Empat tahun berlalu, Jagat Hartadi masih larut dalam perasaan cinta tak berbalas. Dia memilih menjalani hidup sendiri, hingga suatu malam dirinya membantu seorang wanita yang pingsan di pinggir jalan.
Jenna, itulah nama wanita tersebut. Siapa sangka, dia memiliki kisah kelam menyedihkan, yang membuat Jagat iba.
Dari sana, timbul niat Jagat untuk menikahi Jenna, meskipun belum mengenal baik wanita itu. Pernikahan tanpa dilandasi cinta akhirnya terjadi.
Akankah pernikahan yang berawal dari rasa kasihan, bisa menjadi surga dunia bagi Jenna dan Jagat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 : Refreshing
“Kamu tahu aku menginginkannya sejak dulu.”
Jenna menggeleng cukup tegas, menolak ucapan Haris. “Aku lebih percaya kepada Jagat, meskipun dia bukan ayah biologis Sakha. Maaf. Sebaik apa pun Om Tio, aku tidak yakin jika harus menitipkan Sakha ….”
Embusan napas pelan meluncur dari bibir Jenna. Dia seperti sengaja tidak melanjutkan kalimatnya. Ibu satu anak itu berbalik, kemudian meninggalkan Haris tanpa mengatakan apa-apa lagi.
“Aku akan kembali ke Belanda,” ucap Haris.
Jenna tertegun, lalu menoleh. Namun, dia tak mengatakan apa pun dan justru kembali mengarahkan pandangan ke depan, seakan tak peduli dengan ucapan Haris.
Giliran Haris yang mengembuskan napas pelan agak berat. Dia tetap berdiri di tempatnya, meskipun Jenna sudah tak terlihat. Tak terbayangkan, Haris kehilangan dua wanita yang pernah mengisi hidupnya dengan cara seperti itu.
Sungguh tragis. Entah merupakan teguran keras atau justru hukuman dari Tuhan, untuk segala kenakalan yang telah dilakukan selama ini. Apa yang terjadi kepada Viviana, membuat Haris berpikir lebih bijak dalam menyikapi kehidupan yang dijalaninya.
Selang beberapa waktu berlalu. Pihak penyidik menggelar reka adegan kejadian, yang diperagakan oleh Jenna dan seseorang yang berperan sebagai Viviana.
Sementara itu, Haris sudah berada di Belanda. Namun, dari pihak keluarga Viviana mengirimkan perwakilan ke Indonesia.
Berbeda dengan Jagat. Dia justru berpura-pura tak peduli dengan semua yang terjadi. Jagat menyibukan diri, tanpa mengabaikan perhatiannya dari Sakha.
Walaupun sudah mengetahui siapa ayah biologis Sakha, tak membuat kasih sayang Jagat berubah dan justru bertambah besar. Apalagi, dirinya kini jadi ayah tunggal yang harus mengurus anak seorang diri.
......................
"Pengadilan sudah menjatuhkan vonis kepada Jenna. Istrimu mendapat keringanan hukuman dari yang seharusnya dia dapatkan," terang Harvey, sahabat Jagat yang berprofesi sebagai pengacara.
"Terima kasih, Kawan. Itu sudah lebih dari cukup," ucap Jagat. Dia merasa lega, setelah mendengar kabar dari Harvey, yang sengaja disewa untuk mendampingi Jenna selama menghadapi kasus hukum hingga mendapat putusan dari pengadilan.
Walaupun terkesan tak peduli, tetapi Jagat masih melakukan tanggung jawab sebagai suami. Dia meminta bantuan Harvey, yang notabenenya merupakan pengacara kondang tanah air.
Harvey memang tidak bisa membuat Jenna terlepas dari jerat hukum. Namun, berkat kerja kerasnya dan tim, putusan peradilan terhadap Jenna menjadi lebih ringan dari tuntutan jaksa.
"Kamu tidak berniat melihat keadaan Jenna?" tanya Harvey.
"Aku hanya akan fokus pada Sakha. Aku rasa, Jenna pasti bisa memahami itu," jawab Jagat datar. Dia agak malas menanggapi pertanyaan yang sama, setiap kali bertemu dengan Harvey.
Harvey manggut-manggut seolah memahami, meskipun ada sesuatu yang tidak sepaham dengan pemikirannya dari sikap Jagat. Namun, dia menghormati keputusan sang pemilik Niskala Madyantara Abadi tersebut. Dia tak ingin masuk lebih jauh karena itu berhubungan dengan ranah pribadi.
"Istrimu lebih kurus dari sebelumnya. Dia pasti sangat tertekan karena situasi yang dihadapi saat ini. Tidak ada seorang pun yang datang untuk memberikan dukungan secara moril. Itu benar-benar menyedihkan," ujar Harvey iba.
"Tugasmu sudah selesai, Kawan. Jangan memikirkan hal lain yang bukan ranahmu," tegur Jagat.
"Aku bicara sesuai kenyataan," bantah Harvey. "Itu bukan sesuatu yang ... yang .... " Dia menatap aneh Jagat. "Tengoklah dia sekali saja. Aku yakin, Jenna pasti sangat bahagia melihatmu.”
Jagat tidak segera menanggapi. Pengusaha tampan itu terdiam, seperti tengah memikirkan sesuatu. Dia ingin membantah ucapan Harvey. Namun, ayah angkat Sakha tersebut tak tahu harus mengatakan apa. Akhirnya, Jagat beranjak dari duduk, memilih berpamitan dari hadapan Harvey.
Melarikan diri merupakan sesuatu yang kerap Jagat lakukan dalam beberapa waktu terakhir. Tak jarang, dia kebingungan dan tak tahu harus bagaimana. Pikirannya seringkali tak menentu. Hal itu membuat pria yang sudah menginjak kepala empat tersebut jadi kesulitan berkonsentrasi.
Sebenarnya, Jagat sering memikirkan Jenna. Meskipun pernikahannya dengan wanita muda itu baru seumur jagung, tetapi telah menghadirkan kesan luar biasa, bagi sang pengusaha yang tadinya memutuskan untuk melajang tersebut.
"Kamu butuh hiburan, Kak," ucap Nayeli, saat bicara di telepon dengan sang kakak. "Apa salahnya mengikuti saranku. Kamu harus melakukan penyegaran, agar otakmu kembali normal." Dia mencoba melontarkan candaan ringan, meskipun tak tahu akan direspon seperti apa oleh Jagat.
"Uangmu sudah banyak, Kak. Buanglah beberapa lembar untuk sekadar menghibur diri. Kebetulan, aku akan mengadakan pesta ulang tahun pernikahan akhir musim semi ini. Jika mau, berkunjunglah kemari. Bawa Sakha karena aku ingin melihat dan menggendongnya secara langsung."
"Aku belum ada rencana bepergian ke manapun," ujar Jagat datar.
Nayeli menanggapi dengan tawa renyah, seakan tak peduli meski sang kakak sedang tak berselera untuk meladeni perbincangan itu. “Ubahlah cara berpikirmu, Kak,” ucapnya lembut. “Dulu, Kakak seperti ini saat patah hati karena Ratri. Aku tidak mau itu terulang lagi, meskipun kali ini mungkin lebih ….” Nayeli menjeda kalimatnya, lalu mengembuskan napas pelan bernada keluhan.
“Aku tidak mau melihatmu terpuruk lagi, Kak,” ucap Nayeli kemudian.
“Aku tidak seperti itu, Nay. Ini hanya masalah waktu. Lagi pula, ada Sakha sekarang. Aku punya tanggung jawab besar untuk merawatnya dengan baik.”
“Kalau begitu, ikuti saranku. Datanglah kemari dan kita akan bersenang-senang bersama.”
“Baiklah,” putus Jagat.
Beberapa hari setelah perbincangan itu, Jagat memutuskan pergi ke Inggris dengan membawa Sakha.