Bagian pertama dari Kembar Pratomo Generasi Ke Delapan
Mandasari Pratomo, putri bungsu jaksa penuntut umum New York, Adrianto Pratomo, tidak menyangka pria yang dikiranya hendak melecehkan dirinya, ternyata hendak menolong. Ditambah, pria itu adalah anggota kopassus yang sedang pendidikan di Amerika dan Mandasari menghajar pria itu hingga keduanya masuk sel. Wirasana Gardapati tidak habis pikir ada gadis yang bar-bar nya nauzubillah dan berdarah Jawa. Akibat dari kasus ini pihak kopassus harus berhadapan dengan keluarga Pratomo. Namun dari ini juga, keduanya jadi dekat.
Generasi ke delapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Santi Kaget
Note
Wahai para readers Membagongkan fans mbak Lilis dan para pengawalnya Shea. Untuk terakhir kalinya aku nyatakan disini Shea baru masuk UI, belum ketemu mbak Lilis. Baru ada pak Longga, pak Sakera dan Tole Tuyul Gabut. Jadi, jangan panggil mbak Lilis. Doi masih hidup di setting cerita Sarimi dan Wiro Sableng.
Tertanda
Sinto Gendeng.
***
Keesokan Harinya
Wira menikmati sarapan buatan sang ibu meskipun hanya nasi goreng sosis dan suwiran ayam. Tapi siapa sih yang tidak bisa menolak masakan buatan ibu? Tanya deh para anak yang dimasakan oleh ibunya dan pasti dibilang 'masakan ibu paling sedap'.
"Enak!" puji Wira dengan mulut penuh.
"Kalau mau ngomong, dikunyah dulu Wira. Macam anak kecil saja kamu," senyum Herdiani sambil menuangkan teh wasgitel ke cangkir Wira.
"Habis, kangen aku masakan ibu. Sudah berapa tahun kan aku tidak pulang?" cengir Wira.
"Iya. Kamu macam bang Toyib ... Sekian purnama tidak pulang," kekeh Herdiani.
"Bu, apa ibu sudah ketularan nona random?" Wira menatap ibunya yang jarang bercanda karena selalu serius, tapi sekarang kok jadi godain begitu.
"Eh? Ketularan nona ... Random? Sari maksud kamu?"
Wira mengangguk. "Sari kan panggilan sayang aku, nona random karena apa yang keluar dari mulutnya sering tidak terduga."
Herdiani tersenyum. "Mungkin ... Ibu ternyata salah menilai ya Wira. Sari itu anaknya baik banget! Apa kamu tahu, waktu dia mau maju yudisium dan sidang tesis, telpon ibu minta doa dilancarkan."
Wira melongo. "Jadi ... Sari telepon ibu?"
Herdiani mengangguk. "Ibu sampai doa malam, berdoa Sari lancar semuanya."
Wira tidak menduga hubungan Mandasari dan Herdiani begitu dekatnya meskipun beda benua dan waktu. "Oke, ini akan seram karena ibuku pasti akan membela calon menantunya yang sudah menjadi BESTie. Bahaya di aku Bu ! Bisa-bisa kalau Sari salah, yang dimarahi itu aku Bu! Padahal aku anak kandung ibu!"
Herdiani mengibaskan tangannya seolah bukan apa-apa. "Kamu terlalu berlebihan ...."
Wira menggelengkan kepalanya.
"Sayang, ibu agak gimana ya sama Santi. Soalnya kan memang ibu awalnya ingin menjodohkan kamu dengan dia, tapi kamu tidak mau. Mana kamu sudah main lamar anak orang juga ... Itu kan sudah diluar kemampuan ibu karena tahu anak laki-laki tidak perlu membawa orang tua untuk melamar."
"Lalu, apa yang membuat ibu berputar haluan?"
"Kamu sudah melamar Sari ke papanya! Satu itu, kedua, Sari berani menghubungi ibu. Tidak ada arogansi, selalu sopan meskipun suka bercanda. Semakin lama, ibu semakin merasa bahwa Santi semakin terobsesi denganmu dan ibu merasa ... Tidak nyaman."
Wira mengangguk. "Ibu tahu kan ibu terlalu terburu-buru? Jujur Bu, aku tidak pernah tertarik dengan Santi. Apalagi di depan aku selalu menjadi sok imut, lemah dan tidak bisa apa-apa."
"Apa menurutmu itu bukan manja saja?"
Wira menggelengkan kepalanya. "Manjanya bikin bosan Bu. Aku anggota Kopassus dan butuh wanita yang tangguh. Sari tangguh, dia jago beladiri dan tidak pernah mundur selama dia benar."
"Ditambah keluarganya ya?" senyum Herdiani.
"Itu bonus."
Herdiani mengangguk. "Misalkan papanya Sari menerima kamu, jangan ambil kesempatan dalam kesempitan, Wira. Jangan memanfaatkan siapa keluarga Sari kecuali mereka yang menawarkan bantuan! Ingat pesan ibu, nak. Jangan mentang-mentang Sari tidak apa-apa tapi kamu sudah ibu didik untuk tidak tergantung! Selama tangan kamu bisa diatas, jangan pernah tangan kamu dibawah karena Allah tidak suka, ibu juga tidak suka. Oke?"
"Njih Bu."
***
Rumah Makan Soto Hj Fatimah Solo
"Jadi nanti makan siang di warung penyet punya Bu Herdiani?" tanya Mavendra sambil makan sate kikilnya. "Hhmmm enak!"
"Aku suka es tehnya !" ucap Oscar.
"Solo memang tehnya seperti ini, Kadal. Wasgitel. Biasanya pakai gula batu tapi yang ini gula cair," ucap Mavendra.
"Aku mau nambah sotonya. Mbak, satu yang daging pakai kambangan ya!" seru Mandasari ke pelayan yang lewat. "Plus es teh manisnya tambah tiga."
"Kambangan itu apa?" tanya Oscar.
"Lemak sapi. Enak lho, kenyel kenyel." Mandasari tersenyum lebar saat melihat mangkuk soto itu dan Kambangan di mangkok sendiri.
"Enak mbak?"
"Enak Vendra."
"Oke, aku bisa makan masakan Indonesia. Apalagi Solo. Cocok di lidah aku," ucap Oscar sambil makan sate paru.
"Besok kan hari kan malam Jumat Kliwon ... Jadi pas buat ruqyah kamu, Oscar."
Oscar menatap melas ke Mandasari. "Apakah benar aku akan diceburin ke Bengawan Solo?"
Mandasari dan Mavendra memasang wajah datar. "Memangnya kita pernah bercanda?"
Entah mengapa, kali ini Oscar merasa merinding. You've got be kidding me.
***
Menjelang makan siang, Mandasari menyetir mobilnya menuju rumah makan milik Herdiani daerah pusat kota dan gadis itu sudah membawa oleh-oleh yang kemarin lupa dibawanya. Mavendra melihat rumah makan itu sangat ramai saat jam makan siang meskipun begitu tempat parkirnya cukup luas untuk mobil.
"Sepertinya benar cerita Wiro Sableng kalau dia masih ada keturunan Mangkunegaran. Lihat saja, ini tanah luas banget." Mavendra melihat sekelilingnya. "Mbak, Wiro Sableng memang anak orang kaya lho."
"Terus, penting gitu?" balas Mandasari yang berjalan masuk ke dalam rumah makan.
"Buat berapa orang kak?" tanya seorang pelayan.
"Buat tiga orang," jawab Mandasari.
"Apakah kakak yang namanya Mandasari Pratomo?" tanya pelayan itu.
"Iya benar. Kenapa?"
"Silahkan ikut saya kak, ibu sudah menunggu kakak di ruang VIP." Pelayan itu berjalan di depan Mandasari, Mavendra dan Oscar. Mereka tiba di ruang VIP dimana Herdiani sudah menunggu. Mandasari langsung Salim dan cipika cipiki sementara Mavendra Salim serta Oscar bersalaman.
Ketiganya pun duduk dan mereka pun terlibat percakapan yang seru. Santi yang baru saja memeriksa pesanan, melihat dari kaca ruang VIP, tampak bingung Bossnya asyik duduk manis dan mengobrol dengan tiga orang tidak dikenal.
"Mereka siapa? Influencer? Food blogger?" tanya Santi penasaran.
"Bukan mbak Santi. Itu tamu yang ditunggu ibu," jawab pelayan yang tadi mengantarkan Mandasari.
"Tamu? Tamu apa? Kok ibu tidak bilang sama aku?" Santi merasa kali ini Herdiani tidak bersikap biasanya.
"Namanya Mandasari Pratomo."
Santi menoleh cepat. "Mandasari Pratomo?" Yang benar saja! Beraninya dia datang ke Solo! Ini tidak bisa dibiarkan!
"Iya. Dia cantik sekali meskipun bajunya sederhana," jawab pelayan itu.
Santi bergegas menuju ruang VIP tapi dia melihat Wira masuk ke dalam lalu mencium pipi Herdiani dan mencium kening Mandasari. Wajah Wira tampak berseri-seri saat melihat Mandasari, ekspresi yang tidak pernah dia dapatkan dari seorang Wira Gardapati.
Santi tidak tahan lalu dia main masuk tanpa mengetuk pintu. Semua pun menoleh dengan wajah terkejut.
"Bisakah kamu mengetuk pintu dulu? Dimana sopan santun kamu?" tegur Herdiani dingin.
Santi tergagap dan melihat ke arah Mandasari yang duduk di sebelah Wira. Gadis itu menatap Mandasari dengan sorot mata penuh kebencian.
***
Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂
plisssssssssssssss
lagian d jamin itu setannya juga bakalan lari d bawah ketiaknya eyang Surti..
cba mnta bntuan shea aja,biar ada lwan'nya.....ya kali msti ngelwan yg gaib....