Sulastri tak menyangka kalau dia akan jadi korban pemerkosaan oleh pria yang tak dia kenal, dia sampai hamil dan dihakimi oleh warga karena merasa kalau Sulastri merupakan wanita pembawa sial. Sulastri meninggal dunia dan menjadi kuntilanak.
Wanita yang menjadi kuntilanak itu datang kembali untuk membalas dendam kepada orang-orang yang dulu membunuhnya, dia juga terus gentayangan karena mencari siapa yang sudah merenggut kesuciannya.
Jangan lupa follow Mak Othor biar gak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BD Bab 26
Bukan hanya berkas pengalihan harta yang disembunyikan oleh Syahdan di dalam kamarnya, tetapi juga ternyata ada berkas yang menunjukkan tentang kepemilikan perusahaan yang dulu dikelola oleh Salman.
Pria itu padahal usianya masih muda, tapi ternyata sudah sangat licik sekali. Terlebih lagi Ibunya sangat jahat, bisa-bisanya memprovokasi anaknya untuk menjadi orang jahat.
Salman tentunya tidak ingin tinggal diam, pagi hari dia mengajak putranya untuk masuk ke dalam kamar. Lalu, dia berbicara dengan begitu serius dengan putranya itu.
"Kamu mau bantu Ayah gak, Nak?"
Salman berbicara dengan serius sekali, Sultan tahu kalau kini saatnya dia untuk menanggapi ucapan ayahnya dengan serius. Selain itu, Setelah dia bergaul dengan Dea, Sultan memang terlihat lebih dewasa dan pengertian.
"Mau dong, Yah. Masa nggak, memangnya Ayah butuh bantuan apa?"
"Ayah mau ke kota untuk beberapa hari, tolong kamu jaga perkebunan. Bisa?"
"Kenapa pergi ke kota begitu mendadak? Apa ada hal yang harus diurus secara mendadak dan sangat penting?"
"Ya, Ayah mohon sekali. Bantu Ayah, ini demi masa depan kita semua."
"Boleh, Yah. Aku akan jaga perkebunan, nanti untuk orang yang menjaga warung dengan Dea bisa aku minta tolong sama tetangga kita yang nganggur."
"Hem, anak baik. Kalau begitu Ayah akan pergi sekarang ke kota, kamu jadilah anak yang bertanggung jawab. Oke?"
"Ya, Ayah."
"Oiya, Nak. Ayah berpesan kepada kamu, hati-hati dengan Syahdan dan juga bi Midah. Mereka bukan orang baik," ujar Salman.
"Hah? Serius? Bagaimana ceritanya mereka itu bukan orang baik? Padahal, keduanya sudah ikut kita sejak lama."
"Nanti Ayah ceritakan, pokoknya saat ini kamu harus waspada terhadap keduanya. Ayah pergi dulu, kamu hati-hati di rumah."
"Oke," ujar Syahdan.
Salman langsung pergi ke kota, tentunya dia membawa turut serta istrinya. Saat dia tiba di kota, Salman membawa istrinya itu menuju rumah sakit besar. Dia memutuskan untuk merawat istrinya di sana agar bisa sembuh dengan cepat.
Setelah mengantarkan istrinya ke rumah sakit, Salman pergi ke tempat pengacara. Dia membicarakan masalah peralihan harta, semua harta yang sudah diambil alih oleh Syahdan, dia ingin alihkan kembali atas namanya.
Lalu, dia meminta pengacara untuk membuat surat palsu untuk Syahdan. Dia juga meminta pengacara untuk membuat surat peralihan harta yang palsu. Hal itu di lakukan untuk memberikan pelajaran kepada anak itu.
"Untuk urusan Syahdan sudah selesai, sekarang aku lebih baik di rumah sakit terlebih dahulu untuk memantau kesehatan istriku."
Salman sudah selesai urusannya dengan pengacara, pria itu memutuskan untuk pergi ke ruang perawatan istrinya. Dia ingin melihat keadaan istrinya yang sudah dia tinggalkan karena terlalu sibuk mengurusi urusan Syahdan.
"Sayang," panggil Salman ketika dia masuk ke dalam ruang perawatan istrinya tersebut.
Sinta membuka matanya ketika mendengar namanya dipanggil, dia tersenyum karena melihat suaminya yang pulang. Walaupun memang dalam keadaan lelah.
"Sayang, Mas kangen."
Salman seperti biasanya, dia menunduk untuk mengecup bibir istrinya. Salman memagut bibir itu dengan lembut, hingga tidak lama kemudian dia merasa kaget karena Sinta membalas pagutan bibirnya.
"Sayang, kamu----"
"Keadaanku sudah lebih baik, Sayang. Walaupun aku belum bisa berjalan dengan normal, tapi aku sudah bisa bicara."
Sinta berbicara dengan pelan dan juga lembut, Salman sampai menangis mendengar suara istrinya yang sudah lama sekali tidak dia dengar. Tanpa ragu dia bahkan memeluk istrinya dengan begitu erat.
"Sayang, kamu sembuh?"
"Ya, berkat kamu yang tidak memberikan obat itu kepada aku. Jadinya aku sembuh," ujar Sinta.
"Alhamdulillah, kamu akhirnya sembuh juga, Yang. Mas gak akan kesepian lagi," ujar Salman dengan bahagia.
Selama hampir dua Minggu wanita itu rutin meminum obat dari dokter, Sinta juga dua hari ini melakukan terapi. Salman tidak menyangka kalau hasilnya akan sebagus ini.
"Oiya, sejak kapan kamu tahu kalau Syahdan dan juga bi Midah adalah orang-orang jahat?"
"Sejak pertama aku stroke, Syahdan dan juga bi Midah terang-terangan berkata ingin menghancurkan keluarga kita. Sayangnya saat itu aku begitu tidak berdaya ketika ingin membicarakan hal ini kepada kamu," jawab Sinta.
"Sialan! Mereka benar-benar orang jahat, aku pasti akan membalas perbuatan mereka."
"Ya, Sayang. Kamu harus balas perbuatan mereka dengan ganjaran yang setimpal," pinta Sinta.
"Ya, Sayang. Lalu, apa kata dokter tentang penyakit kamu?"
"Kata dokter dalam seminggu aku sudah akan bisa berjalan kembali, asal tetap berada di rumah sakit agar pengobatannya lebih baik lagi."
Salma setuju, jika istrinya dibawa pulang ke kampung pasti ada Syahdan dan juga bi Midah yang akan mencoba untuk meracuni istrinya kembali.
"Iya, Sayang. Kita akan di sini sampai kamu sembuh," ujar Salman. "Tapi, besok aku izin sehari untuk pergi ke kampung. Setelah urusan selesai aku pasti akan kembali, kamu jangan marah."
"Emmm," jawab Sinta.
Keesokan harinya Salman benar-benar pergi ke kampung, setelah sampai dia langsung menyimpan berkas yang sudah dia siapkan ke dalam kamar Syahdan. Lalu, dia menghampiri Sultan yang sedang berada di perkebunan.
Sultan kaget melihat kedatangan ayahnya itu yang hanya sendirian, tentunya dia langsung menanyakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Salman sambil berbisik menjelaskan apa yang terjadi kepada Sultan.
Anak itu langsung paham, Sultan pada awalnya terlihat begitu marah dan ingin menghajar Syahdan. Namun, Salman berkata harus sabar karena masih ada hal yang harus dia kerjakan. Sultan mengalah.
"Ingat, Nak. Janga gegabah, karena yang kita hadapi adalah musuh dalam selimut."
"Ya, Ayah."
Saat dia ingin kembali pergi ke kota, dia berpapasan dengan Syahdan. Syahdan yang melihat Salman ada di sana langsung kepo dan langsung bertanya kepada tuannya itu kenapa hanya datang sendirian tanpa istrinya.
"Istriku sedang di rumah sakit, dia---"
Salman menunduk lesu, dia berpura-pura begitu sedih sekali. Syahdan langsung tersenyum dengan begitu tipis karena dia mengira kalau istri dari Salman itu mengalami hal yang mengenaskan.
"Sudahlah, aku pergi ke kota dulu. Kamu bantu anakku untuk urus perkebunan," ujar Salman.
"Ya," jawab Syahdan pura-pura menurut.
Salman kembali pergi ke kota, setelah kepergian Salman, Syahdan tersenyum penuh arti. Lau, pria itu mengirimkan pesan SMS kepada ibunya.
"Sepertinya rencana kita sebentar lagi akan berhasil, Bu. Siap-siap saja untuk menguasai semua harta keluarga Wihardja, ibu akan menjadi nyonya Wihardja sebentar lagi."
ternyata begitu ceritanya... dasar laki-laki...
jahat pula...
kalo ada udaku geplek pala abg syahdan 🤣
syahdan ini udah termakan omongan ibunya.. kasihan juga sih.. nggak tau apa-apa, malah dimanfaatkan ibunya..