NovelToon NovelToon
Secercah Asa Untuk Utari

Secercah Asa Untuk Utari

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: emmarisma

Kehidupan yang semula diharapkan bisa mendatangkan kebahagiaan, rupanya merupakan neraka bagi wanita bernama Utari. Dia merasakan Nikah yang tak indah karena salah memilih pasangan. Lalu apakah Utari akan mendapatkan kebahagiaan yang dia impikan? Bagaimana kisah Utari selanjutnya? simak kisahnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25.

Akmal menatap surat cerainya dengan raut murung. Beberapa hari dia mencari keberadaan Utari, tapi tak kunjung ketemu. Ia bahkan telah berganti nomor berkali-kali dan mencoba menghubungi Utari. Namun, hasilnya nihil.

Melihat Akmal melamun, Hana mendengus marah. Sejak Utari menceraikan Akmal, Hana merasa Akmal berubah, tak seperti dulu lagi.

"Kamu sebenarnya kenapa, sih, Mas? Kamu kecewa diceraikan Utari?"

Akmal menatap istrinya tajam. "Ga usah banyak ngomong. Kamu masak aja."

"Aku ga masak, ga ada duit. Kamu ga kasih aku, aku ya ga mau masakin kamu."

"Gimana, sih. Gitu aja itungan kamu."

Hana tertawa mendengar ucapan Akmal. Dia membalas menatap Akmal dingin. "Kamu mau samain aku sama Utari? Yang rela masak, tapi ga dikasih uang belanja? Maaf, Mas, aku bukan badan amal."

Hana pergi berlalu begitu saja masuk ke kamar. Akmal sangat kesal sehingga dia meninju tembok di sampingnya.

"Sialan."

Akmal lantas mengambil kunci motornya dan pergi. Dia sekarang bekerja menjadi ojol dan lebih banyak menghabiskan waktu diluar.

Meski bekerja sebagai ojol, Akmal jarang sekali kebanjiran orderan. Terkadang dia pulang tanpa hasil sama sekali dan itu membuat Hana sangat marah.

Hana sedang rebahan sambil bermain HP. tiba-tiba HP Hana bergetar. "Halo, siapa ini?"

"Saya, Daru. Teman kamu dulu. Ingat ga? Aku dapat nomormu dari Ima." Daru mengubah panggilan telepon biasa ke video call, sebelum menekan layar Hana merapikan rambutnya dan menyelipkan beberapa helai anak rambutnya di belakang telinga.

"Eh, Daru apa kabar?" Hana tersenyum manis di depan layar. Dia melihat sosok laki-laki yang dulu sempat ditaksirnya, kini terlihat semakin dewasa. Meski kulitnya sawo matang, Daru memiliki wajah yang cukup tampan. Dengan alis mata yang tebal, warna matanya sedikit coklat, serta memiliki hidung yang mancung, untuk ukuran pria lokal dia bisa dibilang memiliki standar yang tinggi.

"Aku baik. Kamu gimana kabarnya? Udah nikah?" tanya Daru. Matanya yang coklat menatap Hana begitu dalam.

"Udah, Ru, aku udah nikah. Aku juga udah punya anak. Namanya Iqbal. Kamu sendiri gimana?" tanya Hana.

"Aku? Aku masih bujang, Han. Ga ada yang mau sama aku," kelakar Daru. Dua rona merah tergantung di pipi Hana. Dia tampaknya masih memiliki sisa rasa masa lalunya.

Keduanya berbicara sampai satu jam lamanya. Hana dan Daru akhirnya memiliki ide untuk melakukan reuni dengan teman-teman mereka.

***

"Mbak, gimana penampilanku? Udah ok belum? Utari berdiri di depan Lisa sambil berputar. Wanita berusia 27 tahun itu memakai setelan semi formal berwarna hitam dan putih.

"Kamu udah kaya wanita mau magang aja, Tari," kata Lisa. Sekarang Lisa sudah mulai bisa membiasakan diri memanggil Utari dengan panggilan Tari saja. Keduanya bahkan sekarang sudah sangat akrab satu sama lain.

"Ga apa-apa. Ini kan kali pertama aku ikut papa ke perusahaan Ayah," ujar Utari. Dia terlihat lebih ceria sekarang. Setelah surat cerainya keluar, sikap Utari kembali menjadi seperti Utari saat muda dulu. Penuh aura positif. Kulitnya yang dulu sempat terlihat kuyu dan tak segar sekarang sudah jauh lebih baik.

"Ayo, Tari kita berangkat sekarang." Papa Tama diikuti asistennya berjalan terlebih dulu. Lisa mengekor dibelakang Utari. Utari berpamitan pada mama Sukma begitu juga Lisa.

Saat tiba di perusahaan ayah Keenan, Utari tersenyum. Dia sering diajak kesini dulu dari waktu kecil hingga SMA kelas dua. Utari melihat tidak banyak perubahan di perusahaan itu. Perusahaan ayah Utari terbilang cukup besar. Bangunannya tinggi terdiri dari sepuluh lantai perkantoran.

Saat pertama kali dia menginjakkan kakinya di depan gedung, beberapa orang berjajar rapi seolah menyambutnya. Utari begitu terharu dengan semua ini. Dia berdiri di samping papa Tama.

"Selamat datang nona Utari," sambut semua karyawan yang berjajar itu. Utari mengulas senyumnya dengan mata berkaca-kaca.

"Terima kasih. Terima kasih semuanya."

Utari hampir menangis seperti anak kecil, tapi papa Tama buru-buru mengajaknya naik lift.

Seorang pria paruh baya menyambut Utari dengan senyum lebarnya. "Nona kecil apa kabar?"

"Paman Hussain." Utari buru-buru berlari ke arah mantan asisten ayahnya dulu, dia memeluk pria yang sudah dia anggap sebagai ayah keduanya.

"Aku sudah sebesar ini, bukan nona kecil lagi, Paman."

"Anda tumbuh menjadi secantik nyonya Putri," ucap paman Hussain berkaca-kaca.

Mereka semua naik ke lantai paling atas, dimana ruangan ayah Utari berada. "Biasanya Dewa dan Bian bergiliran mengurus perusahaan ini, papa yang menjabat jadi CEOnya, tapi jika kamu mau mulai mengemban perusahaan ini, papa akan memberikan jabatan itu padamu, Tari," kata papa Tama.

"Papa jangan bercanda. Utari ga akan mampu."

"Nona, kami semua siap untuk melayani kamu. Kami akan membantumu sebisa mungkin."

"Paman, aku hanya lulusan SMA."

"Anda masih bisa belajar. Alangkah baiknya jika nona mengurus perusahaan ini."

Mereka hanya berkeliling, Utari bahkan kembali dikenalkan kepada para jajaran dewan direksi. Mereka semua tampak senang, tapi seseorang di sudut ruangan itu mengepalkan kedua tangannya yang ada di bawah meja. Matanya menyala menatap Utari.

Memasuki waktu makan siang, Bian menelepon Utari. Pria itu mengajak Utari makan siang di sebuah restoran.

"Tari, kamu ingat restoran ini, ga?" tanya Bian.

Utari menggeleng. "Aku ga inget, Bi."

Bian masih memasang senyum lembut di wajahnya. Entah mengapa menghadapai Utari membuat Bian merasa sesuatu akan meledak dalam dadanya. Dia terlalu bersemangat.

"Tempat ini sudah dirombak sebanyak tiga kali, pantas kalau kamu tidak ingat. Dulu kita pertama makan berdua di sini. Waktu itu kamu bilang padaku sambil berkacak pinggang. Ada apa denganmu? Kenapa kamu ga mau makan? Apa kamu masih memikirkan ucapan orang-orang tadi?

Kamu harusnya tidak ambil pusing ucapannya. Makanlah apa yang ingin kamu makan. Jika mereka mengejekmu, aku akan memukuli mereka untukmu."

Bian tertawa sambil mengenang masa lalu. Baginya Utari adalah perempuan teristimewa. Dia yang lemah lembut tiba-tiba menjadi bersemangat dan ingin memukuli teman-temannya karena mereka membully dirinya.

Wajah Utari langsung memerah malu. Bisa bisanya Bian mengingat hal memalukan seperti itu. Utari menutupi wajahnya dan tidak menjawab. Bian semakin senang menggoda Utari.

"Kamu ingat, saat kamu pulang sambil memakai sepatu yang hanya sebelah itu? Menurutku, saat itu kamu benar-benar luar biasa."

Bian ingat betul, saat itu ada dua orang teman mereka dari kelas lain datang untuk mengganggu Bian, Karena merasa rendah diri, Bian tidak melawan mereka sama sekali, tapi Utari sangat geram melihat keduanya menindas Bian. Kebetulan saat itu sedang kegiatan olahraga di lapangan, Utari melepaskan salah satu sepatunya dan melemparkannya ke arah dua anak tadi.

1
jiannafeeza 2201
ini manya ko gk ada up nya
Maisya
lanjut kak
jaran goyang
𝚌𝚙𝚝 𝚔𝚔 𝚎𝚖.... 𝚌𝚎𝚛𝚊𝚒𝚔𝚗 𝚖𝚛𝚔... 𝚓𝚐𝚗 𝚕𝚊𝚖𝚊"
Widia Sari
semangat tari saatnya bahagia bersama bian dan nisa
jaran goyang
𝚑𝚢 𝚞𝚕𝚎𝚝 𝚋𝚞𝚕𝚞
Maisya
lanjut kak
Widia Sari
lanjut
Widia Sari
lanjut lagi dong
Maisya
lanjut kak
Apthiana Devi
semua cerita2 nya bagus...
Ati Rohayati
Luar biasa
Maisya
lanjut
Maisya
lanjut kak
jiannafeeza 2201
jangan bilang dewa suka sm utari
utari pokoknya untuk Bian gak boleh sm yang lain 😁
jaran goyang
𝚍𝚎𝚠𝚊 𝚗𝚘 𝚢𝚊 𝚗𝚘
jaran goyang
𝚙𝚜𝚝 𝚍𝚊 𝚢𝚐 𝚖𝚗𝚌𝚕𝚔𝚊𝚒.... 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚖𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛𝚒𝚞𝚜
jaran goyang
𝚐𝚔 𝚍𝚊 𝚘𝚝𝚊𝚔
Widia Sari
dasar si ibu gak tau malu
ni karena mau merasakan kekayaan utari makanya di bujuk utari buat rujuk sm si akmal ...
Bagus utari jawaban yang bagus biar kapok tuh si ibu
jaran goyang
𝒓𝒔𝒌𝒏..𝒏𝒆𝒙𝒕
Maisya
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!