Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Arga murka pada Jingga.
Jingga pun merasa sangat puas ketika melihat Arga yang sedari tadi bolak-balik dalam kamar mandi untuk membuang hajatnya.
"Rasain tuh!" batin Jingga sambil tersenyum menyeringai.
Sedangkan Arga merutuki dirinya sendiri yang tak bisa menjaga kondisi tubuhnya.
"Harusnya tadi aku tak meminum apapun, aku curiga minuman itu diberi obat pencakar. Tapi aku tidak boleh kalah dengan sakit ini, aku harus tetap menikahi Jingga," batin Arga.
Arga keluar dari kamar mandi, mata menyipit dengan raut muka yang muram, mulut mengerucut menahan rasa sakit dalam perutnya.
"Ayo, Jingga kita lanjutkan saja pernikahan kita. Aku tak akan kalah dengan rasa sakit dalam perut ini," ucap Arga menarik lengan Jingga secara kasar.
Jingga tak punya kemampuan untuk melawan tubuh Arga yang besar dan berotot membawa tubuh mungil ikut gelombang api kemarahan yang Arga saat ini rasakan.
Penghulu itu melirik kearah jam tangan, dia menarik tasnya untuk pergi.
"Tunggu," cegah Arga.
"Saya harus pergi, ini waktunya untuk menikahkan orang lain," ucap Penghulu.
"Saya sudah siap, tolong nikahkan kami berdua sekarang dulu. Saya akan bayar lebih," ucap Arga.
"Baiklah, mari jabat tangan saya," ucap Penghulu sambil kembali duduk ditempat semula.
Penghulu itu segera mengucapkan ijab Kabul dan menekan tangan Arga untuk mengucapkan jawaban.
"Saya terima nikah dan kawinnya..."
"HENTIKAN!" seru Ruben.
"Mas Ruben," kaget Jingga.
"Jingga, aku sudah mencari kamu kemana-mana, sekarang ini balasan yang aku dapatkan. Kamu menikah lagi dengan mantan bos kamu yang sudah mengambil seluruh harta Karindra!" geram Ruben.
"Mas Ruben, tunggu. Dengar dulu penjelasanku," ucap Jingga menarik lengan Ruben.
Ruben yang kecewa akan sikap Jingga hanya bisa terdiam sejenak.
"Mas Ruben, aku melakukan ini karena dipaksa oleh Arga. Dia akan mengembalikan seluruh harta keluarga mas Ruben asalkan aku menikah dengannya," ucap Jingga.
"Aku lebih baik kehilangan seluruh hartaku, asalkan kamu tetap disisiku," ucap Ruben.
"Maafkan aku, mas Ruben," ucap Jingga sambil memeluk Ruben.
Arga murka sekali melihat adegan romantis yang ada dikedua bola matanya, ia mengempalkan kedua tangan melihat Jingga memeluk Ruben dengan sangat erat seolah tak ingin kehilangan Ruben.
"Sekarang kalian boleh menang, tapi lihat saja nanti. Aku akan buat kalian semua menderita," batin Arga dalam hatinya.
Kemarahan Arga membuat mata Jingga melirik sekilas kearahnya. Namun Jingga tak ingin membuat Ruben terluka lebih dalam lagi.
Jingga sebenarnya melirik kearah Arga karena ingin memberitahukan fakta baru bahwa dia berhasil merebut kembali harta keluarga Karindra, tapi niatnya gagal karena Ruben terlanjur datang ketika Jingga hendak menghentikan akad pernikahannya.
"Mas Ruben, ada hal penting yang ingin kubicarakan. Kita cari tempat untuk mengobrol," ucap Jingga.
"Oke, ikuti aku dan jangan lihat belakang," titah Ruben.
"Iya, mas Ruben."
Flashback on.
Rumah susun.
Hari ini Ruben merasa ada yang aneh dengan dada sebelah kiri yang lagi berdenyut keras melebihi dari biasanya.
"Ini aneh kenapa dadaku terasa sesak sekali bahkan berdenyut sangat ngilu," ucap Ruben sambil memegang dada kiri.
Ting!
(Sebuah notifikasi pesan masuk)
✓✓Unknown
{ Datang kealamat ini : Jl Kuningan mangga raya no 45D }
✓✓Anda
{untuk apa saya harus datang kesana?}
✓✓Unknown
{Jangan banyak tanya datang saja jika anda masih mencintai istri anda}
✓Anda
{Siapa anda? jangan pernah berani untuk membohongi saya}
Pesan itu tiba-tiba saja tak bisa terkirim dan hanya tercengang satu.
"Sial, siapa sebenarnya dia! berani sekali dia untuk menyuruhku datang kealamat ini. Tapi tidak ada salahnya aku kesana sekarang," ucap Ruben.
Flashback off
*******
Jingga menenteng beberapa dokumen penting, ia ingin memperlihatkan kepada Ruben.
"Mas Ruben, jangan cemberut terus. Ini aku mau kasih tahu sesuatu yang penting buat kamu dan keluarga kamu," ucap Jingga.
"Apa?" tanya Ruben.
"Coba kamu buka dulu dokumen ini dan baca dengan teliti," ucap Jingga.
Ruben mulai mengambil dokumen dari tangan Jingga, lalu ia membuka dokumen. Mata Ruben membulat melihat isi berkas tersebut yang menyatakan aset keluarga Karindra dikembalikan.
"Terima kasih banyak, sayang. Berkat kamu harta kekayaan keluargaku kembali. Daddy Bram pasti akan senang dan akan memuji menantu sepertimu," ucap Ruben.
"Mas Ruben jangan berlebihan. Mana mungkin Daddy Bram bisa memujiku, dia itu masih membenciku karena dia mengira aku ini penyebab kematian dari Mommy Jesi," Lirih Jingga.
"Kalau begitu, kita cari bukti bersama kalau kamu itu bukan penyebab dari kematian Mom Jesi," ucap Ruben.
"Oke, aku setuju. Tapi kita mulai dari mana?" tanya Jingga.
"Bagaimana kalau kita cocokan waktu kecelakaan yang dialami Mom Jesi dengan kegiatan kamu yang dulu masih bekerja dikantor Arga," ucap Ruben.
"Itu ide yang sangat bagus, mas. Kenapa bukan dari dulu saja kamu punya ide cemerlang seperti ini," ucap Jingga.
"Maaf, mas baru kepikirannya waktu sekarang," ucap Ruben.
"Iya, tidak apa-apa yang terpenting sekarang aku bisa menaklukan hati mertuaku," ucap Jingga.
*******
Rumah Susun.
"Mimpi apa semalam ya, kita sudah tiga hari ini berada di rumah susun yang sangat tidak layak untuk di huni," gerutu Bram.
"Sudahlah, Dad. Kiara tahu ini berat untuk Daddy, tapi kita harus hadapi ini semua," ucap Kiara.
"Ya, nak. Mungkin ini pelajaran hidup. Kadang roda itu berputar, kadang kita diatas dan kadang kita dibawah," ucap Daddy Bram.
"Sabar ya, Dad. Kita pasti kuat menjalani ini bersama," ucap Kiara.
"Daddy tidak habis pikir sama Alisa, menantu yang Daddy banggakan bisa tega meninggalkan kita hanya karena kita saat ini berada dibawah," ucap Daddy Bram.
"Kiara juga tak pernah menyangka kalau Kak Alisa bisa tega sama kita semua," ucap Kiara.
Tak lama kemudian,
Jingga dan Ruben datang membawa banyak makanan dan juga sebuah kabar yang pasti akan membuat Bramantyo dan Kiara akan terjingkrak senang. Tapi sebelum memberikan kabar yang membahagiakan, Ruben dan Jingga telah sepakat untuk merahasiakan sementara tentang semua aset yang sudah kembali sebelum Jingga membuktikan dirinya tak bersalah tentang peristiwa kematian Mom Jesi.
"Dad, aku dan Jingga membawa makanan" ucap Ruben sambil menaruh makanan diatas meja.
"Ini makanan apa?" tanya Bram.
"Ini lontong kari, Daddy pasti suka," ucap Ruben.
"Terima kasih, nak," ucap Bram.
"Ini yang beli Jingga, Dad, dan mulai hari ini dia juga bersedia untuk tinggal bersama kita," ucap Ruben.
"Memang dia dari mana saja, kok baru terlihat sekarang," ucap Bram.
"Hmmm, Jingga sebenarnya diculik sama Arga dan dipaksa menikah. Untung saja aku berhasil menggagalkan pernikahan mereka," ucap Ruben.
"Gila dasar Arga," ucap Kiara.
"Daddy sih malah bersyukur saja jika Jingga menikah dengan Arga. Dia tidak akan bawa sial lagi dikeluarga kita," ketus Bram yang masih tidak menyukai Jingga.
TBC
(To Be Continue)
Tinggalkan jejak berupa like, vote, dan komentar.
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh