NovelToon NovelToon
Nikah Paksa Amrita Blanco

Nikah Paksa Amrita Blanco

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Paksa
Popularitas:52.9k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Amrita Blanco merupakan gadis bangsawan dari tanah perkebunan Lunah milik keluarganya yang sedang bermasalah sebab ayahnya Blanco Frederick akan menjualnya kepada orang lain.

Blanco berniat menjual aset perkebunan Lunah kepada seorang pengusaha estate karena dia sedang mengalami masalah ekonomi yang sulit sehingga dia akan menjual tanah perkebunannya.

Hanya saja pengusaha itu lebih tertarik pada Amrita Blanco dan menginginkan adanya pernikahan dengan syarat dia akan membantu tanah perkebunan Lunah dan membelinya jika pernikahannya berjalan tiga bulan dengan Amrita Blanco.

Blanco terpaksa menyetujuinya dan memenuhi permintaan sang pengusaha kaya raya itu dengan menikahkan Amrita Blanco dan pengusaha itu.

Namun pengusaha estate itu terkenal dingin dan berhati kejam bahkan dia sangat misterius. Mampukah Amrita Blanco menjalani pernikahan paksa ini dengan pengusaha itu dan menyelamatkan tanah perkebunannya dari kebangkrutan.

Mari simak kisah ceritanya di setiap babnya, ya ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Kedatangan Tamu

Amrita masih berkutat dengan pergelangan kakinya yang terkilir lantaran dia terpeleset di perkebunan sedang menemani Denzzel kesana.

Perban baru saja diganti oleh perawat kesehatan yang dipanggil datang ke bungalow oleh Denzzel.

Sekarang tinggal Amrita sendirian bersama Denzzel di ruangan tengah bungalow.

"Sarapan, Amrita", ucapnya seraya menyerahkan sepiring makanan kepada Denzzel.

"Terimakasih...", sahut Amrita seraya mengangguk pelan.

"Jujur aku tidak terlalu pintar memasak makanan tapi membuat menu sarapan pagi, kurasa sederhana", ucap Denzzel.

Denzzel berjalan ke arah sofa lalu duduk disana sembari mengamati Amrita.

"Enak...", puji Amrita sembari menyuapkan sesendok makanan penuh kedalam mulutnya.

"Enak, syukurlah kalau enak", ucap Denzzel lalu bersandar santai.

Amrita melirik ke arah Denzzel, sepertinya suaminya itu tidak makan pagi.

"Kau sendiri tidak sarapan ?" tanya Amrita sembari memainkan garpu di atas makanannya.

"Sudah, aku sudah makan tadi sewaktu perawat mengganti perbanmu", sahut Denzzel yang masih menutupi wajahnya dengan kain hitam selaras bajunya.

"Oh, begitu, ya", ucap Amrita kembali menyuapkan sesendok makanannya kedalam mulutnya.

"Nanti aku akan pergi ke perkebunan lagi, mengurus panen buah disana, sudah ada dana yang aku masukkan untuk pemetikan bahkan para pemetik juga sudah aku bayar", lanjut Denzzel.

"Syukurlah, kalau perkebunan dapat panen", sahut Amrita seraya bernafas lega.

"Kau suka ?" tanya Denzzel.

"Ya, karena akhirnya kami bisa panen buah dan memenuhi permintaan pesanan para pelanggan perkebunan Luhan", sahut Amrita.

"Mandor Tobin memberiku daftar list pelanggan yang pesan buah dari sini, mungkin tugas itu akan selesai beberapa hari kemudian", ucap Denzzel.

"Benarkah, kau telah memenuhi permintaan pesanan para pelanggan buah", kata Amrita terlihat gembira.

"Ya, untuk apa aku berbohong", sahut Denzzel.

"Aku lega karena pelanggan tidak harus merasa kecewa karena pesanan mereka terpenuhi oleh kita, mudah-mudahan semua dapat berjalan lancar", kata Amrita lalu tersenyum manis.

"Ya, semoga semua lancar sampai proses pengiriman buah kepada para pelanggan", ucap Denzzel.

"Kukira kita tidak akan pernah berhasil panen tapi sekarang ternyata kita bisa mengirim buah berkat bantuanmu dan kuucapkan terimakasih padamu, Denzzel", kata Amrita.

"Ya, sama-sama", sahut Denzzel.

"Ah, lega sekali rasanya bisa panen dan memenuhi permintaan pelanggan, semoga mereka senang mendengar kabar ini", kata Amrita.

Amrita menghela nafas pelan seraya tertawa riang sembari menepiskan helaian rambutnya ke belakang telinga.

"Akhirnya perkebunan Luhan tidak mati beroperasi", ucapnya senang.

"Sepertinya kau menaruh harapan besar pada perkebunan Luhan ini, bukannya kau kurang menerima ketidakadilan yang kau dapatkan karena tempat ini", kata Denzzel.

''Ya, mungkin begitu, tapi aku merasa bahagia karena bisa membuat perkebunan Luhan beroperasi lagi dari yang tadinya akan bangkrut karena dana tidak ada menjadi lancar-lancar saja untuk mengirimkan pesanan sekarang ini", sahut Amrita malu-malu.

"Artinya tanah perkebunan Luhan adalah kesukaanmu daripada pernikahan kita", kata Denzzel.

''Tidak juga, bukan menjadi favoritku tempat ini melainkan alasan lainnya yaitu aku merasa bahwa tanah perkebunan Luhan telah menjadi tanggung jawabku sebagai pengelola", ucap Amrita.

"Tanggung jawab, ya ?!" sahut Denzzel.

"Ya, begitulah, karena tanah perkebunan Luhan merupakan tempat dimana aku telah menghabiskan seluruh waktuku disini selama aku beranjak besar, sangat wajar kalau perkebunan bukan hanya menjadi prioritasku sesaat namun sudah menjadi bagian dar diriku", kata Amrita.

"Benarkah itu ?" tanya Denzzel sembari menyorot lurus ke arah Amrita yang duduk sembari melahap habis makanannya.

"Ya, benar", sahut Amrita dengan anggukkan kepala ringan.

"Hmmm...", gumam Denzzel masih menatap tajam ke arah Amrita.

"Sudah habis, tapi aku tidak bisa berjalan saat ini, sebaiknya aku taruh dimana piring sisa makanku ini", kata Amrita.

"Biarkan aku yang menaruhnya di tempat cuci piring", sahut Denzzel.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari luar bungalow, tentu saja hal itu mengejutkan Amrita dan Denzzel yang sedang duduk bersama di ruangan tengah.

"Amritaaa !!! Kami datang !!!" suara teriakan dari luar.

Denzzel yang telah beranjak bangun seraya berjalan menghampiri Amrita langsung mengurungkan niatnya pergi ke dapur.

"Siapa itu ?" tanyanya sembari berpaling ke arah lain.

"Mungkin saja mereka sepupuku", sahut Amrita.

"Ternyata kau punya saudara sepupu", ucap Denzzel.

"Ya, benar, saudara sepupu dari ibu kandungku, Elizabeth", sahut Amrita seraya tersenyum simpul.

"Wow, begitu, ya", ucap Denzzel.

"Bisakah kau antarkan aku keluar bungalow, biar aku menemui mereka", sambung Amrita sembari mendongakkan kepalanya.

"Tidak usah, aku saja yang menemui mereka", kata Denzzel.

Terburu-buru Amrita menahan tangan Denzzel yang hendak pergi keluar bungalow sehingga suaminya itu langsung menolehkan padangannya ke arah Amrita.

"Ada apa, Amrita ?" tanyanya.

"Biar aku saja menemui mereka, aku takut sepupu-sepupuku itu akan lari tunggang langgang jika melihatmu", sahut Amrita.

"Kau menyindirku ?" tanya Denzzel yang tak tampak ekpresi wajahnya, tersinggung atau tidak lantaran kain yang menutupi wajahnya membungkus mukanya rapat-rapat.

"Bukan begitu maksudku, aku hanya tidak ingin mereka kecewa karena tidak bertemu denganku disini", sahut Amrita.

"Maksudmu, aku benar-benar tidak mengerti, Amrita", kata Denzzel.

"Kau bilang bahwa kau tidak ingin siapapun mengusik kita selama diperkebunan ini jika sepupu-sepupuku tahu bahwa mereka tidak kau ijinkan bertemu aku maka kupastikan mereka akan sedih", ucap Amrita.

Amrita menatap dengan wajah polosnya ke arah Denzzel sedangkan suaminya itu hanya membalas tatapannya dengan sorot mata serius.

Denzzel mulai memahami alasan Amrita melarangnya menemui sepupunya lantaran Denzzel pernah berpesan pada mandor Tobin agar dirinya tidak mau diganggu oleh siapa-siapa selama dia berada di tanah perkebunan Luhan.

Amrita tersenyum simpul lalu menganggukkan kepalanya, tanda dia mencoba bernegoisasi dengan Lambert.

"Aku akan menyuruh mereka menemui dibungalow ini, dan aku tidak melarang kalian saling berjumpa", kata Denzzel.

"Benarkah itu ?" tanya Amrita tertegun.

"Ya, benar, kenapa harus tidak", sahut Denzzel.

"Kau serius mengatakannya ?!" kata Amrita.

"Ya, aku serius sekali", sahut Denzzel kemudian menganggukkan kepalanya cepat.

"Kalau begitu baiklah, kau suruh mereka masuk kemari untuk menemuiku disini", kata Amrita.

"Mmm..., sepertinya keputusanku berubah sekarang ini..." ucap Denzzel.

"Mengapa ?" tanya Amrita.

"Sebab aku ingin kau menemui mereka bersamaku diluar bungalow", sahut Denzzel.

"Oh, baiklah", kata Amrita.

Denzzel mengangkat tubuh Amrita dari kursi malas kemudian menggendongnya sampai ke pintu bungalow.

"Kau siap menemui mereka, Amrita ?" tanya Denzzel.

"Ya, aku siap", sahut Amrita sembari menganggukkan kepalanya.

Denzzel menendang pintu bungalow sembari berjalan keluar dari ruangan itu, dia menuju beranda depan bersama Amrita yang ada digendongan tangannya.

Terlihat dua perempuan sedang berdiri diluar bungalow seraya menatap lurus ke arah beranda dimana Denzzel dan Amrita berada disana.

Amrita menengok cepat ke arah bawah bungalow kemudian dia menyapa dua sepupunya.

"Hai, kalian ! Apa kabarnya ?" sapanya ramah sambil melambaikan tangan.

"Hai, Amrita...", sahut dua perempuan yang merupakan sepupu Amrita lalu melirik ke arah Denzzel Lambert.

Sontak dua perempuan berparas manis itu yang ada di bawah bungalow tersentak kaget ketika mereka melihat ke arah laki-laki yang sedang bersama Amrita.

Keduanya termenung diam tanpa menoleh ke arah Amrita dan mereka sepertinya gemetaran bahkan tubuh mereka sangat membeku kaku, tidak dapat berbuat apa-apa selain memandang ke arah bungalow diatas mereka dengan wajah pias tegang.

Suatu hal yang tidak aneh menurut Amrita karena dia menyadari jika dua sepupunya itu akan bergidik ngeri setelah melihat Denzzel Lambert, suaminya yang berpenampilan aneh serta sangat misterius itu.

1
Anonymous
up....
Anonymous
🍜
Anonymous
cerita misteri nih sama dengan protagonis prianya...
Bianca Nadia
next
Bianca Nadia
luar biasa
Reny Rizky Aryati, SE.
🧑‍🌾🧑‍🌾🧑‍🌾🧑‍🌾
Reny Rizky Aryati, SE.
/Casual//Casual//Casual//Casual/
Anonymous
/Good//Good//Good//Good/
Anonymous
/Ok/
Anonymous
🧑‍🤝‍🧑
Anonymous
/Doge//Doge//Doge/
Anonymous
/Gift//Gift//Gift/
Anonymous
/Pray//Pray//Pray/
Anonymous
/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Anonymous
/Coffee//Coffee//Coffee//Watermalon/
Anonymous
👩‍❤️‍💋‍👨
Anonymous
🧑‍⚕️🏨
Anonymous
/Rose//Rose//Rose/
Anonymous
🏞️🌳🌳🌳🍒🍎🍓🍊🍑🥝🍋🥭🍇🫐
Anonymous
/Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!