Squel "My Sexy Secretary"
Berjudi dan mabuk-mabukkan merupakan hobi ayah Alicia sejak mendiang ibunya masih ada. Hingga pada suatu hari, sang ayah—Rendra—kalah dalam judi, dan harus berhutang sana-sini. Karena tidak memiliki uang untuk membayar, akhirnya Alicia menjadi korban ketamakan Rendra.
Dia dijual kepada pengusaha kaya. Dan dipaksa mengandung benih pria itu. Namun, setelah dia berhasil melahirkan. Dia justru mendapati kenyataan pahit, sebab di saat Alicia membuka mata, dia telah kehilangan segalanya.
Anak kembarnya telah dibawa pergi entah ke mana. Dan karena itu semua, membuat Alicia bertekad untuk mengambil kembali apa yang dimilikinya.
Akankah Alicia berhasil?
Salam anu 👑
Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Kenapa Keluarga Ini Berbeda?
Setelah melakukan pertemuan kembali di perusahaan kliennya. Lee mengajak Renata untuk makan siang terlebih dahulu. Mereka pergi ke pusat perbelanjaan, karena Lee juga akan membelikan buah tangan untuk kedua anaknya.
"Mungkin kita akan pulang nanti sore, karena jam 2 masih akan ada survey tempat. Kebetulan tidak jauh dari kota ini," jelas Lee tanpa memandang ke arah Renata.
Dari mereka bangun kecanggungan itu terus melanda. Membuat Lee tidak mengerti lagi, kenapa dia terus-menerus berpikir bahwa dia telah melakukan kesalahan, karena sudah mencium Renata. Padahal di dalam pikirannya masih ada Alicia.
"Baik, Tuan," balas Renata sedikit tergagap. Ruang nafas mereka seolah terhimpit, jika sedang berduaan seperti ini. Padahal di balik kemudi ada supir taksi.
"Aku juga ingin membelikan Gio dan Shasha oleh-oleh, jadi nanti kamu ikut denganku," ujar Lee lagi sambil mengusap tengkuknya yang terasa dingin.
Sementara wajah Renata langsung berubah sumringah. "Saya juga ingin membelikan mereka sesuatu." Cetusnya karena terlalu antusias. Membuat Lee langsung mengalihkan pandangan ke arah Renata.
"Membelikan apa? Kamu saja belum gajian, lagi pula aku tidak mengajarkan anak-anakku untuk merepotkan orang lain. Aku hanya memintamu untuk pilihkan sesuatu yang bagus, bukan untuk membayarnya!" balas Lee dengan tegas.
Selama ini tidak ada yang berani untuk memberikan apapun pada kedua anaknya. Karena mereka berpikir bahwa Gio dan Shasha hanya akan menerima barang-barang mewah dan mahal saja.
"Benarkah? Saya yang memilih barang untuk Tuan kecil dan Nona kecil?"
"Hem," balas Lee dengan singkat, tetapi sukses membuat Renata tersenyum sangat manis. Bahkan saking manisnya, membuatee tidak bisa berpaling dari wanita itu.
Namun, tiba-tiba tubuh Lee dan Renata terhuyung, karena sang supir mengerem secara mendadak. Dengan reflek, Lee mendekap bagian atas tubuh Renata, agar wanita itu tidak terbentur kursi yang ada di hadapannya.
Cit!!!
Suara decitan ban mobil yang bergesekan dengan aspal.
"Astaga, kenapa bisa kamu menghentikan mobil dengan cara seperti itu? Apa kamu ingin kami mati?!" sentak Lee karena merasa kesal.
"Maaf, Tuan. Tiba-tiba ada yang menyebrang, saya benar-benar kaget," balas supir taksi merasa bersalah. Apalagi saat melihat mata Lee yang menyalak tajam, dia merasa seperti sedang diancam. Hingga tak berani mengangkat wajah.
Lee mendengus kasar, tetapi begitu menyadari posisinya dengan Renata, pria itu segera melepaskan pelukannya. Bahkan tangan Lee langsung bergetar dengan jantung yang jedag-jedug tidak karuan.
Ya Tuhan … apakah pria muda sepertiku mudah terserang penyakit? Kenapa akhir-akhir ini jantungku terus berdebar? Sepertinya aku harus menemui Uncle De untuk memeriksakannya.
***
Di sisi lain, Gio dan Shasha yang baru saja menghabiskan makan siang, pergi untuk mencuci tangan. Namun, ketika mereka melewati kamar belakang, keduanya seperti mendengar suara dua orang yang sedang mengobrol.
"Kak, apa itu suara Mommy?" tanya Shasha pada sang kakak, tetapi Gio langsung memasang simbol agar Shasha diam.
Gio berjalan mengendap-endap, suasana memang sepi karena beberapa pelayan sedang beristirahat. Namun, bocah tampan itu takut jika kedua orang yang sedang mengobrol itu tahu, kalau dia menguping.
Dan ternyata suara itu berasal dari salah satu kamar karyawan yang bekerja di rumah besarnya. Shasha pun mengekor pada langkah Gio, hingga kini mereka berada tepat di depan pintu kamar yang baru saja ditutup itu.
"Kamu jangan berisik yah," bisik Gio pada sang adik, dan Shasha langsung menganggukkan kepala.
Gio mencoba untuk mengintip dari celah kunci, hingga dia bisa melihat dua orang yang ada di dalam sana. Dia melakukan hal tersebut, karena salah satu suara itu adalah milik sang ibu.
Bocah tampan itu membulatkan mata, dan reflek mundur. Wajahnya berubah memerah seperti telah melihat hantu.
"Kak, ada apa? Apakah benar di dalam sana ada Mommy? Sedang apa mereka?" tanya Shasha dengan tatapan polos. Namun, sang kakak hanya bisa mematung dengan tubuh gemetar.
Karena tidak mendapat jawaban Shasha pun mengikuti apa yang dilakukan Gio. Akan tetapi sebelum itu terjadi, Gio segera menahan adiknya. "Kita pergi! Kamu harus segera tidur siang."
"Hah? Kenapa aku tidak boleh melihatnya?"
"Menurutlah. Atau aku akan minta Nanny untuk menghubungi Daddy dan mengatakan bahwa kamu sulit diatur!" kata Gio dengan tatapan serius, namun suaranya terdengar masih pelan.
Dan hal tersebut membuat Shasha merasa kesal. Padahal dia tidak melakukan apa-apa, tapi Gio malah memarahinya.
"Aku adalah anak yang patuh, Daddy tidak akan percaya!"
"Kalau begitu ayo kita pergi ke kamar! Aku akan menemanimu tidur."
"Tapi—"
Sebelum Shasha melanjutkan kalimatnya, Gio segera menarik tangan sang adik agar pergi dari sana. Sistem otaknya seperti dihancurkan, hingga dia kesulitan bernafas. Akan tetapi dia terus menuntun Shasha, agar gadis kecil itu tidak perlu melihat kejadian yang sebenarnya.
Apakah ini alasan kenapa Daddy dan Mommy tidak pernah tidur bersama? Apakah ini alasan mereka selalu bertengkar? Dan apakah ini alasan kenapa mereka tidak pernah kompak untuk mengatur aku dan Shasha? Kenapa keluarga ini berbeda? Aku ingin keluarga harmonis seperti teman-temanku.
***
Sabar ya, Nak😌
gk mommy
jdi kurang klop klo panggilan nya ibu
meski dalam hati