Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyintas sementara
~"Kesalahan yang di lakukan putra mu tetap tidak bisa termaafkan. Dia telah membunuh ibunya juga pria pemain Guqin. Apa pun alasannya semua tidak lagi dapat di benahi. Jika kamu masih tetap menanggung kesalahan putra mu. Memilih mati untuk menebus kesalahannya. Tidak ada lagi yang bisa di pertahankan dari kota Rong. Musuh sudah bersiap melakukan perlawanan. Aku membutuhkan bantuan mu untuk menahan setiap serangan. Yang Mu, semua keputusan ada di tangan mu. Menjadi penjahat menyelamatkan putra mu. Atau tetap menjadi Walikota menyelamatkan semua warga kota," ujar Shui Long Yin tegas.
Walikota Yang menundukkan kepalanya dengan perasaan sedih yang sangat mendalam. "Putraku, maafkan ayah. Masih ada banyak tanggung jawab yang harus ayah selesaikan." Air matanya mengalir tanpa henti.
Pangeran kesembilan berjalan pergi meninggalkan ruangan penjara. Membiarkan pria paruh baya itu berdiam sementara waktu hingga semua bukti di temukan.~
Di hari yang sama,
Lei Guiying juga telah menemukan semua bukti yang ia butuhkan. Agar dia bisa segera menjatuhkan Tuan muda ketiga dari kediaman walikota. Gadis itu kembali menuju penginapan dengan berjalan kaki. Pedang panjang di tangannya juga sudah di lilit kain agar tidak terlalu mencolok. Di antara kerumunan banyaknya orang berlalu lalang. Sesekali dia melihat kearah samping untuk memastikan orang yang tengah membuntutinya masih pada pendirian. Gelengan kepala ringan terlihat, "Cukup sulit menjalin kerjasama dengan pangeran kesembilan." Melangkah santai tanpa merasa terganggu.
Lei Guiying berhenti sementara waktu di beberapa kedai makanan ringan, kue, juga buah-buahan. Setelahnya gadis itu melanjutkan perjalanan kembali. Dari kejauhan dia melihat wakil utamanya berdiri di atas jembatan penyebrangan yang menghubungkan dua jalur besar. Gadis itu hanya menatap dengan pandangan mata yang langsung membuat wakilnya mengerti.
Di antara kerumunan orang-orang yang tengah sibuk dengan kegiatan mereka. Lei Guiying memanfaatkan celah agar dirinya bisa terlepas dari orang-orang pangeran kesembilan. Gadis itu bergerak dengan gesit menghilang di antara keramaian.
Pengintai yang di kirim pangeran kesembilan langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Mencari kesegala arah agar dapat menemukan kembali jejak Selir Li. Namun semua nihil, dia tidak dapat menemukan gadis muda itu kembali.
Di salah satu ruangan pribadi yang ada di kedai cukup terkenal. Gadis muda itu duduk santai dengan teh hangat yang telah di sediakan. Wakil Heng Liang juga sudah duduk berhadapan dengan Lei Guiying. "Panglima, saya sudah menemukan semua tempat mata-mata negara Menghua berada." Memberikan kertas yang ia ambil dari balik lipatan bajunya.
Lei Guiying mengambil surat dari tangan wakilnya melihat lebih mendetail. "Guangyi sudah di kirim kembali?"
Wakil Heng Liang menatap tidak yakin. "Panglima, Tuan muda saat ini ada di Ibu Kota. Membuka toko obat juga pengobatan."
Kedua alis Lei Guiying menyatu. "Huh..." Menghela nafas dalam. "Meskipun kami berdua anak kembar dengan perbedaan waktu beberapa menit saja. Tapi sifat kami benar-benar berbanding terbalik. Dia suka kebebasan tanpa kekangan, sangat ceria juga sangat pengertian. Namun saat ini kita ada di negara lain. Tidak bisa bertindak gegabah dalam segala hal. Tetap awasi dia, setelah kita dapat menembus pertahanan negara ini. Aku akan mencari cara untuk mundur perlahan."
"Baik."
Lei Guiying bangkit dari tempat duduknya menyimpan kertas di balik lipatan gaunnya. "Sudah waktunya aku kembali. Jika tidak kota ini akan di hancurkan pangeran kesembilan." Menata gaun yang ia kenakan.
Tepat di ambang pintu gadis itu berhenti. Wakil Heng Liang berkata, "Panglima, kita hanya sebagai penyintas sementara di sini. Tidak bisa tinggal juga tidak boleh tinggal. Dua negara memang tidak ada gejolak yang terlihat dari luar. Tapi anda juga pasti lebih mengerti dari saya. Jika anda meninggalkan hati untuk pangeran kesembilan. Dua negara tidak mampu menanggung akibatnya."
Pandangan mata Lei Guiying jatuh di lantai. "Aku mengerti." Pintu di buka dan gadis itu keluar dari ruangan. Perkataan Wakilnya terus terngiang di benaknya. Negara Dingxi dengan Kekaisaran Yun tidak pernah benar-benar berkonflik. Tidak juga menjalin hubungan politik. Namun Kaisar Shui Ding Feng yang sangat arogan, tidak pernah ingin mengalah. Tentu tidak akan mau tunduk pada negara lain. Bagitu juga pamannya Kaisar Yun Yuan yang selalu benci dengan aturan negara Dingxi. Yang selalu menganggap rendah wanita. Dan membatasi setiap gerakan wanita. Bahkan perbudakan di negara Dingxi masih menjadi hal yang lumrah.
Gadis itu melangkah santai berniat kembali ke penginapan. Baru saja berjalan sepuluh menit langkahnya terhenti. Suaminya sudah ada di hadapannya. Seperti biasa dia tidak bisa membaca ekspresi wajah suaminya. "Kamu mencari ku?"
Shui Long Yin membalikkan tubuhnya berjalan membelakangi istrinya.
Gadis itu melangkah lebih cepat agar bisa berdampingan dengan suaminya. "Kamu marah? Aku hanya ingin membeli beberapa makanan. Dan tidak suka di ikuti banyak orang. Pangeran kesembilan, kenapa akhir-akhir ini kamu menjadi suka sekali kesal dan marah tanpa alasan? Setelah masalah di sini selesai. Aku tetap harus pergi."
"Aku suami mu. Jika tidak tinggal bersamaku. Kemana lagi kamu akan pergi?" Menghentikan langkahnya. "Guiying, kamu selalu mengatakan akan pergi. Tapi apa masih ada tempat untuk mu di dua negara? Jika tidak tetap menjadi Selir ku?" Ada ketidakrelaan yang tersembunyi dalam di tatapan mata Shui Long Yin. "Kebebasan yang selalu kamu nantikan. Tidak akan pernah aku berikan. Lebih baik kamu hilangkan niat itu. Sekarang kita kembali ke penginapan untuk mengemasi semua barang. Barang bukti yang kamu bawa biar di urus Yu Ji."
Lei Guiying hanya diam tidak menanggapi. Dia mengikuti setiap langkah pangeran kesembilan hingga sampai ke penginapan. Di penginapan gadis itu juga duduk di lantai bawah diam menunggu. Dia benar-benar sangat pendiam. Tidak seperti biasanya yang selalu membantah ucapan suaminya.
Setelah mereka berpamitan terlebih dulu dengan pasangan suami istri di lantai dua. Juga bayi kecil yang masih tidak mengerti semua kebaikan dan keburukan dunia. Rombongan pangeran kesembilan segera melakukan perjalanan menuju kota selanjutnya.
Di hari itu putra ketiga walikota di tetapkan sebagai tersangka, kerena telah membunuh Ibunya juga selingkuhan Ibunya. Sedangkan Walikota Yang di bebaskan dari penjara dan di pulihkan kembali jabatan resminya. Kekacauan di Kota Rong perlahan mulai membaik. Gerbang masuk kota yang sebelumnya di jaga sangat ketat juga telah kembali normal.
Di saat kereta melewati gerbang utama, Lei Guiying menyibak pelan kain penutup jendela. Dia melihat lalu lalang orang-orang yang telah memulai aktivitasnya kembali. "Aku sudah mendapatkan informasi setiap titik tempat yang di gunakan semua mata-mata negara Menghua bersembunyi." Pandangan matanya masih melihat kearah luar jendela. Selang beberapa menit dia menjatuhkan kembali penutup jendela. Mengambil surat yang ada di lapisan bajunya. "Aku akan memberikan surat ini. Tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Berikan aku tanda keluar masuk kediaman pangeran kesembilan. Sangat sesak selalu berada di dalam kediaman tanpa bisa keluar menyegarkan pikiran," ujar Lei Guiying tanpa ada kompromi.
"Baik. Setelah kembali aku akan memberikannya," saut Shui Long Yin santai.
Lei Guiying memasukkan kembali surat yang ada di tangannya kedalam lipatan gaunnya. "Jika begitu aku juga akan menyimpannya. Setelah tanda keluar masuk kediaman aku dapatkan. Surat ini akan aku berikan."