Masa depan yang bahagia telah tiada, Yuki dengan alat sihir yang diberikan oleh ayahnya kembali ke masa lalu untuk memperbaiki masa depan yang rusak.
Yuki terlempar ke tahun 2099 dimana dia dijual sebagai seorang budak dan dibeli oleh wanita dari keluarga bangsawan bernama Theresa Clorish dan diangkat menjadi penjaga keluarga Clorish.
Selain menjadi penjaga keluarga Clorish, Yuki juga harus menghentikan sesuatu yang akan menghancurkan masa depan dengan kekuatan mutan miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aidiel Batagor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan
Yuki terbangun dari tidurnya akibat kereta yang mereka tumpangi berhenti, mereka telah sampai di stasiun pemberhentian terakhir sore ini. Yuki mengucek matanya dan melihat Noelle yang sedang menatap wajahnya.
"Bagaimana? Apa tidurmu nyenyak?." Tanya Noelle dengan nada bercanda.
"Kurasa begitu." Jawab Yuki sambil bangkit dari duduknya.
Mereka berdua turun di stasiun dan pulang dengan berjalan kaki karena jarak stasiun dengan mansion keluarga Clorish tidak terlalu jauh dari sana.
Dalam perjalanan Yuki terlihat heran melihat Noelle daritadi tersenyum sepanjang perjalan, merasa ada yang tidak beres, Yuki mencegat Noelle dan membuatnya sedikit terkejut.
"Ada apa tiba-tiba berdiri di depanku?." Tanya Noelle kebingungan.
"Kau terlihat aneh hari ini." Ucap Yuki sambil mengamati Noelle.
"Apa maksudmu?." Tanya Noelle memalingkan wajahnya dari Yuki.
"Apa jangan-jangan kamu.....tidak enak badan?." Ucap Yuki dengan percaya diri.
Noelle hanya bisa tercengang mendengar pernyataan Yuki kemudian dia tertawa kecil karena sifat Yuki yang benar-benar polos.
"Aku baik-baik saja, sebaiknya kita cepat pulang." Ajak Noelle.
Yuki mengangguk dan mereka pun berjalan bersebelahan, Noelle berusaha untuk meraih tangan Yuki agar dia bisa menggandeng tangannya namun disaat Noelle akan melakukannya, Yuki mengangkat tangannya dan menggaruk kepalanya yang gatal sehingga Noelle tidak memiliki kesempatan.
Yuki tiba-tiba berhenti berjalan dan itu membuat Noelle bingung. Dia melihat Yuki menatap ke arah matahari yang terbenam, Noelle yang melihat pemandangan itupun ikut menyaksikan pemandangan yang indah itu.
"Apa senja memang seindah ini?." Tanya Yuki.
"Ya, salah satu kejadian yang membuat suasana hati menjadi tenang." Jawab Noelle.
"Benarkah? Seumur hidupku aku tidak pernah menyaksikan matahari terbenam, maupun pemandangan indah yang diceritakan oleh orang-orang." Ucap Yuki dengan sedikit sedih.
"Kenapa?." Tanya Noelle penasaran.
"Bukan cerita yang menarik jadi lupakan saja." Ucap Yuki kemudian kembali berjalan.
"Jika tidak ingin menceritakannya setidaknya jangan membuatku penasaran." Ucap Noelle dengan nada kesal.
Yuki menghadap berbalik dan melontarkan senyumannya mengejek ke arah Noelle dan semakin membuat Noelle kesal.
Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya mereka tiba di mansion keluarga Clorish. Pintu gerbang terkunci dengan rapat dan tanpa ada satupun yang menjaga.
"Yuki coba telpon kakak, aku meninggalkan ponsel ku di rumah." Minta Noelle.
"Aku tidak memiliki ponsel." Balas Yuki.
"Eh? Kenapa kau tidak bilang?." Tanya Noelle sambil mencubit tangan Yuki.
"Agh, itu karena tidak ada yang bertanya." Jawab Yuki sambil berpura-pura kesakitan akibat cubitan Noelle.
Mereka duduk didepan gerbang hingga hari berubah menjadi gelap, suasana perlahan menjadi dingin karena musim salju masih terus turun di bulan januari.
"Dingin sekali." Keluh Noelle sambil berusaha menghangatkan tubuhnya.
Tak berselang lama, sebuah mobil tiba didepan mereka dan Theresa keluar dari mobil tersebut dengan panik lalu menghampiri mereka berdua.
"Yaampun maaf-maaf aku lupa bilang pada para pelayan untuk tidak mengunci gerbang." Ucap Theresa.
"Tidak apa-apa kakak." Ucap Noelle berusaha menenangkan kakaknya itu.
"Sudah berapa lama kalian disini?." Tanya Theresa pada mereka berdua.
"Kurasa hampir 30 menitan." Jawab Yuki.
Mendengar itu Theresa langsung menelpon salah satu pelayan untuk membukakan gerbang rumah mereka. Setelah gerbang dibuka, mereka langsung masuk ke dalam karena perkiraan cuaca malam ini akan terjadi badai salju.
"Akhirnya kehangatan." Ucap Noelle merasa nyaman berada didepan mesin penghangat ruangan.
Theresa menghampiri Yuki yang duduk di sofa sambil memperhatikan Noelle. Theresa menepuk pundaknya lalu berbisik di telinga Yuki.
"Bagaimana kencan kalian?." Bisik Theresa.
"Nona Theresa, sudah kubilang ini bukan kencan." Jelas Yuki.
Theresa tampak kecewa mendengar hal itu, sementara Yuki masih melihat Noelle yang sedang duduk didepan mesin penghangat itu. Yuki merasa jika Noelle sedang memikirkan sesuatu hingga dia melamun seperti itu.
"Ini untukmu Yuki." Ucap Theresa memberikan sebuah ponsel pada Yuki.
"Nona Theresa, tidak perlu repot-repot seperti ini." Ucap Yuki merasa tidak nyaman dengan pemberian Theresa.
"Apa maksudmu? Kamu adalah penjaga Noelle, jadi kamu harus sigap jika Noelle memerlukan bantuanmu, benarkan Noelle?." Ucap Theresa.
Noelle berbalik dan melihat ke arah mereka berdua. Noelle tersenyum ke arah Yuki dan hal itu membuat wajah Yuki sedikit memerah.
"Kurasa itu diperlukan." Ucap Noelle.
"Hei lihat itu lihat! Noelle tersenyum padamu Yuki! Dia menyukaimu! Hahaha jadi tebakanku selama ini benar!." Teriak Theresa kegirangan.
"Kakak apa-apaan sih? Bukankah itu wajar tersenyum pada orang-orang?." Tanya Noelle keheranan dengan sifat kakaknya itu.
Theresa tertawa terbahak-bahak mendengar itu lalu pergi meninggalkan ruang keluarga untuk memberikan ruang pada mereka berdua.
"Nona Theresa benar-benar sangat bersemangat ya." Ucap Yuki berjalan menghampiri Noelle lalu duduk disebelahnya.
"Dia selalu begitu, bahkan saat aku masih di akademi." Jelas Noelle.
"Oh ya ngomong-ngomong bagaimana rasanya menjadi seorang pelajar di akademi?." Tanya Yuki penasaran.
"Benar-benar tidak menyenangkan." Jawab Noelle dengan nada sedih.
Yuki diam tidak berani menanyakan tentang apa yang terjadi pada Noelle selama dia berada di akademi. Yang dia tahu dari Nero adalah jika selama di akademi Noelle adalah gadis yang pemalu dan tidak memiliki teman, mungkin karena itulah hal yang disebut Noelle tidak menyenangkan.
"Jika kamu penasaran tanya saja, aku akan menjawabnya." Ucap Noelle dengan nada yang lembut.
"Tidak, jika menurutmu itu menyedihkan maka itu tidak layak untuk diceritakan." Balas Yuki.
"Kamu benar-benar orang yang menarik." Ucap Noelle mendekat pada Yuki.
Mereka berdua saling bertatapan dengan jarak yang sangat dekat. Wajah mereka berdua menjadi sangat merah, Noelle memegang erat tangan Yuki seakan tak ingin melepaskannya.
"Yuki.... sebenarnya aku..." Ucap Noelle terbata-bata.
"Wah putriku sekarang nampaknya sedang bermesraan dengan penjaganya." Ryuumi muncul dari belakang sofa bersama dengan Theresa yang daritadi memperhatikan mereka.
Noelle menjadi panik dan sangat malu karena hal yang dilakukannya dilihat oleh kakak dan ayahnya, sementara Yuki hanya bisa heran kenapa mereka bisa bertahan tanpa suara sama sekali.
"Yuki kamu harus tanggung jawab karena telah membuat adikku jatuh cinta padamu." Goda Theresa.
"A-apa maksud kakak? Aku sedang tidak jatuh cinta!." Bantah Noelle.
"Tapi kamu memegang tangan Yuki seolah dia milikmu." Theresa kembali menggoda Noelle.
Noelle yang sudah sangat malu pun pergi meninggalkan mereka dan kembali ke kamarnya. Theresa hanya tertawa melihat itu karena menurutnya Noelle adalah tipe orang yang sulit untuk jujur tentang perasaannya.
"Baiklah Theresa, kuharap kamu nanti meminta maaf pada adikmu, dan untukmu Yuki....aku percayakan Noelle padamu." Ucap Ryuumi bangkit lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Baiklah Yuki sekarang sudah saatnya kita bicara serius." Ucap Theresa.
"Apa yang ingin anda bicarakan?." Tanya Yuki gugup.
Hembusan angin badai menerpa jendela dan membuat keributan ditengah kesunyian mereka berdua. Tatapan mata mereka saling menyoroti satu sama lain seperti akan terjadi sesuatu yang serius.
"Sebenarnya aku adalah orang yang memerintahkan Aldrian....untuk membawamu bersamanya."