu lima belas menit mobil yang di kendarai Kheano sudah memasuki parkiran sebuah super market.

Baru saja hendak mengambil troli belanjaan, Alisya sudah di suguhkan oleh beberapa orang cewek yang terus menatap genit ke arah suaminya, dan hal itu membuat mood Alisya menjadi dongkol. walaupun hanya mengenakan baju kaos berwarna putih di padukan dengan celana puntung berwarna coklat tidak mengurangi ketampanan Kheano.

Karena kesal Alisya mendorong troli sedikit kasar, saat melintasi cewek cewek tersebut.

dan kebetulan salah satu dari empat cewek tersebut tanpa sengaja menghalangi jalan Alisya.

"Permisi" ucap Alisya dengan nada sedikit sinis.

"Pelan pelan dong!!" tegur salah satu dari cewek itu.

"Yeh...siapa suruh situ nggak ngasih jalan, emang situ pemilik super market ini." ucap Alisya seraya memutar matanya jengah.

"dasar nih bocah...untung abangnya ganteng, coba kalau enggak." ingin rasanya Alisya mencak mencak memaki gadis itu, saat mengatakan jika Kheano adalah abangnya. kalau saja saat ini mama mertuanya tidak ikut bersama mereka, mungkin Alisya sudah mencak mencak bagai orang kesurupan saking kesalnya pada cewek cewek itu.

"Sialan tuh cewek...dia itu bukan Abang gue tapi laki gue." batin Alisya terus mendorong troli namun pandangannya terus ke arah gadis itu.

Sementara sikap Alisya tersebut tidak luput dari perhatian Kheano, sampai sampai pria itu terus tersenyum, sebelum mengikuti langkah istrinya. sementara mamanya berada di lorong yang berbeda dengan keduanya.

"Kamu kenapa sih, kelihatan kurang semangat gitu??" Kheano sengaja bertanya seperti itu pada Alisya, walaupun ia sendiri tahu penyebabnya. walaupun bertanya demikian, namun mode wajah datar tetap terukir di wajah Kheano.

"Kakak bisa diam nggak sih??" ucap Alisya dengan nada yang sedikit meninggi.

Sebenarnya Kheano sangat terkejut saat mendengar nada bicara istrinya, karena ini kali pertama Alisya Berani bicara dengan nada tinggi padanya. namun dengan segera Kheano kembali bersikap biasa, untuk menutupi keterkejutannya.

"Apa gadis ini sedang cemburu, tapi apa iya kalau perempuan sedang cemburu jadi tidak waras??" batin Kheano tersenyum girang, karena secara tidak sengaja berhasil membuat istrinya terbakar api cemburu.

Sementara Alisya yang segera menyadari kesalahannya segera meminta maaf sembari menunduk, karena tidak berani menatap mata Kheano, takut Suaminya tersebut malah balik memarahi dirinya karena sudah berani berbicara dengan nada tinggi seperti tadi.

"Maaf kak...Alisya tidak bermaksud seperti itu hanya saja_" Alisya tidak melanjutkan kalimatnya saat merasakan tangan Kheano mengusap rambutnya.

"Sudah lupakan saja, tidak perlu di bahas lagi!!" ujar Kheano, mendengar ucapan suaminya Alisya segera mendongakkan kepalanya menatap wajah Kheano.

"Bener Kakak nggak marah sama Alisya??" tanya Alisya yang kini memberanikan diri menatap manik mata suaminya.

"Hemmmt" lanjut jawab Kheano lalu melanjutkan langkahnya ke arah rak biskuit.

Kheano bisa mengerti perasaan istrinya saat ini sekalipun belum bisa memastikan jika ada cinta di hati Alisya untuk dirinya, namun ia tahu bahwa tidak ada seorang istri yang suka melihat ada lawan jenis yang menatap genit pada suaminya. karena itu juga yang dirasakan Kheano, saat ada pria lain yang bahkan hanya sekedar memuji kecantikan istrinya.