NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:31.4k
Nilai: 4.3
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26 Ketegangan di Ruang Negosiasi: Niat Licik Wu Chengfeng

Musik lembut mengalun di latar belakang, tapi tak seorang pun memperhatikannya. Tepuk tangan telah mereda, dan hanya suara alat makan yang sesekali terdengar, berpadu dengan bisik-bisik samar.

Jing Hun meletakkan sumpitnya perlahan, lalu meneguk araknya sekali. Ia menyeka sudut bibir dengan sapu tangan, lalu berbicara dengan santai. Namun setiap katanya mengandung duri tersembunyi.

“Patriak Wu… sebelumnya kalian telah mengajukan syarat. Bahwa harga Rumput Api hanya akan ditentukan oleh pihak Sekte Phoenix.” Ia menoleh pelan ke arah Wu Chengfeng. “Sebuah keputusan yang... menarik.”

Wu Chengfeng tersenyum seolah baru saja mendengar lelucon lama. “Apa ada yang salah dengan itu? Bukankah wajar jika pemilik sumber daya menentukan nilainya sendiri?”

Beberapa tetua tertawa kecil, tapi hanya mereka yang kurang cerdas yang ikut menikmati suasana. Yang lain, yang lebih berhati-hati, mulai menyadari: aroma adu otoritas sedang memanas.

Lin Shuelan menatap sejenak ke arah Jing Hun, lalu menunduk sopan dan ikut bicara. Suaranya tenang, halus, namun mengalir seperti air yang membawa batu tajam di dasarnya.

“Sekte kami menghargai nilai. Namun dalam kerjasama, bukan satu pihak yang berkuasa. Dua arah… dua pertimbangan.”

Jing Hun mengangguk ringan. “Betul. Patriak kami percaya bahwa kerja sama sejati harus menyertakan kemampuan serta hak kedua belah pihak. Karena itu, kami tidak setuju jika harga ditentukan sepihak.”

Wu Chengfeng menyipitkan matanya. “Lalu… apa yang diinginkan Patriak Mawar Putih?”

Jing Hun menoleh. Tatapannya tenang, suaranya tidak meninggi. Tapi tekanan dalam kata-katanya cukup untuk membuat beberapa murid Sekte Phoenix berhenti mengunyah.

“Kami akan membeli Rumput Api dengan harga pasar yang berlaku. Lalu, dengan kemampuan alkemis kami, bahan itu akan kami kelola menjadi obat-obatan tingkat tinggi. Sebagai bagian dari kerja sama, Sekte Phoenix akan mendapatkan harga istimewa untuk membeli hasil pengolahan tersebut.”

Keheningan menyelimuti ruangan. Bahkan pelayan yang sedang menuang teh tampak berhenti sejenak.

Wu Chengfeng mendengus pelan, lalu mengangkat cangkirnya seolah sedang merenungkan dunia.

“Kalian ingin membeli sesuatu milik kami, mengolahnya, lalu menjualnya kembali kepada kami?” Ia menoleh. “Apa kalian menganggap kami tak punya alkemis sendiri?”

“Kami percaya... Jika kemampuan alkemis kami jauh lebih baik, bahkan kami memiliki beberapa Master Alkemis yang telah diakui oleh kerajaan,” jawab Lin Shuelan halus.

“Saya yakin jika kerjasama dapat berlangsung dalam hubungan jangka panjang,” lanjut Lin Shuelan.

Wu Chengfeng menyeringai kecil. “Hubungan jangka panjang seharusnya dibangun di atas kepercayaan. Tapi dari cara kalian bicara... rasanya seperti ingin menjual ikan kepada nelayan.”

Beberapa tetua tertawa. Tapi tidak semua. Beberapa mulai saling melirik, sadar bahwa ini bukan lagi perdebatan biasa—ini pertarungan pengaruh dan siasat.

Seperti yang dikatakan Lin Shuelan, alkemis dan teknik pengolaan milik sekte mereka jauh lebih baik daripada milik Sekte Phoenix. Sekte Phoenix hanya dapat mengolah rumput api menjadi obat-obatan atau ramuan tingkat menengah, sementara Mawar Putih dapat mengolahnya menjadi tingkat tinggi.

Namun, Wu Chengfeng tampaknya tidak terpengaruh sama sekali dengan perbedaan bakat alkemis itu. Harga dirinya terlalu tinggi untuk mengakui jika pihaknya memang kekurangan sumber daya manusia.

Jing Hun kembali bicara, kali ini dengan suara lebih rendah, nyaris seperti gumaman.

“Pengolahan butuh tenaga, waktu, dan keahlian. Tidak ada yang gratis dalam alkimia. Jika Sekte Phoenix ingin hasilnya, maka harus ada kompensasi. Kami tidak sedang menawarkan pengkhianatan. Kami menawarkan simbiosis.”

Wu Chengfeng tertawa kecil, tawa yang penuh arti. “Kompensasi, ya…? Kami yang memberi tanah, bibit, dan merawatnya. Tapi ketika panen tiba, kalian ingin menjual hasilnya kembali kepada kami?”

Jing Hun menatap tajam. “Tidak menjual hasil… kami menjual nilai tambah. Dan itu... punya harga.”

Wu Chengfeng mendadak diam. Beberapa detik berlalu tanpa suara.

Tiba-tiba, ia tersenyum. Senyum yang dapat membuat siapa pun merasa tidak nyaman. “Kalau begitu, bagaimana jika kami ubah sedikit kesepakatannya?” katanya.

"Apa itu?" tanya Jing Hun sambil menaikan satu alisnya.

"Kami akan menjual rumput api kepada kalian, tapi dengan harga 10% lebih murah dari harga pasar. Tapi... dari obat-obatan yang kalian hasilkan, kami berhak atas setengahnya. Tentu saja secara gratis.”

Ruangan tetap sunyi.

Senyum Wu Chengfeng menggantung di udara seperti kabut tipis yang menutupi pisau tajam. Semua orang membeku, tak percaya dengan usulan yang nyaris terdengar seperti olok-olok.

Jing Hun menurunkan pandangannya sejenak ke gelas arak, seolah memikirkan tawaran itu dengan seksama.

Namun, di balik wajah tenangnya, pikirannya bekerja dengan tajam seperti pedang yang belum dicabut.

'Sepuluh persen potongan harga… dari harga pasar?' pikirnya.

Harga pasar yang dimaksud Wu Chengfeng adalah harga jual kepada sekte-sekte mitranya, yang sudah dia tetapkan sendiri sebelumnya. Sekitar 50 koin silver per keranjang Rumput Api.

Satu pil tingkat tinggi dari satu keranjang rumput api bisa dijual hingga 5 koin emas—itu setara dengan 500 koin silver. Tapi untuk mencapai titik itu, diperlukan bahan tambahan lain, tenaga kerja dari alkemis, waktu fermentasi, serta biaya pembotolan dan distribusi.

Katakanlah semua biaya lainnya itu memakan sekitar 100 hingga 150 koin silver.

Artinya, dari satu keranjang, Sekte Phoenix akan mendapat margin bersih sekitar 400 hingga 350 koin silver. Tapi... jika setengah hasilnya diberikan ke Sekte Phoenix secara gratis, maka mereka hanya membawa pulang separuh dari keuntungan. Dan itu pun belum termasuk risiko gagal produksi dan variasi kualitas.

Jing Hun meneguk araknya pelan. 'Sebuah pemerasan yang dibungkus dengan senyum hangat. Strategi kuno… tukar air keruh dengan air jernih, lalu klaim semuanya sebagai milik sendiri.'

Jing Hun menegakkan punggungnya, pandangannya beralih ke Wu Chengfeng. Wajahnya tetap ramah, tapi matanya kini tajam seperti kristal es.

“Patriak Wu,” ucapnya dengan nada tenang. “Kami mengapresiasi keberanian anda menyampaikan syarat tersebut secara langsung. Namun... usulan itu tak bisa kami terima.”

Wu Chengfeng masih tersenyum, meski matanya mulai kehilangan kilau santainya. “Oh? Kenapa tidak? Bukankah kami sudah memberi kalian keringanan harga?”

Jing Hun menggeleng perlahan. “Sekte Mawar Putih bukan sekadar pembeli. Kami adalah mitra, dan kami tidak menjalankan usaha kami untuk menyenangkan pihak lain. Keringanan harga sepuluh persen tak sebanding dengan kerugian yang harus kami tanggung atas permintaan setengah hasil pengolahan.”

Lin Shuelan ikut bicara, suaranya selembut kelopak bunga namun menyimpan ketegasan. “Jika kami mengabulkan syarat itu, maka segala nilai tambah yang kami ciptakan dari hasil kerja keras kami akan lenyap, menjadi milik pihak lain tanpa pertukaran yang adil. Itu bukan kerja sama. Itu... perbudakan elegan.”

Beberapa tetua saling bertukar pandang. Ada yang tampak kaget, ada yang mulai mengangguk pelan, dan ada pula yang tidak mengerti karena otaknya yang terlalu dangkal.

1
Nanik S
Lanjut Terus Tor
arumazam
mungkin xieran adl keturunan asli kerajaan
arumazam
semakin rumit
didik iswahyudi
wu shen bakal ketahuan karena lukanya
didik iswahyudi
besok sudah ada pertandingan, akan ada yg mencelakai ibunya dan dia skarang lg sakit
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Lanjutkan Tor
Akhirnya kembali kerumah
Xieran kasihan... gadis kecil mungkin merasa punya teman dan kakak buat hatinya
Yuga Pratama
ini nih yg mulai bikin ruet hidup
Lanjut terus
Cerita yang bagus Tor 👍👍
arumazam
mungkin xieran adl turunan longsen
didik iswahyudi
lanjut
didik iswahyudi
lanjut...
didik iswahyudi
up
Gas Pooooool
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!