Novel kali ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang dibuang oleh ayahnya, karena menganggap anaknya yang lahir itu adalah sebuah kutukan dari langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KPYT 022. Tragedi Menyakitkan Dua Anak Kembar
"Bibi, apakah ada peristiwa yang terjadi sebelum Tuan Putri dilahirkan?"
Tentu saja Bibi Ningyan terkejut mendapat pertanyaan seperti itu dari Tabib Zhao, amat terkejut. Dia tidak menyangka kalau anak kecil bernama Zhao Jinlong itu akan melontarkan pertanyaan yang amat sulit dia jawab itu.
Kalau dia menjawab pertanyaan Zhao Jinlong, itu sama saja dia membuka rahasia istana yang sudah dikunci rapat-rapat.
Beberapa saat lamanya Bibi Ningyan terdiam. Keraguan serta kebingungan langsung menghantui perasaannya.
Apakah dia harus menceritakan peristiwa malam itu kepada Tabib Zhao ini yang notabene adalah orang lain? Tapi nyawanya sebagai taruhannya.
Atau apakah dia tetap diam, tidak menceritakannya? Tapi hal ini berkaitan dengan penyembuhan junjungan yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri.
Setelah berperang dengan perasaannya beberapa saat lamanya, akhirnya Bibi Ningyan memutuskan untuk menceritakan peristiwa aneh itu pada Tabib Zhao. Dia rela menempuh resiko demi kesembuhan Putri Zhang Jiang Ying.
Tapi baru saja Bibi Ningyan menggerakkan bibirnya hendak berbicara, Zhao Jinlong yang seperti tahu gelagat dari pelayan berwajah cantik itu menahannya agar tidak bicara dahulu.
"Tunggu sebentar, Bibi!"
Akhirnya Bibi Ningyan tidak jadi bercerita, malah berganti dia menjadi heran seraya menatap Zhao Jinlong.
Zhang Jiang Ying dan Yang Xiu Xiang serta Fangmei dan Fengxia, dua pelayan mereka juga heran dengan tindakan Zhao Jinlong.
"Sepertinya peristiwa itu adalah rahasia istana yang tidak boleh diceritakan kepada orang lain dan tidak boleh pula didengar oleh orang lain," kata Zhao Jinlong bagai menjawab keheranan orang-orang yang ada di ruangan ini.
"Baiklah. Kalau begitu saya akan menyegel dulu kamar ini, agar suara bibi saat bercerita nanti tidak sampai keluar di luar. Hanya saya dan keempat gadis kecil ini saja yang mendengar."
Kejap berikut, tanpa menghiraukan kegembiraan Bibi Ningyan yang setuju dengan niat Zhao Jinlong itu, tanpa menghiraukan keterkejutan empat gadis kecil yang seperti kurang yakin dengan perkataannya barusan, Zhao Jinlong langsung memulai metode penyegelan.
Dengan sedikit cepat dan lincah, Zhao Jinlong mengerakkan kedua tangannya dengan gerakan tertentu yang aneh di depannya.
Lalu tak lama kedua telapak tangannya dirapatkan di depan dadanya. Sedangkan kepalanya ditundukkan sedikit, dan kedua matanya terpejam rapat. Tampak bibirnya bergerak-gerak kecil seperti merapal mantra penyegelan.
Beberapa helaan napas kemudian, kedua telapak tangan Zhao Jinlong seketika terbungkus sinar kuning bening. Melihat itu Bibi Ningyan dan keempat gadis kecil itu tampak terkejut takjub.
Kejap berikut Zhao Jinlong seketika merentangkan dengan cepat kedua telapak tangannya ke kanan dan ke kiri dengan semua jarinya terbuka cukup lebar.
Hampir bersamaan sinar kuning bening terhempas dari kedua telapak tangannya dan melesat dengan cepat, lalu menerpa dinding kamar.
Kemudian sinar kuning bening yang telah menempel di dinding itu langsung menjalar dengan cepat ke segala permukaan dinding.
Hingga tak lama kemudian, seluruh permukaan dinding dan langit-langit ruangan terbungkus sinar kuning bening. Tapi sekita 4-5 helaan napas berikut, sinar bening kuning itu seketika lenyap tanpa bekas.
Sementara aksi menakjubkan yang dilakukan oleh Zhao Jinlong itu tidak lepas dari pengamatan Bibi Ningyan dan keempat gadis kecil. Binaran mata dan ekspresi wajah mereka tampak takjub dan kagum akan aksi Zhao Jinlong itu.
Kecuali Zhang Jiang Ying, tak bisa mengekspresikan tentang apa yang dia lihat itu. Tapi hatinya tentu saja takjub.
★☆★☆
Malam itu seluruh penghuni istana Kerajaan Bai-shan, terkhusus keluarga kekaisaran Zhang digemparkan oleh sebuah peristiwa yang belum pernah terjadi selama dinasti Zhang berkuasa.
Dari atas Istana Kekaisaran Zhang, tepatnya dari atas Istana Kristal Phoenix, kediaman Permaisuri Shi Guang Xia seketika muncul dua sinar atau cahaya bulat warna merah dan putih.
Dua sinar panas dan dingin itu seakan muncul dari atas langit. Melesat cepat laksana dua meteor meluncur dari langit, terus menembus atap Istana Kristal Phoenix tanpa merusak.
Cahaya bulat berwarna merah panas dan putih dingin itu terus saja melesat ke arah pembaringan Permaisuri Shi Guang Xia. Sementara sang permaisuri tengah tertidur pulas seorang diri di pembaringan itu.
Kejap berikut, tanpa ada yang dapat mencegah dan tanpa ampun, kedua sinar bulat itu langsung melanda sang permaisuri, tepatnya melanda perut sang permaisuri yang saat itu tengah hamil tua. Diperkirakan sebentar lagi dia akan melahirkan.
Bibi Ningyan yang kala itu baru saja masuk ke dalam kamar pribadi Permaisuri Shi Guang Xia, tentu saja melihat dengan jelas peristiwa mengerikan itu membuatnya terkejut seraya menjerit histeris.
Dia melihat dengan jelas kedua sinar aneh dan angker itu menghantam perut buncit sang permaisuri. Perut permaisuri ataupun tubuh lainnya memang tidak mengalami cidera akibat terhantam kedua sinar aneh dan angker itu.
Namun kedua sinar bulat itu seperti melesat masuk ke dalam perut hamil Permaisuri Shi Guang Xia. Lalu kedua sinar itu tak terlihat lagi, hilang tanpa bekas.
Sedangkan sang permaisuri langsung terkejut bangun. Tapi keadaan dirinya tidak mengalami apa-apa. Hanya saja beberapa kejap berikut seluruh tubuhnya dari kaki hingga kepala langsung berubah berwarna merah dan putih.
Warna merah bagian tubuh sebelah kanan dan warna putih bagian tubuh sebelah kiri.
Awalnya Permaisuri Shi Guang Xia tidak mengalami apa-apa atas peristiwa itu. Namun saat mengetahui perubahan dirinya, dan mendengar cerita pelayan setianya tentang apa yang terjadi, seketika itu juga sang permaisuri langsung menjerit histeris.
Setelah itu dia pingsan selama tiga hari lamanya.
Sementara pada keesokan harinya seluruh istana Kekaisaran Zhang langsung gempar atas peristiwa aneh tersebut. Penasehat Istana dan Tabib Istana langsung menyatakan kalau Permaisuri Shi Guang Xia terkena kutukan dari langit.
Dan Kaisar Zhang Shaiming, Kaisar Kerajaan Bai-shan langsung percaya begitu saja. Dan dia semakin yakin kalau sang permaisuri memang sudah berselingkuh hingga hamil.
Peristiwa yang menimpa Permaisuri Shi Guang Xia memang benar-benar kutukan dari langit akibat dosa perselingkuhannya.
Tujuh hari setelah peristiwa itu Permaisuri Shi Guang Xia melahirkan dua anak kembar, perempuan dan laki-laki. Dan setelah melahirkan kedua anak kembarnya yang berbeda wajah itu, warna tubuh sang permaisuri kembali normal seperti biasa.
Akan tetapi vonis kutukan tetap melekat padanya. Karena kedua anak kembarnya itu memiliki kelainan sejak lahir. Anak perempuan sebagai anak yang pertama, seluruh tubuhnya berwarna putih pucat.
Sedangkan anak laki-laki sebagai anak yang kedua, seluruh tubuhnya berwarna seperti warna tubuh sang permaisuri sebelum melahirkan, tubuh bagian kanan berwarna merah, sedangkan tubuh bagian kiri berwarna putih pucat.
Dan dengan kejadian itu pula kedua anak kembar Permaisuri Shi Guang Xia dinyatakan terkena kutukan, sama seperti ibunya.
Akan tetapi, meski orang-orang telah menuduh dirinya dan kedua anak kembarnya terkena kutukan, Permaisuri Shi Guang Xia tidak perduli. Dia tetap menjaga dan menyayangi kedua anaknya tersebut.
Meskipun sang kaisar tidak pernah lagi perduli padanya. Meskipun Kaisar Zhang Shaiming tidak pernah lagi tinggal bersamanya.
Setelah dua bulan merawat kedua anak kembarnya bersama Ningyan, pelayan setianya, anak keduanya yang laki-laki yang diberi nama Jiang Wu, kulit tubuhnya kembali normal seperti warna kulit pada umumnya, tidak lagi berwarna merah dan putih.
Namun warna kulit anak perempuannya yang diberi nama Jiang Ying tetap saja berwarna putih pucat.
Bersamaan dengan itu, sang permaisuri kembali mengalami cobaan yang amat menyakitkan. Anak perempuannya yang diberi nama Jiang Ying mengalami sekarat.
Dalam keadaan panik, Penasehat Istana dan Tabib Istana menyarankan kepadanya, jika ingin agar anak perempuannya tetap hidup, dia harus membuang atau membunuh anak laki-lakinya.
Karena kedua anaknya juga terkena kutukan, maka keduanya tidak boleh hidup bersama-sama. Harus ada yang mati salah satunya, jika yang satu ingin tetap hidup.
Meski tidak tega, tapi Permaisuri Shi Guang Xia tidak ingin kedua anaknya mati. Maka dengan amat terpaksa dia membuang Jiang Wu ke sungai.
Setelah itu, karena dia sudah amat kalut dan putus asa untuk hidup lama, setelah menyerahkan anak perempuannya kepada Ningyan, sang pelayan setia, Permaisuri Shi Guang Xia mengakhiri hidupnya dengan membuang dirinya ke jurang.
Sungguh akhir hidup sang permaisuri yang tragis.
Sementara Kaisar Zhang Shaiming sama sekali tidak perduli. Tidak perduli anak laki-lakinya dibuang ke sungai karena depresi sang ibu yang begitu hebat. Tidak perduli sang permaisuri mengakhiri hidupnya karena putus asa untuk menjalani penderitaan yang begitu menyakitkan.
★☆★☆★